Halloween party ideas 2015

Menuju Bukit Golgota


Ziarek, ziarah dan rekreasi. Kata ini terkenal di kalangan umat Katolik. Bahkan mungkin juga umat lainnya di negeri Indonesia ini. Demikianlah kami, pada Senin, 1 April 2013, mengadakan ziarek ke Gua Maria Sriningsih.

Kami berangkat pukul 10 pagi. Menggunakan 2 mobil, kijang LGX dan Panther. Mobil kesayangan kami. Karena, ke mana-mana, kami selalu dengan mobil ini. Keduanya berjasa untuk kami. Saya mengemudikan mobil kijang. Mobil ini berusia 11  tahun ke atas. Tetapi, tenaganya masih awet muda.

Sriningsih adalah nama baru bagi saya. Ternyata artinya adalah “Perantara Rahmat Tuhan pada umat-Nya”. Gua yang terletak di Klaten, tepatnya di Jali, Desa Gayamharjo, Prambanan, ini diresmikan tanggal. 29 Mei 1953. Gua ini masuk wilayah Paroki Santa Maria Bunda Kristus, Wedi, Klaten. Gua ini kemudian direnovasi dan diresmikan pada 19 Agustus 1979 oleh Uskup Agung Semarang (waktu itu), Yustinus Kardinal Darmoyuwono, Pr. (data dari http://gerejafransiskus.com/news/2009/04/gua-maria-sendang-sriningsih-prambanan-klaten/).

Perjalanan dari Yogyakarta ke Klaten cukup lancar. Saya dan ketujuh teman yang menumang mobil Kijang mengikuti rute mobil Panther. Kami melewati gerbang masuk Candi Prambanan. Sebelum masuk kota Klaten, kami belok kanan. Rupanya di situlah cabang   menuju Dusun Jalil.

Perjalanan dari situ masih jauh. Sekitar 30-45 menit lagi. Kami melalui jalanan kecil. Di kiri-kanan ada sawah yang hijau. Pemandangan yang asri. Kebetulan suasananya cerah. Tibalah kami di sebuah gereja. Kami berhenti sebentar untuk buang air kecil.

Gereja itu adalah Gereja St. Maria Marganingsih Jali, yang menjadi bagian dari wilayah Paroki Wedi, Klaten. Rupanya gereja ini menjadi tempat transit bagi pengunjung gua. Di gereja ini dimulai Jalan Salib. Kami tidak membuat ibadat Jalan Salib sehingga hanya berhenti sebentar saja di sini.

Kami melanjutkan perjalanan. Tidak terlalu jauh menuju tempat parkir. Hanya saja, jalannya menanjak dan jelek. Ya ada lubang sedikit. Saya memacu mobil Kijang dengan kencang. Memakai gigi 2 kemudian 1 sehingga tarikan gasnya kuat di tanjakan. Kami memarkir mobil. Lalu, menurunkan semua peralatan yang kami bawa.

Mulailah kami berjalan mengikuti rute anak tangga yang ada. Woao...lumayan jauh, apalagi menanjak. Beberapa dari kami merasa capek. Saya yang membawa kamera, sesekali menjepret biar ada kenangan. Beberapa orang secara bergantian membawa peralatan makan. Dengan ini tidak ada beban berat. Beban itu dipikul bersama hingga terasa ringan.

Puncak dari tanjakan itu adalah Bukit Golgota. Di sini ada Patung Salib Yesus yang besar. Di sini juga terdapat perhentian terakhir (14) dalam ibadat jalan salib. Rasanya puas, melepas dahaga, jika berada di tempat ini. Pemandangan indah terpampang di depan mata. Ini memang puncak yang indah. (bersambung)

PA, 22/4/2013
Gordi

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.