Halloween party ideas 2015

Perjuangan Mendapatkan Pasport Indonesia

Dari Indonesia ke Italia. Dua negara yang berbeda. Selain beda, juga berjauhan. Oleh karena itu, tentu saja tidak gampang menjangkauinya. Perjalanan antara keduanya amat panjang. Lebih dari dua negara, keduanya berada di benua yang berbeda.

Kali ini, saya ingin menulis tentang perjalanan dari Indonesia ke Italia. Perjalanan yang membutuhkan persiapan panjang dan banyak. Panjang karena waktu persiapannya tidak singkat. Beberapa bulan, katakanlah demikian. Apakah tidak bisa disingkat? Tentu saja bisa, kalau mau lancar. Tetapi, perlu diingat, tidak gampang untuk mewujudkan keinginan. Ingin cepat tetapi nyatanya lambat.

Persiapannya juga banyak. Mulai dari siap fisik dan pikiran. Fisiknya lemah ya, gak jadi berangkat. Pikiran juga. Sebab, tidak bisa berangkat kalau orangnya tidak bisa mengikuti petunjuk yang ada. Apalagi kalau pikiran terganggu alias kayak orang gila itu (!).

Makanya, jangan kaget jika saya mulai menulis sejak persiapan dokumen sampai tiba di Italia. Kali ini saya mulai dengan periapan dokumen. Dokumen pertama adalah pasport. Tentu dokumen lain diandaikan sudah ada. Misalnya, saya pergi untuk belajar, maka dokumen pendidikan terakhir saya harus ada.

Saya mengurus pasport pada awal Juni 2013. Karena saya tinggal di Jogja—waktu itu—maka saya harus datang ke Jakarta. Teman saya yang baik hati sudah menyiapkan jalan untuk saya. Kami berangkat pagi-pagi ke daerah Kelapa Gading, Jakarta Utara. Di situ ada kantor Imigrasi. Yang ini beda dengan yang ada di daerah Kemayoran. Entah bagaimana pembagian kerjanya. Atau apa saja perbedaan dalam pelayannya. Belum jelas.

Tetapi, dari bincang-bincang di sana, saya mendengar bahwa, untuk mengurus pasport baru, pelayanannya di kantor ini. Di Kemayoran hanya untuk perpanjangan saja. Tetapi, ini pun belum jelas. Karena, ada juga yang bilang, tidak ada istilah perpanjangan pasport. Yang ada hanya mengurus baru. Beberapa teman kami yang sama-sama mengurus di sini juga, pernah mengurus sebelumnya.

Kami berangkat pagi-pagi, sekitar jam 5 pagi. Di sana ada beberapa orang yang duduk di beranda kantor. Sejam kemudian, datang petugas pengamanan dan memberikan satu kertas. Kami harus menulis nama di situ berurutan. Saya dapat jatah nomor 12. Setiap ada orang baru disuruh menulis di situ. Kemudian kami berbaris ala kadarnya. Bukan baris-berbaris seperti militer atau anggota pramuka, atau anggota upacara bendera.

Kami berbaris untuk dapat jatah nomor antri. Dan, saya dapat nomor 12 lagi. Di daftar dapat nomor ini. Kemudian, di nomor antri sama juga. Setelahnya, saya dan teman saya kembali ke Cempaka Putih untuk sarapan. Perjalanan pagi lancar. Belum banyak kendaraan di jalan. Setelah sarapan, saya siapkan dokumen yang dibutuhkan (surat permandian, akte kelahiran, KTP, kartu keluarga, ijazah SMP dan SMA). Sebab, kantor Imigrasi dibuka pada jam 8 pagi. Diperkirakan jam 8.30 mulai melayani pengurusan passport.

Jam 8.30, kami berangkat. Rupanya saya terlambat. Di sana sudah banyak orang. Dan, saya tanya beberapa di antara mereka yang tadi pagi saya jumpa. Mereka mengarahkan saya untuk meminta nomor antrian yang baru. Saya minta itu di bagian loket 1. Diberikan tetapi diinterogasi dulu. Ditanya, dari tadi dipanggil, ke mana saja? Saya kembali ke rumah untuk sarapan, jawab saya. Dia berikan nomor antrian yang baru tetapi nomornya 16.

Saya keluar untuk mengurus satu kertas-dokumen lagi sebagai pelengkap. Kertas ini mudah didapat. Tinggal dibayar 3 ribu rupiah saja di tempat fotokopi. Setelahnya saya ke dalam untuk ikut antrian. Di loket berikutnya—entah loket 2 atau loket 3—ada panggilan nomor antrian. Di situ diserahkan dokumen yang diperlukan.

Di situ akan dicek dokumennya. Dan, dokumen saya lengkap. Kemudian, saya menunggu panggilan di loket berikutnya untuk pembayaran. Di sini juga lancar karena saya sudah menyiapkan sejumlah uang yang cukup. Kebetulan teman saya sudah tahu sebelumnya. Hanya saja, lama antriannya.

Dan, antrian paling lama di loket berikutnya. Di situ akan diadakan foto dan wawancara serta diberitahukan tanggal pengambilan pasportnya. Saya hitung kira-kira 2-3 jam menunggu di sini. Dan, rupanya, kami lama antri karena alasan “teknis”. Sambil menunggu, saya memerhatikan banyak mobil yang masuk, membawa banyak penumpang. Rupanya, mereka inilah yang mengambil jatah kami.

Mereka ini masuk dengan “jalan tol”. Mereka datang hanya untuk foto saja. Dokumen lain sudah diurus dengan lancar. Bayarannya mungkin jauh lebih mahal dari kami yang lewat jalan biasa, bukan jalan tol. Tetapi, saya juga tak tahu jumlahnya.

Setelah mereka semua hengkang, antrian kami makin cepat. Satu per satu kami masuk dan tidak lama kemudian dipanggil bersamaan per 4 orang. Rupanya kami hanya foto saja. Foto tentu saja cepat. Wawancaranya tidak lama. Ya, hanya tanya-tanya tujuan pembuatan pasport saja. Itu saja. Dan, setelah foto dan wawancara, diberitahukan kapan pasportnya bisa diambil. Lima hari lagi pasport-nya jadi.

Wah….cepat yahhh, 2 loket terakhir disatukan. Lalu, bisa diambil 5 hari kemudian. Saya menunggu di Jakarta selama beberapa hari sebelum pasport keluar. Begitu keluar, saya langsung kembali ke Yogyakarta sore harinya. Lagi-lagi saya beruntung, dibelikan tiket pesawat untuk pulang. Datang dengan pesawat, pulang juga dengan pesawat. Tetapi bukan karena saya punya uang. Kebetulan saya “ada keperluan” sehingga dipercepat pulangnya.

Demikianlah perjuangan mendapatkan passport. Tulisan selanjutnya tentang proses pengurusan visa. Da-da-da- sampai jumpa. (bersambung)

Parma, 24 September 2013

Gordi

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.