Saya tetap Ingat Om dan Tanta
Kunjungan ke MAsing dibuat dua kali. Dan sebelum kunjungan kedua, saya
mengunjungi Om saya (adik pertama
dari mama). Dia dianggap sebagai Om yang bisa jadi jubir-adat. Bisa membawakan
kata-kata wejangan dalam bahasa Manggarai. Saya dan bapak pergi ke rumahnya
sehari sebelum kunjugan kedua ke Masing. Boleh dibilang kunjungan ini menjadi undangan.
Om saya ini tinggal di Lait-Hawe. Dekat dengan paroki. Istrinya kebetulan berasal
dari kampung ini. Anaknya 6 orang. Empat lelaki dan dua perempuan. Anak sulung
sudah duduk di bangku kuliah. Keluarga Om saya ini menerima kami dengan ramah.
Keramahan inilah yang saya rasakan di rumah ini. Ini berarti mereka senang
dengan kehadiran kami. Kami pun pulang dengan gembira hati. Mereka juga
mendukung acara ini serta mendukung pendidikan saya.
Liburan kali ini boleh dibilang sebagai liburan untuk berkunjung. Meski
tidak semua keluarga bisa dikunjungi tetapi kunjungan ini menjadi awal untuk
mengenal keluarga besar kami. Demikianlah yang terjadi pada kunjungan ke Jengok-Kempo. DI sini ada Tanta saya.
Saya sebelumnya hanya mendengar namanya. Kali ini bukan saja mendengar tetapi
melihatnya langsung. Saya tak segan-segan untuk memintanya foto bersama. Dia
sudah tua tetapi semangatnya masih muda ketika menerima kami. Dia sendiri di
rumah tetapi bisa masak untuk kami. Anaknya di kebun. Dia juga sedang puasa.
Dia satu-satunya tanta saya yang Muslim. Meski Muslim, dia tetap menghargai
kami sebagai Katolik. (bersambung)
Gordi
Posting Komentar