Ditemani Seorang Ibu Muda dan Anaknya
foto Bis Malam di Terminal Giwangan, Yogya foto oleh Fauzi Bijak |
Di terminal keluarga saya membeli tiket dan langsung di
bisnya. Waktu itu saya naik bis LORENA. Bis yang katanya eksekutif kualitasnya
tetapi ternyata tidak eksekutif pelayanannya. Sekadar bocor cerita, kami para
penumpang, dioper ke bis ekonomi dari Surabaya ke Yogyakarta. Saya tak ingat
dnegan persis apakah kami 2 kali ganti bis atau sekali.
Di bis itu, saya diperkenalkan dengan seorang ibu dan
anaknya. Kakak saya “menitipkan” saya yang belum pernah ke Yogyakarta ini. Ibu yang
baik hati ini mau ke Solo. Saya tanya kepadanya, “Bu...kalau Solo-Yogya itu
berkdekatan atau jauh?”
“Wah...masih 70-80-an kilo meter lagi dari Solo.”
Tetapi tidak apa-apa. Dia dan anaknya mau menemani saya yang
malang ini. Kami pun sebatas perkenalan pada malam menjelang berangkat dari
terminal ini.
Saya duduk dengan seorang cewek Jawa Timur yang mau ke
Surabaya. Kami berkenalan di bis. Dia adalah seorang Protestan. Seorang pekerja,
anak keluarga pengusaha. Dia sedang kuliah di Surabaya. Dia mengunjungi
keluarganya di Denpasar-Bali.
*********
Malam itu, kami melewatkan sepanjang malam dalam perjalanan
dan penyebrangan Bali-Jawa. Ketika masuk kapal Feri, semua penumpang harus
turun dari bis. Saya dan ibu muda tadi ikut turun dan kami berbincang-bincang. Jiwa
keibuannya tampak. Dia membeli amkanan dan minuman ringan lalu memberikan
kepada saya dan anaknya. Saya seolah-olah anak kandungnya. Dia baik sekali.
Ketika turund ari kapal juga, kami sama-sama. Di warung
makan dan juga ketika pergantian bis. Saya semula tidak tahu kalau ini hanya
akal-akalan busuk sang sopir dan krunya. Ternyata kami sebenarnya sampai di
Yogyakarta dengan bis ini. Tetapi, tahu-tahunya kami dioper ke bis ekonomi. Sungguh
malang lagi nasibnya. Tetapi untunglah ada ibu ini yang mengarahkan saya.
Dalam perjalanan dari Surabaya ke Solo, saya duduk dekat ibu
dan anaknya ini. Kami duduk di satu gugusan kursi bis. Kami pun
berbincang-bincang. Saya tak banyak bicara waktu itu. Saya hanya mendengar
paparan ibu itu. Dia menjelaskan sekarang tiba di kota ini, kota A kota B. Saya
tak ingat persis. Saya masih cemas antara tiba di Yogyakarta atau tidak. Apalagi
ini pulau Jawa. Pulau besar yang belum begitu terbayangkan bagi saya.
*********
Ketika tiba di Solo, ibu itu pamit dan memberi nasihat
kepada saya, “Dek perjalanamu masih jauh. Kira-kira 80-an kilo meter lagi. Tetapi
siang nanti akan tiba di Yogyakarta. Hati-hati...”
Setelah mengucapkan itu, dia turun dan melambaikan tangan
kepada saya.
Hati saya diselimuti kesedihan. Bagaimana mungkin orang yang
ebrsahabat dengan saya ini kini meninggalkan saya. Sempat tetes air mata. Saya mencoba
untuk menahannya. Dia memang kini harus berpisah dengan saya.
Saya tak minta alamatnya. Kalau tahu, saya akan
mengunjunginya dan mau bertemu dengannya kembali. Sayang waktu itu belum saya
bayangkan. Tetapi saya tetap mendoakan ibu dan anaknya ini. Dialah penyelamat
bagi saya dalam perjalanan ini.
Dari Solo ke Yogyakarta saya selalu siaga. Penumpang bis
sisa 4 orang saja. Saya memberitahu sopir bahwa akan turun di Terminal
Giwangan. Sopir mengangguk. Saya menunggu-nunggu ternyata masih lama.
Pukul 13.00 baru saya tiba di Terminal Giwangan-Yogyakarta. Saya
harus menunggu kedua kaka saya (Kori dan Jeni) yang baru saja kembali ke kos
setelah lama menunggu saya. Saya menelepon mereka dan tersambung. Sambil menunggu,
saya mandi di terminal. Kebetulan ada kamar mandi. Ada juga petugas jaga yang
baik hati.
Saya
menitip tas di kamar wartel. Dari wartel inilah saya menelepon kakak Kori. Waktu
itu wartel masih banyak. Saya hanya menyimpan nomor hp lalu menelepon dari
wartel. 30 menit kemudian mereka datang dan bertemu saya. Kami makan-makan di
warung sebelum saya diboyong ke kos mereka. Saya harus makan meski tidak ada
nafsu makan. Bagaimana perjalanan selanjutnya? (bersambung....)
Gordi Afri
Posting Komentar