Halloween party ideas 2015

11 Jam dalam Pesawat

model kursi dalam pesawat. Foto, Gordi
Sebelas jam? Woao lama sekali. Di atas bis saja bisa capek duduk selama itu. Tetapi memang beda, duduk di atas bis dan pesawat. Getarannya beda banget. Kalau dalam bis terasa getarannya. Sedangkan di pesawat, hampir tidak terasa. Inilah yang kami rasakan dalam perjalanan dari Singapura ke Turki, Istanbul.

Sebelas jam. Hampir tidak terasa. Fonsi berujar, “Wah gelap terus. Kapan paginya?” Penerbangan ini memang penerbangan malam hari. Dari Singapura saja, kami berangkat malam, sekitar jam 9 atau 10 WIB. Dan sepanjang sebelas jam itu, terasa malam terus sampai di Turki. Beda waktu Singapura dan Turki 5 jam. Jadi, wajar jika rasanya seperti malam terus. Dari malam ke malam.

Fonsi tersenyum melihat film,
foto Gordi
Kami makan 2 kali dalam perjalanan antara Jakarta-Istanbul. Makanannya enak sekali. Tetapi yang lebih diingat adalah kami tidak makan nasi lagi. Saya mulai mencicipi daging, roti, dan kue yang enak tentunya. Saya juga memilih jus lemon sebagai minumannya. Saya minum sedikit air. Biar tidak sering ke toilet. Dan memang saya tidak pernah ke toilet. Air yang saya minum rupanya cukup untuk pembakaran dalam tubuh. Tidak ada sisanya. Di Istanbul baru buang air kecil.

Di Istanbul juga kami mulai berbahasa Inggris. Dalam pesawat tadi sudah mulai. Hanya saja belum selancar waktu di Turki. Di pesawat hanya ngomong satu dua kalimat saja. Yang lainnya pakai tangan saja. Tunjuk. Di Turki juga hanya Fonsi yang sering tanya ke sana kemari pakai bahasa Inggris. Saya sendiri tidak banyak bicara. Saya mengikuti petunjuk dalam tiket. Dan tidak perlu banyak tanya ke sana kemari. Saya tahu malu bertanya sesat di jalan. Tetapi, saya sudah tahu jalannya, rutenya, sehingga tidak perlu bertanya.

Penulis serius melihat rute pesawat, foto Gordi
Tetapi saya salut dengan Fonsi. Dia memang orangnya dikuasai rasa khawatir. Dia tidak yakin dengan penjelasan saya sehingga harus ke sana kemari. Saat itulah dia rupanya bisa mempraktikkan bahasa Inggris dengan leluasa. Dalam hal ini saya rugi.

Ngomong-ngomong dalam pesawat selama 11 jam ini, saya banyak tidurnya. Bangun, makan, lalu tidur lagi. Tidak suka tonton film. Fonsi kadang-kadang menonton. Saya buka layar hanya untuk cek berapa jam lagi tiba, suhu, dan waktu saja. Juga rute pesawat. Itu saja.

Enak juga yah duduk dalam kursi pesawat ini. Dua kali dibagikan kain yang direndam air hangat. Rasanya pas banget. Sebab, suhu dalam pesawat dingin sekali. Dan kain itu bisa ditempelkan di tangan atau hidung atau muka biar hangat. Setelahnya petugas yang membagi kain itu datang lagi dan mengumpulkan kain itu. Tetapi ngomong-ngomong, bagaimana suasana di bandara Turki? Apa nama bandaranya ? (bersambung)

Parma, 26 Oktober 2013
Gordi

Sebelumnya Dari Indonesia ke Italia 7


Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.