Sampaikan Doamu lewat Lilin
Lilin bukan saja sebagai penerang tetapi juga sebagai media pengantar doa.
Kita semua tahu lilin berjasa menerangi umat manusia. Di kampung-kampung yang
belum ada listrik, lilinlah sumber terang. Saya juga dulu waktu SMP masih pakai
lilin untuk belajar di pagi hari sebelum mandi pagi dan berangkat sekolah.
Bahkan, di zaman modern pun lilin masih dicari. Di kala ada kematian atau
berkunjung ke kuburan keluarga, lilin selalu menjadi andalan. Saat berdoa, lilin
juga dipakai sebagai penerang. Ya, lilin yang sederhana itu manfaatnya luar
biasa.
Di Lourdes, saya lihat orang-orang menjual dan membeli lilin-lilin ini. Di
toko-toko sekitar Lourdes, banyak dijual lilin. Dari ukuran kecil 1o cm hingga
ukuran besar 1-1,5 meter. Mirip lilin paskah dalam liturgi Gereja Katolik.
Lilin ini laku sekali. Baik yang ada di toko maupun di dalam kompleks Lourdes.
Yang di dalam kompleks tampaknya lebih unik cara jualnya. Tidak beda dengan
minuman kopi, cokelat, susu, dan minuman lainnya yang dipajang di mesin untuk
dijual. Tidak ada pelayannya. Pelayannya adalah pembeli sendiri. Tinggal
masukan sejumlah uang dan menekan tombol yang ditentukan lalu keluar
minumannya. Demikian juga lilin di Lourdes, masukan uang lalu tekan tombol
untuk memilih ukuran lilin, dan nanti keluar sendiri.
Orang-orang berbondong-bondong membawa lilin itu ke tempat pembakaran lilin
yang ada di samping kanan gua, sebelum masuk kompleks pemandian air suci. (lihat catatan saya sebelumnya di sini).
Di situ disediakan beberapa kotak besar berukuran sekita 1,2 meter panjang dan
lebarnya, dan tingginya 2,5 meter. Di dalamnya ada tempat khusus untuk menaruh
lilin dengan posisi tegak. Sudah di atur dengan rapi. Lalu, lilin-lilin itu
dinyalakan. Tentu oleh mereka yang menyimpannya dengan maksud tertentu. Lilin
itu akan menyala sampai cairannya habis.
Di antara lilin-lilin itu ada yang diberi tulisan khusus. Ini bisa dipesan
langsung di tempat penjualannya. Nama keluarga, nama kelompok peziarah, ujud
doa, dan sebagainya. Jangan heran jika di lilin itu tertera tulisan dalam
berbagai bahasa. Ada yang berbahasa Italia, Prancis, Inggris, Jerman, Belanda,
Korea, Cina/Mandarin, Tagalog, dan sebagainya. Ini yang menarik bagi saya.
Lilin itu rupanya sebagai media pengantar doa. Melalui lilin itu, manusia
menyampaikan doanya pada Tuhan. Tentu tidak begitu saja. Mereka yang membakar
lilin itu berhenti sejenak untuk berdoa secara pribadi dengan Tuhan. Sama
halnya mereka yang membakar lilin di depan Bunda Maria lalu duduk berjam-jam
untuk berdoa bersama Bunda Maria. Demikian mereka ini. Lilin yang besar memang
tak mungkin dibakar di depan patung Bunda Maria karena ukurannya beda dengan
ukuran tempat lilin di situ. Jadi, dibuatlah tempat khusus untuk membakar lilin
dengan berbagai ukuran seperti ini.
Lilin yang menyala itu menjadi harapan kiranya manusia juga menjadi
penerang bagi sesamanya. Cahaya lilin memang tidak cerah seperti cahaya lampu
listrik namun cahaya lilin tak akan tergantikan. Lilin di mana-mana dan kapan
saja akan selalu dibutuhkan. Selain lilin sebagai alat bantu untuk doa, taman
sebagai sarana untuk berdoa juga tak kalah penting. Di Lourdes juga ada taman
untuk berdoa. Untuk bagian ini kita lihat di edisi selanjutnya. Jangan lupa
ikuti terus tulisan saya setiap edisi. Akan lebih lengkap jika baca dari edisi
pertama. Terima kasih dan sampai jumpa lagi. (bersambung)
Parma, 1/9/2014
Gordi
Terima kasih untuk informasinya Mbak Natalia
BalasHapussalam hangat
Gordi