Nyaris Terhambat di Bandara
Soekarno-Hatta
foto ilustrasi oleh Hielsa |
Selasa, 27 Agustus 2013, hari bersejarah.
Kali ini, saya keluar dari negeri saya, Indonesia, dan melewati beberapa negara,
hingga sampai tujuan. Bahkan dari benua sendiri ke benua orang. Dari Asia ke
Eropa. Ini mimpi banyak orang. Sayang mimpi ini tidak semuanya terwujud. Banyak
yang mau pergi tetapi sedikit yang BISA pergi. Dan, saya beserta teman saya,
Fonsi, adalah salah satu kelompok dari sekian orang yang berhasil mewujudkan impiannya.
Kami berangkat dari rumah di Cempaka
Putih pukul 16.30 melewati daerah Kemayoran. Bersama kami, ada 3 saudara kami,
Matteo, Heri, dan Rian. Jalannya lancar, hanya macet di gerbang tol. Sejam
kemudian kami tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng. Kami
menunggu sebentar di luar bandara sambil menunggu Heri yang memarkir mobil.
Selanjutnya, saya dan Fonsi masuk. Proses
pemeriksaan dari pintu masuk sampai pintu pendeteksi lancar. Tas dan koper kami
tidak bermasalah. Di tempat check-ini,
kami mendapat masalah. Saya tidak bermasalah. Visa saya bertipe D. sedangkan
Fonsi yang visanya bertipe C, harus ada tiket pulang. Visa D untuk visa
tinggal. Sedangkan visa C untuk visa singgah atau turisme, membutuhkan tiket pulang atau visa selanjutnya ke negara
tujuan berikutnya. Demikian yang saya tangkap dari penjelasan petugas maskapi
Turki Airlines yang kami gunakan.
Kami
keluar sebentar. Kebetulan saudara-saudara kami yang baik ini belum pulang. Kami
menghubungi Padre Fernando Abis, SX yang mengurus tiket kami. Dari dia kami
tahu jika saat urus visa tidak diminta tiket pulang untuk Fonsi. Dan kami
mempersilakan petugas ini untuk berbicara dengan padre. Lalu, kami juga mengeluarkan
dokumen surat panggilan dari Kamerun, negara tujuan Fonsi. Setelah itu baru
lolos.
Entahkah petugas ini mau menguji kami? Boleh jadi demikian. Selain itu ada penjelasan yang
janggal. Katanya, penjelasannya adalah bagian dari peraturan imigrasi
Indonesia. Aturannya, untuk orang yang berangkat dengan visa C harus ada tiket
pergi-pulang, ATAU visa ke negara tujuan berikutnya. Saya jelaskan padanya, kami tidak bisa mengurus visa Kamerun karena
kami baru mengurusnya di Roma. Mustahil kami urus
visa itu sebab di Indonesia tidak ada kedutaan Kamerun. Tetapi dia tetap ngotot.
Setelah dokumen itu dia cek, kami
diperbolehkan untuk check-in. Kemudian
kami masuk bagian imigrasi lalu ke ruang tunggu. Di sini kami menunggu sekitar
45 menit karena ada kesalahan teknis dari maskapi. Jadwal keberangkatan diundur
30 menit.
Ada pengalaman menarik saat masuk pintu
pemeriksaan ke ruang tunggu. Di sini bukan saja tas-bagasi dan tas saku lainnya
yang dimasukan ke detektor tetapi ikat pinggang, dompet, jeket, dan sepatu juga
dilepas. Wah ini baru bagi saya. Tetapi saya sudah mendengar sebelumnya. Repot
yahhhh harus melepaskan ikat pinggang dan sepatu. Sampai di sini saja dulu
yah….. (bersambung)
Parma, 26 September 2013
Gordi
Posting Komentar