Halloween party ideas 2015

Aku Tinggalkan Makasar

pantai Losari, Makasar, foto oleh Kenny Karli
Makasar belum saya telusuri semua. Alun-alun kotanya belum saya lihat. Makasar memang kecil menurut beberapa teman, tetatpi yang kecil ini pun tidak bisa saya kunjungi semua. Ini berarti kota kecil ini menyimpan hal besar yang mestinya saya kunjungi.

Memang benar. Saya belum kunjungi Pantai Losari, salah satu obyek wisata yang ramai dikunjungi di Makasar. Saya memang sudah mendapat beberapa informasi tentang daerah ini. Dan sudah melihat gambar-gambarnya di internet. Besar harapan saya agar saya bisa mengunjungi daerah yang bikin saya penasaran ini. Seperti apakah daerah ini? Apa yang menarik di sini? Lautnya kah? Pantainya kah? Atau ada obyek lain?

Lain Pantai Losari, lain TransStudio. Tempat ini adalah salah satu tempat yang ramai dikunjungi juga. Di sini ada studio besar. Banyak orang Maksar berkunjung ke sini hanya untuk menonton film. TransStudio dan Pantai Losari memang beda. Tetapi keduanya bisa dikunjungi secara bersamaan. Letaknya berdekatan. Sama-sama di daerah pinggir pantai. Saya melihat kedua tempat ini dari lantai 4 gedung Seminari Petrus Claver, Mariso, Makasar.

Saya memang tidak datang untuk mengunjungi obyek wisata. Tetapi, jika ada kesempatan mengapa tidak saya kunjungi. Kan bisa saja. Saya mungkin akan mengunjungi kedua tempat ini pada lain kesempatan saja. Saya harus kembali ke Yogyakarta pada Sabtu, 17 Maret 2013. Saya tetap punya impian tentang kota ini. 

Semoga kelak, saya akan datang ke sini lagi. Impian ini yang saya ceritakan pada keluarga saya sebelum berangkat ke Bandara Internasional Sultan Hasannudin hari ini. Saya diantar oleh keluarga saya. lagi-lagi saya diantar pakai mobil. Betapa besar pengorbanan keluarga saya. Padahal sebenarnya saya diantar pakai sepeda motor saja, itu luar biasa. Atau, kalau tidak saya pakai taksi saja. Biar saya bayar mahal. Itu konsekuensi dari sebuah perjalanan. Tetapi karena bisa bersedia antar maka saya lebih senang lagi.

Gara-gara naik mobil ini saya jadi dengan mudah dan asyik menyaksikan pemandangan di kiri-kanan jalanan dalam kota dan di sekitar tol. Pemandangannya indah. Ada tempat markas mdemo, ada beberapa kampus universitas. Tak ketinggalan bakal mol. Bangunannya sedang dibangun. Ada kantor pemerintah. Pemandangan dalam kota ini beda dengan pemandangan di sekitar tol menuju bandara. Di sini, seperti di tol-tol di Jakarta-Bogor, ada pohon-pohon hijau dan rindang. Ini memang menampilkan hijauanya alam di sekitar tol. Meski itu sebenarnya hanya menipu pemandangan saja. Sebab, pohon-pohon itu seolah-olah menjadi pemandangan alami di sekotar tol. Pemandangan itu seolah-olah menunjukkan bahwa di sekitar jalan tol ini hutan besar berisi pepohonan. Padahal pepohonan itu hanya tumbuh dan ditanam beberapa meter dari jalan tol saja. Sedangkan bagian besar keluarnya tetap gersang atau terisi gedung-gedung.

Perjalanan ke bandara amat mengasyikkan. Apalagi diputarkan juga lagu daerah Manggarai. Seolah-olah kami sednag berjalan di daerah MAnggarai, Flores, NTT. Kami memang membayangkan dan berandai kalau jalan ini ada di Manggarai. Betapa rakyat di sana amat senang. Tetapi menjadi mustahil karena rakyat di sana tidak punya kendaraan semewah yang kami gunakan hari ini. Di sana rakyatnya miskin tetapi punya ambisi besar untuk memiliki mobil. Alhasil, dengan ambisi ini ada di antara mereka yang keluar daerah, merantau. Dan di tanah rantaulah mereka mewujudkan impiannya punya mobil. Salah satunya pemilik mobil yang kami tumpangi ini. Dia adalah contoh orang berambisi yang sukses di tanah rantau.

Setibanya di bandara, saya langsung menuju ke tempat tukar tiket maskapai Lion Air. Saya memberikan kode booking tiket untuk ditukarkan. Karena kodenya itu dikirim dari Yogyakarta melalui sms maka saya menunjukkan saja kode itu kepada petugas. Dia membaca lalu mencocokkan dengan data di komputer. Lalu, keluarlah tiketnya. Kami datang lebih awal ke bandara untuk menyiasati kalau terjadi kemacetan di jalan. Alhamdulillah kami tiba lebih cepat juga. Kami gunakan waktu ini untuk bercerita dan berfoto di bandara sebelum saya masuk ke ruang tunggu.

Saya dan keluarga saya bercerita panjang lebar. Kami dulu hanya bertemu waktu saya kecil, masih SD. Dan, kini kami bertemu lagi. Bapa kecil saya sudah punya dua anak. Keduanya sudah SD. Dan, seperti mereka, saya dulu bertemu bapa mereka ketika saya berumur seusia mereka. Itulah yang kami kenangkan dalam perbincangan di bandara ini. Menarik mengisahkan perjalanan kisah kehidupan kami. Kami menyimpulkan bahwa kami harus bersyukur atas semua ini. Hidup emmang mesti disyukuri. Tak terasa kami bertemu lagi setelah sekian tahun tidak bersua. Itulah yang kami syukuri. Waktu berangkat makin mendekat. Kami pun berpisah. Mereka kembali ke tempat parkir mobil dan saya masuk ruang tunggu. Saya hanya bersyukur atas semua ini. Semoga kami bisa bertemu kembali. Terima kasih atas pertemuannya. Maaf kalau merepotkan. (bersambung)

PA, 2/5/13
Gordi

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.