Halloween party ideas 2015



Kali ini bukan bagian makannya yang dibahas tetapi tempat kami makan. Ya ruang makan. Ruang tempat kami memuaskan raga kami dengan berkat Tuhan yang kami terima. Kami memang tidak bekerja tetapi kami menerima makanan seperti ini. Tuhan kiranya mengirim pekerjanya untuk membantu kami.

Terima kasih untuk komunitas di Desio yang memberi kami bukan saja, ruang lesgislatif tetapi juga makan. Juga ruang makan. Dan ruang lainnya seperti kamar, komunitas, dan lingkungan serta keramahtamahan dalam menerima kami. Keramahtamahan inilah yang membekas dalam hati kami. Kami merasa ini rumah kami sendiri maka kami merasa nyaman tinggal di sini selama beberapa hari. Sampai di sini saja.

Desio-Milan 23//6/15
Gordi




Gedung DPR RI di Jakarta adalah gedung pertemuan. Di gedung itu terjadi pertemuan juga perdebatan. Pertemuan antara berbagai komisi di DPR dan pertemuan bersama seluruh anggota DPR. Di dalam gedung itu pula terjadi perdebatan antara anggota dalam komisi dan dalam pertemuan bersama. Misalnya perdebatan tentang jumlah uang yang harus dianggarkan untuk kepentingan masyarakat dan juga untuk kepentingan pemeliharaan gedung. Terselip juga transaksi bisnis gelap dengan label kepentingan rakyat. Nyatanya, uang itu untuk kepentingan si anggota DPR tersebut.

Kali ini, di Desio ini, kami juga punya ruang legislatif. Disebut demikian karena dalam gedung ini terjadi perdebatan dan pertemuan. Tapi juga ada sharing antara kami. Mungkin ini yang beda dengan gedung DPR di Jakarta. Dan, kami tidak pernah meributkan tentang jumlah uang. Wong kami tidak membahas uang. Kami tidak punya apa-apa seperti anggota DPR yang punya kantor, staf ahli, rumah jabatan, dan mobil mewah. Kami hanya punya pengalaman yang bisa kami bagikan dan justru memperkaya kehidupan kami. kekayaan yang tidak dinilai dengan uang. Kalau diuangkan akan banyak sekali. Tapi nyatanya tidak bisa diuangkan sehingga kami tidak bisa ribut mempersoalkannya. Inilah ruang legislatif kami di Desio ini.


Ruang ini sebetulanya adalah ruang perpustakaan. Jangan heran jika di dalamnya terdapat banyak buku. Buku yang juga menggoda kami untuk melihat-lihat. Dari lihat-lihat, akhirnya ingin memilikinya. Dan memang, beberapa di antara kami membawa pulang beberapa dari buku ini setelah mendapat persetujuan dari pemilik rumah.


Gedung perpustakaan ini besar. Di dalamnya ada kursi dan meja untuk para pengunjung. Nah, di sinilah kami duduk dan berbagi pengalaman ini. tidak salah jika kami memanfaatkan ruang ini untuk pertemuan.

Desio-Milan 23//6/15

Gordi

Betapa indah jika dunia ini bersatu. Kesatuan antara penghuninya. Kesatuan inilah yang tampil dalam kapel rumah di Desio ini.

Dalam kapel ini ada bola dunia. Ditopang oleh dua jari. Di dalamnya ada Tubuh Kristus yang melambangkan Yesus sendiri. Ke sinilah semua mata tertuju, semua hati menaruh hormat, saat memasuki kapel ini. Selain bola, ada juga peta dunia. Di situ ditulis semua negara misi Xaverian. Indonesia termasuk di dalamnya. Ada juga bagian lain dari peta ini yang belum tertulis nama negaranya. Tetapi wilayahnya sudah ada. Ini berarti Xaverian belum masuk di situ. Xaverian kiranya masih membutuhkan banyak tenaga agar bisa masuk di negar-negara ini. Ini adalah tuaian yang mesti dijelajahi juga. Tuaian memang banyak tetapi pekerja sedikit.

Di sini pula, kami berdoa selama tinggal di Desio ini. Paling tidak, pagi hari saat laudes bersama dan sore hari saat misa bersama. Kami berbeda tetapi kami disatukan. Seperti kapel ini yang menampilkan wajah dunia yang bervariasi. Di sini pula untuk pertama kalinya bagi saya dan beberapa di antara kami mengikuti misa dalam Ritus Ambrosiana. Salah satu ritus dalam Gereja Katolik. Mayoritas penganut Gereja Katolik menggunakan Ritus Romawi. Namun, ada juga ritus lainnya seperti Ambrosiana, Malabar di India, ritus Gereja Timur di Timur Tengah, dan banyak ritus lainnya khususnya di Timur Tengah.

Tampak perbedaannya tetapi tidak sulit bagi kami. Sebab, ada beberapa umat dari Desio yang ikut misa bersama kami. Merekalah yang ‘menganimasi’kami dalam ritus ini. Kalau tidak, mungkin kami akan kesulitan. Dalam kesulitan rupanya Tuhan memberi kita pertolongan. Terima kasih untuk para sahabat yang ikut bersama kami dalam perayaan ini.

Saya merasa nyaman dan tenang berdoa di kapel ini. Itulah sebabnya saya datang ke sini bukan saja saat doa bersama tetapi juga sendiri hanya mau menikmati betapa indahnya kapel ini. Dari keindahan ini saya berterima kasih pada Pencipta yang menciptakan variasi ini. Saya mengabdikan beberapa foto yang bisa membantu pembaca mengimajinasikan kapel ini.


Desio-Milan 23//6/15
Gordi

Di Desio ini, ada taman indah nan cantik. Taman ini tampak hijau saat kami berkunjung ke sini. Rumputnya sudah ditata sedemikian sehingga kelihatan cantik. Boleh jadi baru beberapa hari dipotong dan ditata.

Di taman, ada banyak pohon besar. Pohon cemara yang mendominasi. Pohon ini tahan hingga 4 musim. Pohon cemara—tidak seperti pohon lain—tetap bertahan di musim dingin. Daunnya tidak gugur. Di rumah ini, cemara menjadi pelindung sebagian taman. Melindungi dari matahari. Dan di bawah perlindungan itulah ada taman khusus untuk berdoa.

Di taman khusus ini, ada patung Bunda Maria yang sedang menatap ke arah Timur. Ke arah matahari. Lalu, ada beberapa orang yang sedang berdoa. Ada juga beberapa hewan terutama kambing atau domba dalam budaya Yahudi zaman dulu. Bukan saja manusia rupanya. Memang manusia bukanlah makhluk satu-satunya yang bisa berelasi dengan Tuhan. Hewan dan makhluk lain kiranya berelasi dengan Tuhan. Di sinilah relasi antara Pencipta dan ciptaan itu terjalin.

Manusia dan makhluk lain juga tentu berelasi. Jika mereka duduk bersama untuk menghadap Tuhan, mereka juga kiranya sudah berelasi antara sesama mereka. Taman ini sangat tepat menggambarkan relasi ini. Pohon cemara melindungi mereka dari cahaya matahari. Manusia dan hewan menjadlin relasi dengan Tuhan. Maria adalah figur yang tepat sebagai pengantara doa mereka. Maria sudah teruji kadar relasinya dengan Dia yang di atas. Maka, manusia dan hewan tadi bukan saja berdoa pada Maria tetapi berdoa bersama Maria. Saya dan kita bisa berdoa bersama Maria. Taman ini hanya salah satu tempat untuk itu. Taman-taman lain kiranya ada di mana-mana.

Dari taman ini ke arah Barat, kita bisa melihat lapangan sepak bola berbentuk stadion mini. Stadion yang dikelilingi kawat besi. Kawat pelindung agar bola tidak keluar lapangan. Kawat ini menjadi penanda bahwa pemain hanya bermain di dalam lapangan. Bola tidak perlu dibuang ke bagian yang tidak perlu alias ke luar lapangan. Penanda adalah kawat-kawat ini. Kawat ini menunjukkan pada pemain bahwa hanya sampai di sinilah kamu boleh memutar bolamu.

Saya beberapa kali mengelilingi taman ini. Kecantikannya membuat saya harus lebih dari sekali mengelilinginya. Saya pun mengabdikan beberapa gambarnya di sini. Pembaca bisa melihatnya di sini. Tentu tidak semuanya karena ruang terbatas. Mungkin nanti dipikirkan file khusus untuk foto-foto. Selamat menikmati tamannya.

Foto-fotonya bisa dilihat di sini

Desio-Milan 23//6/15

Gordi
Diberdayakan oleh Blogger.