Halloween party ideas 2015

Nyaris Terhambat di Bandara Soekarno-Hatta

foto ilustrasi oleh Hielsa
Waktu yang ditunggu itu kini tiba. Sudah lama menunggu. Ditunggu dengan rasa senang dan mendebarkan. Senangnya karena impian terwujud. Mendebarkan karena prosesnya tidak gampang. Maunya, sudah sampai tujuan. Nyatanya, harus melewati jalan berliku.

Selasa, 27 Agustus 2013, hari bersejarah. Kali ini, saya keluar dari negeri saya, Indonesia, dan melewati beberapa negara, hingga sampai tujuan. Bahkan dari benua sendiri ke benua orang. Dari Asia ke Eropa. Ini mimpi banyak orang. Sayang mimpi ini tidak semuanya terwujud. Banyak yang mau pergi tetapi sedikit yang BISA pergi. Dan, saya beserta teman saya, Fonsi, adalah salah satu kelompok dari sekian orang yang berhasil mewujudkan impiannya.

Kami berangkat dari rumah di Cempaka Putih pukul 16.30 melewati daerah Kemayoran. Bersama kami, ada 3 saudara kami, Matteo, Heri, dan Rian. Jalannya lancar, hanya macet di gerbang tol. Sejam kemudian kami tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng. Kami menunggu sebentar di luar bandara sambil menunggu Heri yang memarkir mobil.

Selanjutnya, saya dan Fonsi masuk. Proses pemeriksaan dari pintu masuk sampai pintu pendeteksi lancar. Tas dan koper kami tidak bermasalah. Di tempat check-ini, kami mendapat masalah. Saya tidak bermasalah. Visa saya bertipe D. sedangkan Fonsi yang visanya bertipe C, harus ada tiket pulang. Visa D untuk visa tinggal. Sedangkan visa C untuk visa singgah atau turisme, membutuhkan tiket pulang atau visa selanjutnya ke negara tujuan berikutnya. Demikian yang saya tangkap dari penjelasan petugas maskapi Turki Airlines yang kami gunakan.

Kami keluar sebentar. Kebetulan saudara-saudara kami yang baik ini belum pulang. Kami menghubungi Padre Fernando Abis, SX yang mengurus tiket kami. Dari dia kami tahu jika saat urus visa tidak diminta tiket pulang untuk Fonsi. Dan kami mempersilakan petugas ini untuk berbicara dengan padre. Lalu, kami juga mengeluarkan dokumen surat panggilan dari Kamerun, negara tujuan Fonsi. Setelah itu baru lolos.

Entahkah petugas ini mau menguji kami? Boleh jadi demikian. Selain itu ada penjelasan yang janggal. Katanya, penjelasannya adalah bagian dari peraturan imigrasi Indonesia. Aturannya, untuk orang yang berangkat dengan visa C harus ada tiket pergi-pulang, ATAU visa ke negara tujuan berikutnya. Saya jelaskan padanya, kami tidak bisa mengurus visa Kamerun karena kami baru mengurusnya di Roma. Mustahil kami urus visa itu sebab di Indonesia tidak ada kedutaan Kamerun. Tetapi dia tetap ngotot.

Setelah dokumen itu dia cek, kami diperbolehkan untuk check-in. Kemudian kami masuk bagian imigrasi lalu ke ruang tunggu. Di sini kami menunggu sekitar 45 menit karena ada kesalahan teknis dari maskapi. Jadwal keberangkatan diundur 30 menit.

Ada pengalaman menarik saat masuk pintu pemeriksaan ke ruang tunggu. Di sini bukan saja tas-bagasi dan tas saku lainnya yang dimasukan ke detektor tetapi ikat pinggang, dompet, jeket, dan sepatu juga dilepas. Wah ini baru bagi saya. Tetapi saya sudah mendengar sebelumnya. Repot yahhhh harus melepaskan ikat pinggang dan sepatu. Sampai di sini saja dulu yah…..  (bersambung)

Parma, 26 September 2013

Gordi

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.