Aku Tinggalkan
Makasar
pantai Losari, Makasar, foto oleh Kenny Karli |
Memang benar.
Saya belum kunjungi Pantai Losari, salah satu obyek wisata yang ramai
dikunjungi di Makasar. Saya memang sudah mendapat beberapa informasi tentang
daerah ini. Dan sudah melihat gambar-gambarnya di internet. Besar harapan saya
agar saya bisa mengunjungi daerah yang bikin saya penasaran ini. Seperti apakah
daerah ini? Apa yang menarik di sini? Lautnya kah? Pantainya kah? Atau ada
obyek lain?
Lain Pantai
Losari, lain TransStudio. Tempat ini adalah salah satu tempat yang ramai
dikunjungi juga. Di sini ada studio besar. Banyak orang Maksar berkunjung ke
sini hanya untuk menonton film. TransStudio dan Pantai Losari memang beda.
Tetapi keduanya bisa dikunjungi secara bersamaan. Letaknya berdekatan.
Sama-sama di daerah pinggir pantai. Saya melihat kedua tempat ini dari lantai 4
gedung Seminari Petrus Claver, Mariso, Makasar.
Saya memang
tidak datang untuk mengunjungi obyek wisata. Tetapi, jika ada kesempatan
mengapa tidak saya kunjungi. Kan bisa saja. Saya mungkin akan mengunjungi kedua
tempat ini pada lain kesempatan saja. Saya harus kembali ke Yogyakarta pada
Sabtu, 17 Maret 2013. Saya tetap punya impian tentang kota ini.
Semoga kelak, saya akan datang ke sini lagi. Impian ini yang saya ceritakan pada keluarga saya sebelum berangkat ke Bandara Internasional Sultan Hasannudin hari ini. Saya diantar oleh keluarga saya. lagi-lagi saya diantar pakai mobil. Betapa besar pengorbanan keluarga saya. Padahal sebenarnya saya diantar pakai sepeda motor saja, itu luar biasa. Atau, kalau tidak saya pakai taksi saja. Biar saya bayar mahal. Itu konsekuensi dari sebuah perjalanan. Tetapi karena bisa bersedia antar maka saya lebih senang lagi.
Semoga kelak, saya akan datang ke sini lagi. Impian ini yang saya ceritakan pada keluarga saya sebelum berangkat ke Bandara Internasional Sultan Hasannudin hari ini. Saya diantar oleh keluarga saya. lagi-lagi saya diantar pakai mobil. Betapa besar pengorbanan keluarga saya. Padahal sebenarnya saya diantar pakai sepeda motor saja, itu luar biasa. Atau, kalau tidak saya pakai taksi saja. Biar saya bayar mahal. Itu konsekuensi dari sebuah perjalanan. Tetapi karena bisa bersedia antar maka saya lebih senang lagi.
Gara-gara naik
mobil ini saya jadi dengan mudah dan asyik menyaksikan pemandangan di
kiri-kanan jalanan dalam kota dan di sekitar tol. Pemandangannya indah. Ada
tempat markas mdemo, ada beberapa kampus universitas. Tak ketinggalan bakal
mol. Bangunannya sedang dibangun. Ada kantor pemerintah. Pemandangan dalam kota
ini beda dengan pemandangan di sekitar tol menuju bandara. Di sini, seperti di
tol-tol di Jakarta-Bogor, ada pohon-pohon hijau dan rindang. Ini memang
menampilkan hijauanya alam di sekitar tol. Meski itu sebenarnya hanya menipu
pemandangan saja. Sebab, pohon-pohon itu seolah-olah menjadi pemandangan alami
di sekotar tol. Pemandangan itu seolah-olah menunjukkan bahwa di sekitar jalan
tol ini hutan besar berisi pepohonan. Padahal pepohonan itu hanya tumbuh dan
ditanam beberapa meter dari jalan tol saja. Sedangkan bagian besar keluarnya
tetap gersang atau terisi gedung-gedung.
Perjalanan ke
bandara amat mengasyikkan. Apalagi diputarkan juga lagu daerah Manggarai.
Seolah-olah kami sednag berjalan di daerah MAnggarai, Flores, NTT. Kami memang
membayangkan dan berandai kalau jalan ini ada di Manggarai. Betapa rakyat di
sana amat senang. Tetapi menjadi mustahil karena rakyat di sana tidak punya
kendaraan semewah yang kami gunakan hari ini. Di sana rakyatnya miskin tetapi
punya ambisi besar untuk memiliki mobil. Alhasil, dengan ambisi ini ada di
antara mereka yang keluar daerah, merantau. Dan di tanah rantaulah mereka
mewujudkan impiannya punya mobil. Salah satunya pemilik mobil yang kami
tumpangi ini. Dia adalah contoh orang berambisi yang sukses di tanah rantau.
Setibanya di
bandara, saya langsung menuju ke tempat tukar tiket maskapai Lion Air. Saya
memberikan kode booking tiket untuk ditukarkan. Karena kodenya itu dikirim dari
Yogyakarta melalui sms maka saya menunjukkan saja kode itu kepada petugas. Dia
membaca lalu mencocokkan dengan data di komputer. Lalu, keluarlah tiketnya.
Kami datang lebih awal ke bandara untuk menyiasati kalau terjadi kemacetan di
jalan. Alhamdulillah kami tiba lebih cepat juga. Kami gunakan waktu ini untuk
bercerita dan berfoto di bandara sebelum saya masuk ke ruang tunggu.
Saya dan
keluarga saya bercerita panjang lebar. Kami dulu hanya bertemu waktu saya
kecil, masih SD. Dan, kini kami bertemu lagi. Bapa kecil saya sudah punya dua
anak. Keduanya sudah SD. Dan, seperti mereka, saya dulu bertemu bapa mereka
ketika saya berumur seusia mereka. Itulah yang kami kenangkan dalam
perbincangan di bandara ini. Menarik mengisahkan perjalanan kisah kehidupan
kami. Kami menyimpulkan bahwa kami harus bersyukur atas semua ini. Hidup emmang
mesti disyukuri. Tak terasa kami bertemu lagi setelah sekian tahun tidak
bersua. Itulah yang kami syukuri. Waktu berangkat makin mendekat. Kami pun
berpisah. Mereka kembali ke tempat parkir mobil dan saya masuk ruang tunggu.
Saya hanya bersyukur atas semua ini. Semoga kami bisa bertemu kembali. Terima
kasih atas pertemuannya. Maaf kalau merepotkan. (bersambung)
PA, 2/5/13
Gordi
Posting Komentar