Seminggu di Kos Teman
Setelah makan di warung tadi kami menuju kos kakak saya. Kos
ini dihuni para cewek. Memang dikhususkan untuk cewek. Apakah boleh masuk
cowok? Di sinilah masalahnya. Saya kok boleh masuk di sini?
Tentu untuk bertamu, cowok boleh-boleh saja. Tetapi kalau menginap?
Tidak boleh. Tetapi masih ada pertimbangan lain. Saya kan bukan siapa-siapa. Saya
adalah adik dari seorang penghuni kos. Okelah kalau begitu diperbolehkan nginap di kos ini.
Kakak saya meminjam KTP saya untuk ditunjukkan ke pak RT. Ini
untuk memeperjelas identitas. Siapa tahu ada teroris menyelinap. Bukan. Saya punya
tanda identitas. Jadi bukan sembarang orang. Itulah sebabnya saya tidak
diapa-apakan oleh Pak RT. Saya diperbolehkan menginap.
Sore pertama saya tidur. Maklum capek. Lalu bangun pada
malam harinya. Mandi dulu. Kemudian jalan-jalan ke mol. Di sinilah naik
eskalator pertama kali. Ada keragu-raguan dan ketakutan. Tetapi setelah dilatih
berkali-kali saya jadi berani.
Hari keempat saya pindah di kos teman saya yang cowok. Di sini
saya tinggal selama 3 hari juga. Kami tidur di kos yang kamarnya tidak terlalu
luas. Berbagi temapt. Untuk makan kami pesan di warung. Teman saya berlangganan
di situ. Kami masuk dan ambil makan apa saja sesuai porsi yang ditentukan
setiap kali jam makan. Di sini juga saya tidak sepi. Meski teman saya ini bukan
satu sekolah dengan saya tetapi saya jadi “diakrabi” saja. Saya pun betah di
situ. Tetapi masih ada yang mengganjal di hati saya waktu itu. Apakah saya
ingat ke rumah? Tidak juga. Lalu????
Saya masih membayangkan seperti apakah kamar saya nanti di
Wisma xaverian. Tujuan saya memang belum tercapai. Saya membandingkan kehidupan
teman saya dengan kehidupan saya nantinya. Teman saya sudah punya kamar kos
seperti ini. Seperti apakah kos saya nantinya?
Untuk sementara saya merasa betah-betah saja. Esok lusa
sedang direncanakan kapan saya masuk wisma. Kakak saya sudah merencanakan itu. Saya
juga siap-siap.
Rasanya tidak sabar lagi. Tetapi saya emncoba untuk sabar. Kata
kakak saya, nikmati dulu kehidupan di luar. Kalau masuk nanti tidak ada
kesempatan untuk keluar lagi.
Masalahnya saya sedang berada di luar dan belum pernah
masuk. Belum tahu rasanya tinggal di dalam. Jadi ya....sama saja. Makanya saya
pingin masuk karena belum pernah merasakan kehidupan di dalam. Ingin cepat-cepat
tetapi mencoba untuk bersabar....
Okelah kalau begitu. Saya mencoba untuk menikmati kehidupan
di luar dulu. (bersambung..)
------------------------
PA, 15/11/12
Gordi Afri
Posting Komentar