gambar, ilcittadinomb.it |
Bukan hal baru lagi jika kita melihat betapa banyaknya pengguna jalan yang melanggar rambu lalu lintas. Pemandangan yang menyeramkan misalnya ketika melewati rel kereta api. Namun, apakah itu sebuah tindakan yang baik?
Boleh jadi kita semua setuju itu tindakan bodoh dan harus dihindari. Namun, jika melihat penyebab di baliknya kita jangan cepat-cepat menyalahkan pelanggar karena kebodohannya. Jadwal kegiatan yang padat biasanya mendorong orang untuk melanggar rambu-rambu yang ada. Tujuannya praktis cepat sampai di tempat tujuan. Ini sah-sah saja namun konsekuensinya besar. Semua tahu kalau terlambat akan diskor. Semua orang juga mau tepat waktu namun caranya jangan dengan melanggar rambu lalu lintas.
Melanggar satu rambu saja kita akan merugikan pengguna jalan lain dan diri sendiri. Memang ini sebuah tindakan yang maaf, tolol. Bagaimana jika dia tertabrak kereta saat melintas rel? Hidupnya berhenti di situ. Impian untuk datang tepat waktu bubar seketika. Bagaimana jika dia berbenturan dengan pengguna jalan lainnya? Boleh jadi keduanya luka. Dia yang menyebabkan insiden dan orang lain yang terkena akibat. Bagaimana jika orang lain terluka dan dia selamat lalu lari terus? Ini tabrak lari. Ini tindakan tolol. Maunya menang sendiri dan tidak mau menghormati pengguna jalan lain.
Oleh karena itu, amat penting mengikuti rambu-rambu yang ada. Ini demi kenyamanan kita dan pengguna jalan lain. Ingat, satu orang yang melanggar yang lain kena getahnya. Jangan mengira bahwa satu kali melanggar dan selamat berikutnya akan seperti itu. Ingat pepatah, sejago-jagonya orang menyembunyikan kue wangi, suatu saat akan tercium wanginya. Maka, peluang untuk jadi korban besar sekali. Hari ini Anda melanggar dan selamat, besok juga mungkin seperti itu, tetapi lusa dan seterusnya, jika Anda belum berubah, Anda akan jadi korban.
Mematuhi rambu lalu lintas sebaiknya mulai dari diri sendiri. Jika kepatuhan itu sudah menjadi darah daging dalam diri kita, kita tidak akan tergoda untuk melanggar rambu sekali pun. Jangan tergoda dengan keberhasilan pelanggar yang melintas satu menit sebelum kereta melintas. Suatu saat jika dia tetap seperti itu akan terlintas juga. Jangan ikut seperti gerombolan saja ketika melintas rel padahal sudah melanggar rambu lalu lintas. Kita mesti mempunyai pegangan, jangan sekali-kali mencoba melanggar.
CPR, 26/3/2012
Gordi Afri
Posting Komentar