2 Hari 1 Malam di Pulau Dewata
Saya juga sering mendengar kesan menarik seperti ini. Lantas
apakah saya datang ke Bali karena semata-mata kesan itu? Tidak! Saya hanya
sementara saja di sini. Singgah atau transit saja. Kebetulan ada keluarga di
sini. Jadi, saya diperkenankan untuk emnginap. Juga teman baik saya dari kampung.
Dia lebih dulu tiba. Di rumah dia juga saya menginap.
2 hari 1 malam di Pulau dewata. Tiba di Pelabuhan Benoa pada Jumat, 12 Agustus 2005, terus ke daerah Renon-Denpasar, di mana sahabat saya tinggal, lalu Sabtu, 13 Agustus sore hari berangkat dari Bali. Saya tidak mengerti apa-apa
tentang Bali di tahun 2005 itu. Saya ingat dua hal tentang Bali. Dua hal ini
adalah kesan saya dalam sekejap di sana.
Teman saya menjawab demikian. Ada juga seragam sekolah. Maksudnya
seragam nasional. Kalau yang batik ini seragam khas sekolah. Jadi, tiap sekolah
seragam khasnnya berbeda.
Kesan kedua adalah tentang orang Bali. Siang hari setelah
makan, saya sempat keluar rumah, ke halaman tengah. Di situ ada pohon tinggi
dan besar. Saya melihat seorang cewek membawakan berbagai jenis makanan di
situ. Ada pisang, ada daun, ada lilin unik berupa lidi berwarna merah, ada buah
yang lain. Inilah yang dinamakan sesajian. Saya tak paham soal ini. Saya juga
bertanya pada teman saya.
Ternyata beginilah kebiasaan orang Bali. Mereka menganggap
pohon itu sebagai Tuhan yang disembah dan dihormati. Pohon itu membutuhkan
sesajian (persembahan) dari manusia.
Demikain penjelasan yang saya dapat dari pembicaraan dengan
teman saya.
Bayang-bayang ke rumah belum muncul karena keramaian di
rumah keluarga ini. Saya yang orang baru malah melyangkan bayangan ke kota
Yogyakarta. Kapan yahhhh...sampai di sana? Ini pertanyaan yang menggema di hati.
“Kita langsung beli tiket di terminal besok,” demikian kata
keluarga saya. Saya hanya ikut saja. Pokoknya kalianlah yang mengurus semua
ini.
Okelah kalau begitu. Malam ini kita tenang-tenang saja. Mulailah
kami bercerita. Saya tak banyak buka mulut. Apalagi di antara yang berkumpul,
saya hanya mengenal satu orang saja. Plus sahabat yang datang bersama dari
rumah. Yang lainnya asing bagi saya.
Saya hanya punya kesempatan untuk berbincang dengan kenalan
saya ini. Untung saja dia cukup aktif. Dia mengajak saya berbincang. Juga dengan
pemilik rumah. Jadi, meski saya tidak banyak kenal mereka, mereka cukup aktif
mengajak saya berbicara. Mereka memang mengenal ayah saya. Tetapi ayah saya kan
beda dengan saya. Dia terkenal sedangkan saya tidak. Tetapi saya kecipratan keterkenalannya. Gara-gara namanya dia, saya jadi ikut terkenal juga.
Saya tidak ada waktu untuk jalan-jalan selama 2 hari dan 1
malam di sini. Hari pertama datang, langsung istirahat. Malamnya tidur pulas. Besok
pagi sampai siang hanya diam di rumah saja. Sorenya siap-siap ke Yogya. Seperti
apakah perjalanan selanjutnya ke kota pelajar di Idnonesia ini???? (bersambung....)
PA, 23/10/2012
Gordi Afri
Sami2...
BalasHapustrims dah mampir d blog sederhana ini...
salam...