Halloween party ideas 2015

Ditemani Seorang Ibu Muda  dan Anaknya

foto Bis Malam di Terminal Giwangan, Yogya
foto oleh Fauzi Bijak
Sabtu, 13 Agustus 2005. Saya berangkat dari Bali. Keluarga dan sahabat saya di Bali mengantar saya ke Terminal Ubung untuk membeli tiket bis. Saya tidak memesan tiket sebelumnya. Biasanya tiket itu dipesan dulu minimal 3 hari sebelum berangkat. Itu kata orang yang sering bepergian. Saya hanya ikut keputusan mereka di Bali. Saya pun tidak banyak komentar karena memang belum tahu apa-apa soal perjalanan. Saya hanya membayangkan saya akan tiba di kota Yogyakarta besok harinya.

Di terminal keluarga saya membeli tiket dan langsung di bisnya. Waktu itu saya naik bis LORENA. Bis yang katanya eksekutif kualitasnya tetapi ternyata tidak eksekutif pelayanannya. Sekadar bocor cerita, kami para penumpang, dioper ke bis ekonomi dari Surabaya ke Yogyakarta. Saya tak ingat dnegan persis apakah kami 2 kali ganti bis atau sekali.

Di bis itu, saya diperkenalkan dengan seorang ibu dan anaknya. Kakak saya “menitipkan” saya yang belum pernah ke Yogyakarta ini. Ibu yang baik hati ini mau ke Solo. Saya tanya kepadanya, “Bu...kalau Solo-Yogya itu berkdekatan atau jauh?”
“Wah...masih 70-80-an kilo meter lagi dari Solo.”

Tetapi tidak apa-apa. Dia dan anaknya mau menemani saya yang malang ini. Kami pun sebatas perkenalan pada malam menjelang berangkat dari terminal ini.

Saya duduk dengan seorang cewek Jawa Timur yang mau ke Surabaya. Kami berkenalan di bis. Dia adalah seorang Protestan. Seorang pekerja, anak keluarga pengusaha. Dia sedang kuliah di Surabaya. Dia mengunjungi keluarganya di Denpasar-Bali.

*********
Malam itu, kami melewatkan sepanjang malam dalam perjalanan dan penyebrangan Bali-Jawa. Ketika masuk kapal Feri, semua penumpang harus turun dari bis. Saya dan ibu muda tadi ikut turun dan kami berbincang-bincang. Jiwa keibuannya tampak. Dia membeli amkanan dan minuman ringan lalu memberikan kepada saya dan anaknya. Saya seolah-olah anak kandungnya. Dia baik sekali.

Ketika turund ari kapal juga, kami sama-sama. Di warung makan dan juga ketika pergantian bis. Saya semula tidak tahu kalau ini hanya akal-akalan busuk sang sopir dan krunya. Ternyata kami sebenarnya sampai di Yogyakarta dengan bis ini. Tetapi, tahu-tahunya kami dioper ke bis ekonomi. Sungguh malang lagi nasibnya. Tetapi untunglah ada ibu ini yang mengarahkan saya.

Dalam perjalanan dari Surabaya ke Solo, saya duduk dekat ibu dan anaknya ini. Kami duduk di satu gugusan kursi bis. Kami pun berbincang-bincang. Saya tak banyak bicara waktu itu. Saya hanya mendengar paparan ibu itu. Dia menjelaskan sekarang tiba di kota ini, kota A kota B. Saya tak ingat persis. Saya masih cemas antara tiba di Yogyakarta atau tidak. Apalagi ini pulau Jawa. Pulau besar yang belum begitu terbayangkan bagi saya.

*********
Ketika tiba di Solo, ibu itu pamit dan memberi nasihat kepada saya, “Dek perjalanamu masih jauh. Kira-kira 80-an kilo meter lagi. Tetapi siang nanti akan tiba di Yogyakarta. Hati-hati...”
Setelah mengucapkan itu, dia turun dan melambaikan tangan kepada saya.
Hati saya diselimuti kesedihan. Bagaimana mungkin orang yang ebrsahabat dengan saya ini kini meninggalkan saya. Sempat tetes air mata. Saya mencoba untuk menahannya. Dia memang kini harus berpisah dengan saya.

Saya tak minta alamatnya. Kalau tahu, saya akan mengunjunginya dan mau bertemu dengannya kembali. Sayang waktu itu belum saya bayangkan. Tetapi saya tetap mendoakan ibu dan anaknya ini. Dialah penyelamat bagi saya dalam perjalanan ini.

Dari Solo ke Yogyakarta saya selalu siaga. Penumpang bis sisa 4 orang saja. Saya memberitahu sopir bahwa akan turun di Terminal Giwangan. Sopir mengangguk. Saya menunggu-nunggu ternyata masih lama.

Pukul 13.00 baru saya tiba di Terminal Giwangan-Yogyakarta. Saya harus menunggu kedua kaka saya (Kori dan Jeni) yang baru saja kembali ke kos setelah lama menunggu saya. Saya menelepon mereka dan tersambung. Sambil menunggu, saya mandi di terminal. Kebetulan ada kamar mandi. Ada juga petugas jaga yang baik hati.

Saya menitip tas di kamar wartel. Dari wartel inilah saya menelepon kakak Kori. Waktu itu wartel masih banyak. Saya hanya menyimpan nomor hp lalu menelepon dari wartel. 30 menit kemudian mereka datang dan bertemu saya. Kami makan-makan di warung sebelum saya diboyong ke kos mereka. Saya harus makan meski tidak ada nafsu makan. Bagaimana perjalanan selanjutnya? (bersambung....)

Gordi Afri

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.