Urus Visa Lancar-Lancar Saja
foto ilustrasi oleh Brit Bloke |
Visa
dan pasport rupanya saling kait. Selain itu, tiket perjalanan dan surat
keterangan tujuan perjalanan. Pasport dierlukan sebagai salah satu syarat dalam
pengurusan visa. Jadi, dokumen yang harus ada dalam pengurusan visa adalah pasport,
fotokopi tiket perjalanan, pasfoto dengan ukuran tertentu, dan surat keterangan
dari tempat tujuan. Tiket keberangkatan sudah diurus sebelumnya. Saya tidak
mengurus sendiri tiket ini. Tiba-tiba tiket sudah ada. Demikian juga dengan
surat keterangan dari tempat tujuan. Jika saya yang mengurus kedua hal ini
mungkin repotnya mnta ampun. Syukurlah ada yang mengurus sehingga saya merasa
tidak terlalu pusing-repot.
Saya
mengurus visa bersama teman saya. Kami lengkapi dokumen terlebih dahulu. Kemudian
mengisi formulir yang berisi puluhan pertanyaan. Pertanyaan itu terkait dengan
identitas kami dan tujuan keberangkatan. Kertas yang berisi
daftar pertanyaan ini bisa didapat di website kedutaan Negara tujuan. Kami dapat
ini juga seperti ini. Memang bukan kami yang mengambil dari web. Sebab,
sebelumnya ada teman yang mengurus. Jadi, kami tinggal memfotokopi kertas itu. Tetapi,
bisa juga diisi langsung di internet.
Setelah data diisi, kami menuju kantor
kedutaan di daerah Menteng. Di Jl Diponegoro no. 45, Menteng,
Jakarta 10310 (Indonesia). Dari pintu gerbang sudah diperiksa. Petugas keamanan
menanyakan tujuan kedatangan kami. Lalu, kami disinarlaserkan, diperiksa dengan
tongkat pendek yang bersinar laser. Lolos. Sebab, kami tidak membawa barang
berbahaya. Dan, alati tu tidak mendeteksi satu benda berbahaya pun di dalam
tubuh dan tas kami.
Kami masuk melalui pintu yang juga
dilengkapi alat pendeteksi. Di sini lancar juga. Kami diperbolehkan masuk. Lalu,
menunggu sebentar, sebelum gerbang berikutnya dibuka. Kami harus meninggalkan
kartu identitas, KTP, dan handphone. Petugas keamanan di ruang ini menelepon ke
bagian dalam, ke atasan mungkin, apakah benar kami mau bertemu dengannya. Boleh
jadi jawabannya, YA. Sebab, setelahnya kami dipersilakan masuk bersama petugas
itu. Dia membukakan gerbang
besi yang berat. Seolah-olah pencuri tidak lolos lewat gerbang
ini. Saya merasa seperti “tuan” saja karena gerbang dibukakan. Kalau saya buka
pasti terasa berat.
Di dalam, kami bertemu kepala kantornya. Mungkin
dia pak dubes-nya. Woao…bisa langsung bertemu atasan ya. Ya, sebab kami datang
dengan orang yang kenal dengannya. Kebetulan kami juga membawa oleh-oleh
untuknya. Bukan dari kami. Tetapi, kami kebetulan bisa membawanya. Dia senang
melihat itu dan menerima kami dengan senang hati.
Dia memeriksa dokumen kami. Lengkap. Hanya,
warna foto bermasalah. Rupanya yang diminta adalah yang berwarna hitam-putih. Kami
membawa yang berwarna. Lalu, kami keluar lagi untuk membuat ulang fotonya.
Nah, di sinilah kami membodohi diri kami.
Saya katakan demikian karena kami lama gara-gara urusan ini. Cari tempat foto
di sekitar daerah Menteng. Rupanya tidak bertemu. Padahal hampir 2 jam kami
mencari. Kami memutuskan
kembali ke Cempaka Putih, mencetak ulang file foto pas sebelumnya. Tinggal diganti
warna latar belakang.
Setelah
selesai, kami kembali ke Menteng. Beruntung, kantornya masih buka. Sebenarnya kantor
sudah tutup untuk pelayanan administrasi. Tetapi, karena kami sudah ada janji
sebelumnya, kami dipersilakan masuk. Kami tidak perlu
sampai di dalam. Kami sampai di ruang pertama. Di situ sudah ada petugas yang
menunggu. Kami bertemu dengannya dan menyerahkan foto serta dokumen yang ada. Juga
pembayarannya. Dia juga memberitahukan kapan pengambilannya.
Tidak lama. Hanya 3 hari. Tiga hari
kemudian, kami mengambil. Kami menunjukkan kartu pengambilan di petugas satpam.
Dia memperbolehkan kami masuk. Dan, selesailah urusan visa. Tidak lama seperti
pasport. Tetapi mahalnya luar biasa. Berapa kali biaya pengurusan pasport. Jika
pasport hanya ratusan, visa berkisar jutaan. Demikian. (bersambung)
Parma, 26 September 2013
Gordi
Posting Komentar