Borgo Leon d'Oro 12, FOTO, museocineseparma.org |
Seperti sudah saya singgung sebelumnya, rumah pertama
untuk putra-putra Conforti adalah rumah di Borgo
Leon d’Oro 12. Jalan emas, demikian terjemahan bebas saya. Borgo sama artinya
dengan via atau viale yang artinya jalan. Arti kata borgo dalam bahasa Italia adalah desa. Namun, di kota-kota nama
jalan ditulis dengan borgo atau via, atau viale.
Rumah ini dibangun di jalan ini bukan tanpa maksud. Letaknya
dekat dengan pusat kota. Pusat kota Parma saat itu adalah gereja katedral. Di dekat
katedral ada rumah raja alias palazzo
reale. Hampir semua kota tua di Italia ditata demikian. Di pusat kota ada
perwakilan gereja dan kerajaan. Entah ini mungkin menggambarkan kuasa saat itu
yang terlatak di tangan Paus atau Uskup (Gereja Katolik) dan Raja (Pemerintah).
Conforti saat itu bekerja di seminari dan juga di
Keuskupan Parma. Kedua lembaga ini berdekatan. Dekat dengan duomo alias gereja katedral. Kiranya, bisa diambil
kesimpulan juga bahwa Conforti ingin dekat dengan anak-anaknya. Dia sebagai
bapak dari keluarga yang baru saja dibentuknya ini mesti hadir dalam keluarga. Ia
tidak membiarkan anak-anaknya bertumbuh tanpanya.
Rumah ini pelan-pelan tidak cocok lagi untuk rumah
pendidikan bagi anak-anak Conforti. Jumlah mereka bertambah, kebutuhan akan
rumah juga bertambah. Maka, Conforti menyiapkan pendirian bangunan baru bagi
anak-anaknya. (lihat ulasan sebelumnya
di sini). Rumah ini memang tidak digunakan lagi sebagai rumah pendidikan
sejak saat itu. Conforti menjual rumah itu. Uangnya dipakai untuk membeli tanah
dan membangun rumah baru.
Rumah bersejarah itu kini berubah jadi kantor bank. Kami berempat
bersama Padre Ermano sempat melihat-lihat dari luar rumah ini. Di pintu
tertulis nama bank itu. Kami ingin masuk namun pintu tertutup. Dibel tapi tidak
direspons. Mungkin banknya tutup pada
hari itu. Hari itu memang hujan. Kami tiba di situ saat hujan gerimis. Entahlah
kantor bank itu buka atau tutup saat hujan seperti ini. Kiranya tidak. Tapi mengapa
kami tidak direspons? Mungkin belum saatnya. Seperti Conforti, kami memang
tidak punya hak lagi untuk mengurus rumah itu. Rumah itu sudah dijual, sudah
dipindahtangankan. Bukan milik kami lagi. Meski demikian, kami punya nilai
sejarah atas rumah itu.
Terima kasih Padre Ermano untuk petualangan kali ini. Terima
kasih sudah berbagi ilmu dengan kami dan menjadi guide kami selama beberapa
kali pertemuan ini. Terima kasih sekali lagi.
Dari rumah ini, kami pulang. Melewati gereja katedral,
rumah induk kongregasi suster Hati Kudus (Sacro
Cuore) yang terletak di samping katedral, melewati biara para rahib
Benediktin, juga dekat dengan katedral. Sampai jumpa di tulisan berikutnya
tentang Parma. Petualangan kali ini ditutup sampai di sini. Terima kasih untuk
pembaca. (habis)
PRM, 11/5/2015
Gordi
Posting Komentar