Halloween party ideas 2015
Tampilkan postingan dengan label FLORES. Tampilkan semua postingan

Tidak ada Rasa Kecewa, yang Ada hanya Puasss

Puas rasanya setelah hampir semua keluarga dikunjungi. Saya tidak tahu, liburan kali ini khusus untuk kunjungan saja. Padahal tidak ada rencana sebelumnya. Jauh sebelumnya memang ada niat. Dan kali ini niat itu terlaksana. Saya dan bapak saya banyak jalan. Dan mama saya selalu menanti di rumah. Menanti kepulangan kami setiap kali kami jalan.

Adik-adik saya juga selalu senang kala kami kembali. Pengen mereka juga ikut dengan kami. Namun semuanya tidak bias pergi bersama. Harus ada yang jaga di rumah. Dan memang beberapa kali kami jalan bersama. Tetapi yang lain tetatp di rumah. Yang lain lagi mau ikut tetapi sudah masuk sekolah. Yahhh singkatnya hanya saya dan bapak yang punya bapak waktu untuk bisa berkunjung.

Memang tidak semua keluarga dikunjungi. Waktu terbatas dan tenaga juga ada batasnya. Ada waktu untuk jalan ada waktu untuk beristirahat, mengobati kecapekan. Dua Tanta saya belum dikunjungi. Tiga tahun lalu saja saya mengunjungi mereka. Bukan berarti kali ini tidak ada niat tetapi karena tidak ada waktu.

Tidak ada kata kecewa karena tidak sempat mengunjungi mereka. Karena, saya sudah puas dengan kunjungan kali ini. Tidak semua tetapi sebagian besar. Dan sebagian besar ini belum dikunjungi pada liburan sebelumnya. Terima kasih untuk bapak yang selalu setia, semangat, untuk mengajak saya jalan, untuk memberi semangat kalaku lelah, untuk sama-sama bercerita, berbagi kisah dengan keluarga. (habis)

CPR, 20 Agustus 2013

Bukan Karena Tidak Mau tetapi Tidak Tahu



Selain keluarga Tanta, kami juga mengunjungi keluarga besar Almarhumah Nenek, ibu dari bapak saya di Sumar. Kunjungan ke sini dibuat dua kali. Pertama, ada pesta adat (Pasa). Kedua, acara penghormatan pada arwah leluhur kami.

Di sini Nenek kami lahir. Kampungnya dari sini. Kami sebagai cucu, juga bapak sebagai anaknya, tetap teratur mengunjungi kampung nenek ini. Bagi, kami, dalam kepercayaan adat Manggarai, kampung nenek merupakan asal-usul anak-cucu. Itulah sebabnya kami selalu mengunjungi kampung ini. Dari sini kami semua berasal.


Saya juga baru tahu kalau keluarga besar kami di sini banyak. Ketika acara pertama, saya, dua adik perempuan saya, bapak saya, dan kakak sepupu saya, turut hadir. Dan, rupanya bukan hanya kami saja. Banyak keluarga lain. Dalam hitung-hitungan asal-usul, yang datang saat itu adalah keluarga saudari. Ada berapa keluarga saudari yang hadir. Semuanya bersatu dan memberikan sejumlah dana kepada keluarga saudara.


Lain acara pertama, lain lagi acara kedua. Tidak ada pengumpulan dana untuk saudara dalam acara kedua. Yang ada hanyalah berdoa bersama dan memberi makanan kepada arwah kakek-nenek moyang. Juga acara khusus sebagai ucapan terima kasih pada orang tua atas didikan dan binaannya pada anak-anak. Jarak saya dengan kakek-nenek ini memang jauh. Dan memang yang membuat acara terima kasih ini adalah bapak saya dan saudara-saudaranya. Mereka adalah kumpulan anak-anak yang tahu berterima kasih pada orang tua. Tetapi, saya juga ikut berterima kasih karena saya juga menerima didikan dari bapak dan mama saya. Itulah sebabnya, kami mengunjungi kampung ini dua kali.

Keluarga kakek-nenek dari keluarga mama sudah dikunjungi, tetapi keluarga bapak belum pernah. Demikian jeritan hati bapak saya. Bapak saya sering mengunjungi keluarga mamanya sedangkan keluarga bapaknya jarang bahkan tidak pernah. Bukan karena bapak tidak mau. Bapak tidak tahu. Keluarga bapaknya jarang mengunjungi mereka.

Ibu dari bapak saya berasal dari Ngkaer-Satarmese. Dia hanya mendengar ujaran itu. Belum pernah saling kunjung. Itulah sebabnya bapak mengajak saya dan adik saya berkunjung ke sana. Dan menjadi sebuah berkat da rahmat karena, kami bertemu dengan keluarga itu. Setelah dihubung-hubungkan melalui cerita, kami berhasil bertemu keluarga ini.


Kami memang sudah merencanakan ini. Dan kami patut berterima kasih pada keluarga ini karena mereka menerima kami dengan senang hati. Ibaratnya anak yang pulang ke rumahnya. Kami bercerita dan menyebut-nyebut nama nenek kami. Dan dari nama itulah muncul kesamaan. Rupanya memang itu keluarganya. Dan dari nama pula tak dipungkiri kalau itu memang keluarga kami. Terima kasih untuk keluarga Satarmese-Ngkaer yang sudah menerima kami.

Kami pikir kampung itu jauh dan kami mungkin tersesat. Rupanya tidak. Dari Ruteng, kami naik mobil tujuan Narang. Dan kami turun di tengah jalan, di mana ada kampung perkembangan dari Ngkaer. Dan di sinilah kami menemukan keluarga kami. Terima kasih kakek dan nenek yang sudah menerima kami. Terima kasih Tuhan untuk anugerhamu ini. (bersambung)

CPR, 20 Agustus 2013
Gordi


Saya tetap Ingat Om dan Tanta



Kunjungan ke MAsing dibuat dua kali. Dan sebelum kunjungan kedua, saya mengunjungi Om saya (adik pertama dari mama). Dia dianggap sebagai Om yang bisa jadi jubir-adat. Bisa membawakan kata-kata wejangan dalam bahasa Manggarai. Saya dan bapak pergi ke rumahnya sehari sebelum kunjugan kedua ke Masing. Boleh dibilang kunjungan ini menjadi undangan.

Om saya ini tinggal di Lait-Hawe. Dekat dengan paroki. Istrinya kebetulan berasal dari kampung ini. Anaknya 6 orang. Empat lelaki dan dua perempuan. Anak sulung sudah duduk di bangku kuliah. Keluarga Om saya ini menerima kami dengan ramah. Keramahan inilah yang saya rasakan di rumah ini. Ini berarti mereka senang dengan kehadiran kami. Kami pun pulang dengan gembira hati. Mereka juga mendukung acara ini serta mendukung pendidikan saya.




Liburan kali ini boleh dibilang sebagai liburan untuk berkunjung. Meski tidak semua keluarga bisa dikunjungi tetapi kunjungan ini menjadi awal untuk mengenal keluarga besar kami. Demikianlah yang terjadi pada kunjungan ke Jengok-Kempo. DI sini ada Tanta saya. Saya sebelumnya hanya mendengar namanya. Kali ini bukan saja mendengar tetapi melihatnya langsung. Saya tak segan-segan untuk memintanya foto bersama. Dia sudah tua tetapi semangatnya masih muda ketika menerima kami. Dia sendiri di rumah tetapi bisa masak untuk kami. Anaknya di kebun. Dia juga sedang puasa. Dia satu-satunya tanta saya yang Muslim. Meski Muslim, dia tetap menghargai kami sebagai Katolik. (bersambung)

CPR, 20 Agustus 2013

Gordi

Sekali Melangkah untuk Dua Tempat


Petualangan kedua ke Masing, kampung kakek dan nenek saya dari keluarga Mama. Kunjungan ini juga sekaligus ke Wetik, tempat asal Bapak saya. Sebab, kami melewati Wetik jika mau ke Masing.

Kali ini yang ikut adalah Bapak dan Om saya. Kami bertiga berdoa sejenak sembari menyalakan lilin di kuburan Kakek dan Nenek di Wetik. Bapak memimpin doa. Kami bertiga masing-masing menyalakan lilin. Dalam hati, saya juga memohon sesuatu pada kakek dan nenek agar perjalanan belajar saya lancar. Kata orang, berdoa pada dan untuk arwah nenek moyang juga perlu. Dan, memang saya mengakui ini. Iman Katolik juga mengakui ini. Tradisi Manggarai-Flores juga demikian. Jadilah saya menjalankan tradisi dan juga mempraktikkan iman saya pada Kristus.

Kami juga singgah sebentar di rumah Bapak kecil saya di Wetik. Di sini kami bercerita sambil minum kopi. Alunan cerita membuat kami terbuai dengan waktu. Kami sadar lalu kami pamit dan melanjutkan perjalanan ke Masing.

Di Masing, kami bertemu Om saya dan juga Mama kecil (adik dari Mama) saya. Di sini juga kami berdoa di kuburan Kakek dan Nenek. Sayang sekali mereka sudah pergi sebelum saya kembali untuk liburan. Kakek lebih dulu, dua tahun lalu, kemudian Nenek, setahun lalu. Padahal waktu saya pergi, mereka masih sehat. Apa boleh buat saya tidak bisa melihat mereka lagi. Tetapi hati saya masih terbuka untuk membawa mereka dalam doa. Itulah sebabnya, malam ini juga kami berdoa di kuburan mereka.

Ini kunjungan pertama ke Masing. Masih ada kunjungan kedua, menjelang keberangkatan saya. Kunjungan kedua ini lebih meriah dan lebih tinggi bobotnya. Pada saat ini kami juga berdoa di kuburan. Selain itu ada juga acara doa bersama, memberi makan pada arwah nenek moyang, dan juga makan bersama. Keluarga yang hadir cukup banyak. Keempat Om saya hadir, Mama kecil, Mama, adik bungsu saya, Bapak kecil saya dari Wetik, dan Bapak. Ramai. Dan rupanya kunjungan kali ini berhasil mengumpulkan kami dalam kesatuan keluarga besar mama. (bersambung)

CPR, 20 Agustus 2013

Gordi

SEBELUMNYA: Petualangan-Petualangan Seru di Flores 1

Dia Sudah Pergi tetapi Kami tetap Datang

Di Jembatan Wae Impor, foto, koleksi pribadi
Liburan kali ini (Juli-Agustus 2013) beda dengan liburan sebelumnya. Kalau sebelumnya tidak banyak perjalanan, kali ini banyak sekali. Perjalanan bukan untuk sekadar mengisi waktu tetapi punya maksud jelas. Jelas sekali bahwa perjalanan ini perlu. Tetapi saya tidak mau kaku dengan istilah perjalanan bermaksud ini. Saya tetap mengistilahkannya sebagai perjalanan petualangan. Petualangan boleh dianggap sebagai sia-sia. Tetapi petualangan juga punya manfaat jelas.

Petualangan pertama saya buat bersama bapak saya. Kami mengunjungi keluarga tanta saya (Kakak Perempuan dari Bapak) di Monsok. Ini adalah kakak sulung bapak saya. Dia sudah pergi beberapa waktu lalu. Suaminya jauh sebelumnya ketika saya masih SD. Tetapi keluarganya masih banyak. Anak laki-lakinya yang kedua mendiami rumah Tanta saya ini. Anaknya ini, yang juga saya panggil kakak, sudah berkeluarga dan dikaruniai 2 orang anak.

Kami bertemu keluarga ini. Kami berangkat dari rumah pagi-pagi. Bapak saya melanjutkan perjalanan ke Ruteng. Sedangkan saya singgah di rumah Ovan, adik kelas saya, di Golowelu. Beberapa hari sebelumnya keluarga Ovan menelepon saya dan minta untuk bertemu. Dan hari ini pertemuan itu terjadi. Saya tinggal beberapa jam di rumahnya sembari menunggu bapak dari Ruteng.

Perjalanan ini menjadi berahmat karena ternyata bapak bertemu dengan istri kakak saya. Dia juga pulang dari Ruteng. Jadilah perjalanan ini sungguh berahmat. Kami sama-sama dalam bis menuju Monsok.

Kami senang bertemu kembali. Di Monsok ada dua kakak saya, Perempuan kedua dan Laki-laki kedua, anak dari Tanta saya ini. Sebenarnya ada satu lagi di Ranggu, kampung tetangga. Tetapi kali ini dia tidak sempat berkumpul. Dua keluarga ini berkumpul di rumah kakak laki-laki.

Lapangan Sepak Bola Paroki Ranggu, foto koleksi pribadi
Kami tiba siang hari. Panas-panasnya suhu di Monsok. Kakak saya rupanya sudah memahami kondisi ini. Dan, tahu juga cara mengatasinya. Dia membuat es kelapa muda. Air kelapanya kami minum. Sedangkan dagingnya dimakan. Uenak banget. Ini penerimaan pertama kami di sini.

Waktu terus berjalan dan sampailah kami pada sore hari. Kami berkunjung ke kuburan Tanta saya ini bersama kakak saya. Kakak laki-laki menunjukkan jalan. Ikut serta istri dan anak bungsunya. Jadilah kami berlima. Kami menyalakan lilin di beberapa kuburan keluarga Tanta. Kemudian kami berdoa sejenak.

Untuk inilah kami datang ke Monsok. Perjalanan ini jauh. Dari Kotok ke Golowelu. Dari Golowelu ke Ranggu. Dari Ranggu jalan kaki melewati Jembatan Wae Impor menuju Monsok. Yang terakhir ini ditempuh selama 30 menit. Medannya menantang. Menurun dulu baru mendaki dan sampai di rumah. (bersambung)

CPR, 20 Agustus 2013
Gordi



Diberdayakan oleh Blogger.