Halloween party ideas 2015


Udara dingin menusuk kulit. Terasa, sudah tengah hari. Bukannya merasa segar tetapi menggigil. Sinar matahari “terkalahkan” oleh dinginnya udara. Ya begitulah udara dingin di Batu Tapak ini.

Batu Tapak, terletak di kaki Gunung Salak, tepatnya di Cidahu, Sukabumi. Jangan heran kalau udaranya agak dingin. Apalagi, kami baru saja datang dari daerah panas, Jakarta. Untuk beberapa hari ke depan, kami jadi orang gunung. 


Segera setelah barang diturunkan dari mobil, kami mengangkutnya menuju tenda. Selain perlengkapan pribadi, seperti tas, kami membawa perlengkapan rekreasi, perlengkapan makan, dan perlengkapan masak. Tak lupa perlengkapan untuk kemah yakni 4 buah tenda. *Semua foto dari dokumen pribadi

Di lapangan sudah terpasang tenda semi pleton. Tenda ini berukuran lebih kurang 6 x 4m. Tenda ini ditopang dua besi penyangga utama dan 6 penyangga samping. Atapnya dari kain-plastik anti hujan. Namun, karena kondisi tenda sudah tua, di atapnya ditambahkan sebuah terpal tebal. Tenda ini mirip barak polisi dan tentara di tempat pengungsian.

Kami menyimpan semua perlengkapan di tenda besar ini. Sebagian menggelar tenda kecil yang kami bawa. Sebagian juga mengatur barang-barang di tenda besar. Sebagian lagi merancang perlengkapan dapur. Tempat gas dipasang, tempat masak, periuk, tempat piring-gelas-sendok, dan sebagainya. Menjelang makan siang, pukul 12, semuanya beres. Makan siang ini dibeli di pengelola Batu Tapak.

Ketika pas waktunya, kami makan. Makan di alam bebas. Penuh damai. Semuanya mengambil posisi teratur. Ada yang dalam tenda, di luar, dan ada pula yang di bale-bale. Seperti model makan di kampung kuno. Semua mengambil dari satu tempat nasi. Menu makannya enak. Ayam goreng plus. Menu yang tak boleh lupa adalah sambal. Sebab, suhu dingin mesti dihadapi dengan kepanasan. Sehingga jadinya seimbang. Lumayan, netral di kehangatan.

Selesai makan, kami berpencar. Ada yang bercerita sambil berkeliling di dekitar kawasan Batu Tapak. Ada yang duduk di bale sambil main catur. Rekreasi untuk menghilangkan kepenatan selama di Jakarta. Namun, tampaknya bermain catur menambah kerut dahi karena selalu berpikir. Beda dengan mereka yang jalan-jalan, menikmati alam. Atau juga yang pergi berdua sambil bercerita. Ini kesempatan untuk face to face. Selain itu, ada pula yang tidak bisa menyembunyikan rasa kenyang. Masuk jalan pintas, baring di tenda dan di bawah pohon. Cuaca mendung, pertanda mau hujan,  namun hujan tidak turun juga. Jadilah kami tidur pulas di tenda besar dan kecil, di bale-bale dan di bawah pohon.

Sorenya, kami berolahraga. Permainan futsal menjadi pilihan. Lapangan miring tak menyurutkan niat untuk mengolah si kulit bundar. Harus hati-hati menendang bola. Beberapa teman mengistilahkan dengan bahasa “menendang dengan perasaan”. Kalau tidak, bola akan keluar dan masuk jurang. Bola hanya ada satu. Kalau hilang apa boleh buat permainan berhenti. Semua pemain menaati aturan main. Jangan heran kalau permainan ini bertahan selama sekitar 3 jam. Maklum, terasa tidak capek. Keringat jarang. Agar bias keringat, harus lari berkali-kali.

Malamnya, kami berkumpul bersama memanjatkan puji-syukur kepada Tuhan. Kata sang Guru, “di mana dua atau tiga orang berkumpul dan memuliakan nama-Ku, di situ Aku ada.” Kami yang berkumpul banyak maka kami yakin Yesus ada di tengah kami. Ke mana pun kita pergi Tuhan selalu hadir dan mengingatkan kita untuk memuliakan-Nya dalam aktivitas kita.

Suasana di tempat ini pun mendukung kami untuk begadang. Terutama beberapa teman yang hobi begagadang. Di Jakarta agak sulit karena sibuk. Orang mengurung diri di kamar dan sibuk dengan pekerjaanya. Di sini tidak ada batas. Semuanya tidur di tenda yang sama. Celakanya, kegiatan mereka ini mengganggu yang lain yang mau tidur lebih awal. Dalam kebersamaan memang suka-duka ditanggung bersama. Beginilah kegiatan camping hari pertama di Batu Tapak.(Bersambung...)

Cempaka Putih 2 Juli 2011
Gordi Afri

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.