Bukan Karena Tidak Mau tetapi Tidak Tahu
Selain keluarga Tanta, kami juga mengunjungi keluarga besar Almarhumah
Nenek, ibu dari bapak saya di Sumar.
Kunjungan ke sini dibuat dua kali. Pertama, ada pesta adat (Pasa). Kedua, acara
penghormatan pada arwah leluhur kami.
Di sini Nenek kami lahir. Kampungnya dari sini. Kami sebagai cucu, juga
bapak sebagai anaknya, tetap teratur mengunjungi kampung nenek ini. Bagi, kami,
dalam kepercayaan adat Manggarai, kampung nenek merupakan asal-usul anak-cucu.
Itulah sebabnya kami selalu mengunjungi kampung ini. Dari sini kami semua
berasal.
Saya juga baru tahu kalau keluarga besar kami di sini banyak. Ketika acara
pertama, saya, dua adik perempuan saya, bapak saya, dan kakak sepupu saya,
turut hadir. Dan, rupanya bukan hanya kami saja. Banyak keluarga lain. Dalam
hitung-hitungan asal-usul, yang datang saat itu adalah keluarga saudari. Ada
berapa keluarga saudari yang hadir. Semuanya bersatu dan memberikan sejumlah
dana kepada keluarga saudara.
Lain acara pertama, lain lagi acara kedua. Tidak ada pengumpulan dana untuk
saudara dalam acara kedua. Yang ada hanyalah berdoa bersama dan memberi makanan
kepada arwah kakek-nenek moyang. Juga acara khusus sebagai ucapan terima kasih pada
orang tua atas didikan dan binaannya pada anak-anak. Jarak saya dengan
kakek-nenek ini memang jauh. Dan memang yang membuat acara terima kasih ini
adalah bapak saya dan saudara-saudaranya. Mereka adalah kumpulan anak-anak yang
tahu berterima kasih pada orang tua. Tetapi, saya juga ikut berterima kasih
karena saya juga menerima didikan dari bapak dan mama saya. Itulah sebabnya,
kami mengunjungi kampung ini dua kali.
Keluarga kakek-nenek dari keluarga mama sudah dikunjungi, tetapi keluarga
bapak belum pernah. Demikian jeritan hati bapak saya. Bapak saya sering
mengunjungi keluarga mamanya sedangkan keluarga bapaknya jarang bahkan tidak
pernah. Bukan karena bapak tidak mau. Bapak tidak tahu. Keluarga bapaknya
jarang mengunjungi mereka.
Ibu dari bapak saya berasal dari Ngkaer-Satarmese.
Dia hanya mendengar ujaran itu. Belum pernah saling kunjung. Itulah
sebabnya bapak mengajak saya dan adik saya berkunjung ke sana. Dan menjadi
sebuah berkat da rahmat karena, kami bertemu dengan keluarga itu. Setelah dihubung-hubungkan
melalui cerita, kami berhasil bertemu keluarga ini.
Kami memang sudah merencanakan ini. Dan kami patut berterima kasih pada
keluarga ini karena mereka menerima kami dengan senang hati. Ibaratnya anak
yang pulang ke rumahnya. Kami bercerita dan menyebut-nyebut nama nenek kami.
Dan dari nama itulah muncul kesamaan. Rupanya memang itu keluarganya. Dan dari
nama pula tak dipungkiri kalau itu memang keluarga kami. Terima kasih untuk
keluarga Satarmese-Ngkaer yang sudah menerima kami.
Kami pikir kampung itu jauh dan kami mungkin tersesat. Rupanya tidak. Dari Ruteng,
kami naik mobil tujuan Narang. Dan kami turun di tengah jalan, di mana ada
kampung perkembangan dari Ngkaer. Dan di sinilah kami menemukan keluarga kami.
Terima kasih kakek dan nenek yang sudah menerima kami. Terima kasih Tuhan untuk
anugerhamu ini. (bersambung)
CPR, 20 Agustus 2013
Gordi
Posting Komentar