Hati Berdebar di Ruang Tunggu
Setelah pemeriksaan yang menyebalkan itu
(ikat pinggang, sepatu, jacket dilepas), kami masuk ruang tunggu. Di sinilah
hati kami berdebar. Saya memandang Fonsi dan Fonsi memandang saya. Saling pandang. Kami sedang membayangkan dan
memikirkan perjalanan panjang ini.
Belum pernah kami berjalan sejauh ini.
Belum pernah kami keluar dari negeri sendiri. Bagaimana jika kami tersesat. Apa yang kami buat jika
tersesat. Apa yang kami lakukan jika kami tidak diizinkan ke tujuan berikutnya.
Bagaimana kami harus keluar-masuk pintu dan pos yang banyak di tempat transist
berikutnya. Apa yang kami lakukan jika kami tidak dijemput. Kami ingin cepat
sampai tempat tujuan. Kami ingin terbang dengan selamat. Kami
ingin pergi dan tiba di tujuan dengan selamat. Dan sebagainya. Inilah berbagai
pertanyaan yang berkecamuk dalam diri kami. Otak kami sedang memikirkan itu.
Ruang tunggu menjadi saksi pergumulan
pikiran kami. Memang antara kami mungkin punya pertanyaan yang sama. Tetapi
kami juga tidak tahu. Toh, kami hanya menduga. Sebab, tidak banyak kata dan
kalimat yang keluar. Saat itulah saya mendaraskan doa dalam hati agar
perjalanan ini selamat. Kami tidak tersesat di jalan. Atau kalau tersesat kami lekas kembali ke jalan yang
benar.
Sambil
bergumul, saya memerhatikan banyak orang yang duduk dan berdiri sembari berlalu
lalang di samping saya. Ada yang duduk sendiri, berkelompok. Ada yang diam,
entah dia juga sedang bergumul seperti kami. Ada yang tampaknya sedang senang.
Ada juga yang tampak sedang sedih hati. Entah dia memikirkan mereka yang dia
tinggalkan. Ada juga yang sedang tersenyum dan tertawa sambil bercerita melalui
hp-nya. Ya, dengan teknologi, dia bisa melihat orang di
seberangnya, mendengar suaranya. Itulah majunya teknologi yang bisa mendekatkan
yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Dia merasa dekat dengan orang yang menjadi
teman teleponannya tetapi menjadi jauh dengan orang di sampingnya.
Memang tidak jarang dalam situasi seperti
ini segalanya boleh jadi menjadi tidak normal. Yang sebelumnya suka curhat jadi
diam, suka berkelakar jadi diam. Ini gara-gara perjalanan yang sedang dihadapi.
Dalam debaran hati ini, kami berharap akan
tiba dengan selamat sampai tujuan. Dan kami mendengar pengumuman dari pengeras
suara. Pesawat Turki Airlines akan segera berangkat. Penumpang dan seluruh kru
pesawat dipersilakan masuk pesawat. Kami pun masuk pesawat dan mengambil tempat
duduk yang tertera di dalam tiket.
Ngomong-ngomong
pesawatnya besar. Typenya Airbus dengan seri A330. Saya lihat dari ruang
tunggu. Mengagumkan. Pesawat besar begini yang membawa kami ke luar negeri. penumpang
satu per satu masuk. Dan, bagaimana perjalanan selanjutnya? (bersambung)
Parma,
26 September 2013
Gordi
Posting Komentar