Sekali Melangkah untuk Dua Tempat
Kali ini yang ikut adalah Bapak dan Om saya. Kami bertiga berdoa sejenak
sembari menyalakan lilin di kuburan Kakek dan Nenek di Wetik. Bapak memimpin
doa. Kami bertiga masing-masing menyalakan lilin. Dalam hati, saya juga memohon
sesuatu pada kakek dan nenek agar perjalanan belajar saya lancar. Kata orang,
berdoa pada dan untuk arwah nenek moyang juga perlu. Dan, memang saya mengakui ini.
Iman Katolik juga mengakui ini. Tradisi Manggarai-Flores juga demikian. Jadilah
saya menjalankan tradisi dan juga mempraktikkan iman saya pada Kristus.
Di Masing, kami bertemu Om saya dan juga Mama kecil (adik dari Mama) saya.
Di sini juga kami berdoa di kuburan Kakek dan Nenek. Sayang sekali mereka sudah
pergi sebelum saya kembali untuk liburan. Kakek lebih dulu, dua tahun lalu,
kemudian Nenek, setahun lalu. Padahal waktu saya pergi, mereka masih sehat. Apa
boleh buat saya tidak bisa melihat mereka lagi. Tetapi hati saya masih terbuka
untuk membawa mereka dalam doa. Itulah sebabnya, malam ini juga kami berdoa di
kuburan mereka.
Ini kunjungan pertama ke Masing. Masih ada kunjungan kedua, menjelang
keberangkatan saya. Kunjungan kedua ini lebih meriah dan lebih tinggi bobotnya.
Pada saat ini kami juga berdoa di kuburan. Selain itu ada juga acara doa
bersama, memberi makan pada arwah nenek moyang, dan juga makan bersama.
Keluarga yang hadir cukup banyak. Keempat Om saya hadir, Mama kecil, Mama, adik
bungsu saya, Bapak kecil saya dari Wetik, dan Bapak. Ramai. Dan rupanya
kunjungan kali ini berhasil mengumpulkan kami dalam kesatuan keluarga besar
mama. (bersambung)
CPR, 20 Agustus 2013
Gordi
Posting Komentar