Halloween party ideas 2015

Tempat-tempat yang Kami Kunjungi di Brescia

bekas bangunan zaman Romawi

Setelah makan siang bersama, kami mampir sebentar ke beberapa tempat di Brescia. Kami gunakan waktu ini sebaik mungkin sehingga kunjungan ini bermanfaat. Saya tidak membaca banyak sumber tentang kota Brescia sebelumnya sehingga belum ada banyak gambaran tentang kota ini. Tapi bagaimana pun saya mencoba mengikuti rombongan untuk melihat tempat menarik. 



gereja kecil di dekat bekas bangunan
Romawi namanya Gereja St Zeno al Foro
abad ke-8










Kami melewati jalan alternatif di sekitar rumah kami menuju ke pusat kota. Tempat pertama yang kami lihat adalah sebuah gereja yang di sampingnya ada bekas bangunan zaman Romawi yang juga sekaligus sebagai museum kota. Saya tertarik melihat bekas bangunan tua ini. Saya akan membahas sejarah kerajaan Romawi di kota ini pada tulisan berikutnya. 
menara Palazzo Broletto






Selain itu kami mengunjungi beberapa tempat lainnya seperti yang ada di foto-foto saya. Ada gereja Katedral atau Duomo yang baru (gereja St Maria Assunta) dan lama (juga gereja St Maria Assunta). Ada Palazzo Broletto, Piazza della Loggia, serta alun-alun kota. Gereja Katedral yang baru amat megah dan indah. Keindahan ini bukan saja dari luar tapi juga bagian dalamnya. Seperti gereja-gereja lainnya di setiap kota di Italia bagian dalamnya dipenuhi gambar-gambar seni. Gambar hasil lukisan para pelukis beberapa abad yang lalu.

tampak Katedral baru dan ujung katedral lama
dari alun-alun kota
alun-alun kota, Piazza della Loggia
salah satu lukisan di alun-alun kota
Di gereja katedral lama kami melihat pameran indah. Entah mengapa pameran ini dibuat di gereja tua ini. Ada pameran kandang Natal. Konon, pameran ini diadakan setiap tahun. Tahun lalu juga seperti ini, kata teman saya. Kandang Natal yang berjumlah ribuan ini dibuat pada tahun ini, tahun 2013. Karya-karya baru ini kontras dengan tua-nya gereja katedral ini. Tapi, beginilah kadang-kadang hidup harus dibuat kontras agar tampak keindahannya. Seperti digemakan banyak orang yang menikmati hidup ini, hidup itu indah, kata mereka.

Kedua gereja katedral ini menjadi bagian dari gedung bersejarah di kota Brescia. Nama kedua gereja ini, il duomo vecchio e il duomo nuova, diberikan oleh Paus Paulus VI (1897-1978). Gereja baru dibangun sekitar tahun 1604-1825 sedangkan gereja lama sekitar abad ke-11, tahunnya tidak tahu persis. Tidak jaug dari kedua bangunan ini terdapat Palazzo Broletto, rumah tinggal raja zaman dulu, sekarang digunakan sebagai kantor pemerintahan kota Brescia. Untuk tidak memperpanjang tulisan, saya persilakan pembaca menyimak foto-foto ini.

Parma, Mei 2014
Gordi 






Sebelumnya, 

Di Perpustakaan mendengarkan penjelasan singkat
sebelum berangkat ke ruang pameran
pameran budaya
Keanekaragaman inilah yang kami nikmati di kota Brescia. Kami tiba pukul 9.45 di rumah Serikat Xaverian. Kami diterima oleh beberapa pastor dan awam yang bekerja di sini. Kunjungan ini memang bukan tiba-tiba tetapi sudah diinformasikan sebelumnya.

Informasi ini juga yang mereka suguhkan untuk kami pada hari ini. Sekelompok orang mengurus pameran budaya Indonesia ini. Mereka inilah yang menjelaskan setiap foto, gambar, alat musik, dan perangkat budaya lainnya. Juga ada film dan lagu yang membantu menjelaskan budaya ini kepada pengunjung. Kami kagum dengan kelompok ini yang semua anggotanya adalah orang Italia atau Italiani. Kalau orang Italia saja bisa belajar budaya Indonesia mengapa saya tidak bisa belajar budaya Indonesia?

Bhineka Tunggal Ika
Pertanyaan ini muncul saat kami mengelilingi setiap stand-pameran. Stand ini berisi foto tentang rumah adat di berbagai daerah di Indonesia, rumah ibadat setiap agama, beberapa tempat wisata, dan sebagainya. Juga tak kalah menarik foto-foto bunga langka seperti bunga Arnoldi juga hewan langka seperti Varanus Komodo, dan sebagainya. Pokoknya asyik.

seorang pemandu pameran
Bicara budaya memang selalu asyik. Itulah sebabnya saya juga ingin belajar seperti yang dilakukan beberapa pemandu pameran ini. Mereka memberikan penjelasan yang memuaskan kepada para pengunjung. Beberapa di antara mereka pernah berkunjung ke Indonesia ke kota Padang dan kepulauan Mentawai juga ke Pulau Bali. Beberapa lagi belum  
spanduk pameran di pintu gerbang
pernah berkunjung ke Indonesia. Tetapi, mereka semua paham tentang budaya Indonesia.

pameran budaya
Terima kasih untuk Serikat Xaverian yang memungkinkan kami untuk menikmati pameran budaya Indonesia ini. Serikat Xaverian di kota Brescia ini mengadakan pameran budaya setiap tahun. Budaya yang dipamerkan berasal dari berbagai negara. Tahun lalu mereka mengadakan pameran budaya Mexico. Lain kali mungkin Brasil, Jepang, atau Kamerun. Indah sekali melihat foto-foto dari berbagai negara seperti ini. Inilah yang kami nikmati hari ini di Brescia. Kami berasal dari 10 negara,  Indonesia, Brasil, Mexico, Peru, Italia, Siara Leone, Republik Democratic Congo, Kamerun, dan Burundi. Sama-sama menikmati budaya dari berbagai negara. Beragam negara beragam budaya.

Kami juga mengunjungi beberapa tempat terkenal di kota Brescia tapi lain kali saya ceritakan. *Semua foto keleksi pribadi. (bersambung).








Sedikit ada sinar mentari
Pemandangannya indah
Keanekaragaman Indonesia di Italia khususnya di Brescia. Aneka ragam budaya dan bahasa merupakan satu kekayaan bagi Indonesia. Itulah kebanggaan Indonesia. Kebangaan itu juga menjadi kebanggaan warga Indonesia di luar negeri. 

Menembus kabut
di atas Sungai Po
Orang asing melihat keanekaragaman itu sebagai sebuah keunikan bangsa Indonesia. Keanekaragaman itu dipamerkan di kota Brescia, Italy selama empat bulan. Dari November 2013 hingga Februari 2014. Berbagai macam budaya dipamerkan. Juga alam Indonesia.


Di jembatan Sungai Po
Dari Parma ke Brescia hanya untuk melihat pameran ini. Tanggal 28 Desember 2013 menjadi hari bersejarah. Sejarah kebudayaan. Budaya adalah sebuah proses. Maksudnya budaya lahir dari proses yang panjang. Karena proses, budaya tidak akan pernah mati. Selama terus berproses budaya tetap akan hidup. Itulah sebabnya budaya Indonesia dihidupkan, dilestarikan, diperkenalkan kepada orang asing seperti yang dilakukan oleh sekelompok orang di rumah Serikat Xaverian di kota Brescia, Italia.
Berkabut

Mula-mula terang
Beberapa anggota Xaverian pernah berkarya di Indonesia sejak tahun 1951. Sampai sekarang juga masih bekerja di sana. Mereka belajar budaya Indonesia. Meski mereka bekerja di beberapa daerah, mereka juga belajar budaya lain dari berbagai daerah di Indonesia.

Seperti perjalanan hari ini, bukan saja antara Parma dan Brescia. Tapi juga melewati kota Cremona, Italy. Bukan hanya kota. Juga sungai besar di Italy. Sungai Po. Menembus cuaca kabut dan sedikit gelap. (Bersambung)







Empat januari 2014. Masih dalam suasana tahun baru. Saya dan ketiga teman bersama guru bahasa Italia pergi ke Mantova. Kota yang berjarak sekitar 60 km dari Parma. Kami ingin mengunjungi kota itu.

Kami berangkat dengan mobil. Sayang sekali hari ini cuacanya buruk. Hujan sepanjang perjalanan. Juga di Mantova. Kami sempat jalan-jalan di sekitar Castil dan Gereja Katedral dan beberapa gereja bersejarah lainnya di sana. Setelahnya hujan. Kami masuk bar dan minum kopi di sana. Lalu, kami masuk kompleks palazzo T. sayang sekali hujan belum berhenti juga. Kami hanya melihat dari pintu masuk saja.

Lalu kami balik ke Parma dan makan siang di warung Cina. Setelah makan, kami lanjutkan acara mengunjungi tempat untuk bermain sky. Di sini teman-teman saya bermain sky. Saya tidak ikut. Saya mengambil foto. Jadi tukang foto. Asyik juga melihat mereka bermain. Ada yang terjatuh. Ada yang kelihatan ahli dan ada yang hanya amatir. Ada yang sudha mahir. Ada yang baru latihan.

Setelahnya kami kembali ke rumah. Terima kasih Patrizia untuk perjalanan dan kegiatan sepanjang hari ini. Mantova akan selalu diingat. Kota menarik dan bersejarah.

Parma, 1 Agustus 2014
Gordi
Castil 




pintu masuk palazzo T

warung Cina


main sky


di samping Castil


dalam gereja Katedral


di kompleks palazzo T

mendaki jalan berasalju
Lago Santo atau danau yang kudus atau danau yang suci, the holy lake. Demikian kalau diterjemahkan secara harfiah. Apa benar ada danau yang kudus? Atau mengapa danau ini disebut kudus? Atau apakah danau lain tidak kudus? Pertanyaan ini boleh saja diajukan sebagai bentuk pencarian. 

Kudus memang bukan kata asing bagi kita. Kata ini sering kita gunakan, sering kita sebut. Kata ini boleh dibilang salah sata kata yang sering diucap dalam keseharian kita. Namun, karena sering diucap bukan berarti kita sepenuhnya memahami arti kata itu. Kata kudus memang bisa kita pahami setelah kita mempraktikkannya dalam hidup. Mempraktikkan kata? Membingungkan! Tidak apa-apa. Kebingungan menjadi awal untuk bertanya.

Saya juga bertanya-tanya tentang nama danau ini ketika kami mengunjunginya pada Kamis, 24 April yang lalu. Bertanya saja tidak cukup. Mesti mencari tahu. Itulah sebabnya saya mau melihat dari dekat, seperti apakah danau ini.

foto bersama setelah melewati pendakian
Perjalanannya cukup panjang. Letaknya saja di gunung dengan ketinggian 1.507 meter di atas permukaan laut. Kami ke sana dengan 2 mobil selama 3 jam perjalanan. Mendaki gunung lalu berjalan kaki sambil mendaki sejauh 1-2 kilo meter. Danau ini terletak di luar kota Parma, di provinsi dari Parma atau di daerah Corniglio. Provinsi maksudnya daerah di luar kota.

Setelah melewati perjalanan yang berliku di balik gunung, kami tiba di perbatasan jalan aspal. Di situ, kami memarkir mobil. Lalu, berjalan kaki ke gunung, melewati jalan berliku dan bersalju. Capek tentu saja namun menantang untuk melihat sampai tujuan. Kala kami melewati pendakian ini, kami tiba dengan lega di atas gunung, namun bukan puncak tertinggi. Tak apa-apa. Kami berhenti sebentar dan berfoto.
pemandangan danau

Dari sini, kami menuju satu rumah, di mana ada meja dan kursi juga halaman luas di salah satu sisi danau. Kami menyimpan semua tas dan perlengkapan makan serta makanan di sini. Dari satu sisi ini saja, kami sudah berhasil melihat indahnya danau dengan luas 81.550 m2  dan kedalaman 22,5 meter ini. Danau itu kelihatan biru saat kami mencoba menengok dari sisi lain. Cuaca cerah mulai muncul setelah kami merasakan dinginnya pegunungan. Saat yang tepat untuk mengambil foto. 
pemandangan danau
Luasnya danau ini membuat kami ingin melihat dari berbagai sisinya. Namun perjalanannya tidak gampang. Keinginan saja tidak cukup, mesti ada pengorbanan. Pengorbanan melewati gumpalan salju untuk menikmati keindahan yang tiada tara. Saya dengan sepatu kets dan bukan sepatu untuk salju berhasil melewati rintangan salju dan mengabdikan beberapa foto di atas danau ini. Demikian juga saat saya mengitari seluruh sisi danau ini.
saljuuuuu

di pinggir danau
Lalu mengapa di sebut danau yang kudus? Sejarahnya panjang dan muncul pada abad 16. Initinya disebut kudus karena di danau ini ada ketenagan, cocok untuk berdoa. Dan memang ada kelompok doa yang datang ke sini hanya untuk berdoa. Selain itu, danau ini juga menjadi tempat mencari solusi untuk permasalahan di antara dua penguasa di Italy pada zaman itu.

Solusi ini bukan ilham atau misteri tapi solusi yang nyata. Kedua penguasa itu datang ke sini dan menyelesaikan persoalan mereka. Bertahun-tahun sebelumnya mereka mencoba menyelesaikan masalah itu namun tak kunjung berhasil. Di sinilah tempat yang tepat bagi mereka untuk membuat keputusan akhir sebagai penyelsaian masalah.


Danau ini memang cocok untuk tempat membuang penat, tempat rekreasi. Ada rumah nyaman sebagai tempat perlindungan, tempat teduh yang dibuat pada abad 19-20. Perencanaan awalnya muncul sejak 1882 oleh Giovanni Mariotti, il sindaco, wali kota di Parma pada zaman itu. Pada 1935, bangunan yang sudah jadi itu didedikasikan untuk sang wali kota.

hampir di tengah danau

foto di dekat tanda kenangan

petunjuk 

pemandangan dari lain sisi
Nama ‘santo’ juga terkait dengan benda kudus lain yakni salib. Di puncak gunung ini ada salib. Salib menjadi bagian dari benda rohani, benda kudus. Saya dan teman-teman tidak berhasil menyusuri jalan ke puncak ini. Ada yang mencoba naik tetapi belum berhasil menemukan salib itu. Butuh perjuangan lagi, rupanya. Maklum, kami juga tidak memakai sepatu untuk salju.

Tetapi, kami menemukan satu tanda, seperti satu batu kenangan untuk seseorang yang namanya tertera di situ. Saya tidak sempat mencatat namanya. Hanya saya mengabdikan fotonya. Boleh jadi orang ini mengalami kecelakaan di sini. Tanda ini sebagai kenangan akan arwahnya.

Lago santo memang menjadi tempat yang bisa membuat orang memikirkan hal yang kudus. Betapa indahnya alam ini. Dan tentunya diciptakan oleh Dia yang adalah kudus. Karena indahnya para pengunjung juga diajak untuk melestarikan keindahan ini. Tidak boleh membuang sampah sembarangan. Tempat sampah sudah tersedia di sana. Juga dilarang untuk membuat keributan demi menjaga ketengan makhluk hidup lain yang ada di situ. Ada binatang juga burung-burung yang bersiul merdu. Menjaga alam adalah bagian dari kiat kekudusan.

Salam dari Lago Santo.

Parma, 8/5/2014

Gordi









Sabtu, 16 Maret 2014. Tanggal bersejarah. Bersejarah selama tinggal di Parma, Italy. Sejarah hari ini akan selalu saya ingat. Hari di mana saya, seorang teman saya Severin asal Kamerun, dan Sara, gadis Italia, mengunjungi beberapa tempat di kota Parma. Perjalanan ini akan saya ingat karena berkesan. Ini bagian dari sejarah hidupku.


di depan air mancur buatan

di bawah patung dekat Barilla Center

di depan gerbang kota Parma
Sejarah memang mesti diingat. Sejarah boleh menjadi titik pijak dalam hidup. Serpihan sejarah membentuk cerita tersendiri. Itulah sebabnya Soekarno pernah bilang bangsa yang lupa akan sejarahnya sendiri adalah bangsa yang tidak mau maju. Saya ingin mengingat sejarah hidup saya sendiri.


Sejarah itu juga nyata dalam perjalanan kami hari ini. Kami berjalan dari rumah tempat kami belajar bahasa Italy, Viale San Martino 08, lalu ke Via Solferino, sampai di perempatan lampu merah. Dari situ kami ambil jalur kanan melewati Viale (Jalan) Martiri della libertà, lewat di depan Stadion kota Parma, stadio Ennio Tardini. Dari situ, kami melewati jalan Emilia Est, Jalan Mantova. Dan beberapa jalan lainnya.

Kami singgah di beberapa tempat seperti Barilla Center. Salah satu tempat ramai di Parma. Di sini ada banyak toko, juga ada bioskop. Itulah sebabnya banyak anak muda juga orang tua, keluarga, yang berkunjung ke sini. Hari ini sedikit karena kami berjalan pagi hari dan bioskopnya belum buka.
di depan stadion Parma FC

di depan piazza Garibaldi, Centro Parma

Dari Barilla ini kami menuju daerah pusat, Centro, Piazza Pilotta. Kami berjalan-jalan di sekitar daerah pusat ini dan sempat makan pizza sebentar sambil menonton pertunjukkan sulap di samping piazza pilotta. Setelahnya, kami mampir sebentar di Ponte Mezzo jembatan tengah. Jembatan ini membelah sungai di tengah kota Parma. Dari sana kami kembali ke tempat parkir sepeda. Lalu pulang ke rumah.

Kami jalan-jalan pakai sepeda. Berbincang-bincang di jalan juga berfoto. Sara yang orang Italia menjelaskan banyak hal kepada kami. Dan kami, sebagai orang asing, menanyakan banyak hal padanya.
Narsis bertiga

Nonton Sulap
Saya akan menunjukkan beberapa foto untuk menambah gambaran perjalanan kami. Foto ini diambil pakai hp dari teman kami yang adalah orang Italia ini. Ini sejarah yang selalu saya ingat.

Parma, 4/5/14
Gordi
Diberdayakan oleh Blogger.