Pengalaman Menarik di Ataturck Airport, Istanbul
Bandara Ataturck, gambar dari google |
Kami tiba di Bandara Internasional
Istanbul-Turki pagi hari jam 6.10 waktu setempat. Nama bandaranya adalah Ataturck Airport. Kami tiba di terminal
1. Bandara besar berlevel internasional. Tempat bertemunya para penumpang dari
beberapa benua. Asia, Eropa, Afrika, juga Australia. Saya tidak tahu apakah
Amerika juga. Saya yakin YA. Sebab di sini, sebelum kami menemukan pos tunggu
terakhir, Fonsi dan saya berbincang-bincang dengan seorang pemuda Afro-Amerika.
Dia orang Chichago—kalau tidak salah ingat—dan mau ke Roma untuk jalan-jalan.
Kami keluar dari pesawat menuju pos-pos
berikutnya. Hal pertama yang kami lakukan adalah mencari toilet. Saya yang
duluan dan Fonsi menjaga tas dan koper saya di luar toliet. Gila, bagian
bandara ini banyak. Tiap pos ada toilet, dan ruang informasi. Toiletnya juga
bersih. Ya namanya bandara internasional. Seperti toilet di bandara Soe-Hat Cengkareng,
atau bandara Adisucipto-Yogyakarta. Tidak saja bersih tapi juga wangi.
suasana dalam pesawat, gambar dari google |
Setelah membuang segala kepenatan, kami
menuju ruangan pemeriksaan. Semua penumpang melewati bagian ini. Baik penumpang
yang turun maupun yang transit seperti kami. Di sinilah indra harus peka. Ke
pos mana saya akan pergi. Ada banyak pos, lengkap dengan keterangan. Cek
petunjuk di tiket atau tanya ke ruang informasi, tunjukkan tiket asli jika
masih bingung. Kami beruntung tidak terlalu rumit karena mudah menemukan
petunjuk. Kami masuk ruangan ini dengan sedikit gemetar di jantung.
Jangan-jangan kami ditahan—khususnya Fonsi—seperti yang kami alami di
Cengkareng. Rupanya tidak. Kami lewat tanpa dicegat setelah ikat pinggang,
jaket, tas saku, dilepas. Untunglah sepatu tidak dilepas seperti di Singapura
dan Cengkareng.
pesawat turkish airlines, gambar dari google |
Dari pos ini kami melewati beberapa pos
lainnya dengan lancar. Jalan lurus, belok kanan lalu kiri, lurus lagi, dan
sebagainya. Juga naik tangga dan kemudian turun di ruangan pertama. Itu saja
gambaran petunjuknya. Hanya untuk menemukan ini kadang-kadang sulit. Fonsi
sekali bertanya ke tukang jualan dalam bandara tetapi tidak mendapatkan jawaban
yang memuaskan. Lalu saya minta dia mengikuti petunjuk yang tertulis dalam
layar monitor. Dari situ, Fonsi tanya lagi ke petugas informasi dan mendapatkan
informasi akurat. Kami harus turun menuju bagian yang tertera dalam layar
petunjuk. Dan kami menemukan pos ini.
Di sinilah, kami berjumpa orang Amerika
tadi. Kami berbincang-bincang dengannya. Fonsi yang memulai pembicaraan
dengannya dalam bahasa Inggris. Dia juga menuju Roma. Dan kami sama-sama cek
tiket. Rupanya satu pesawat dan satu grup tempat duduk. Saya dan Fonsi kemudian
menyerahkan tiket dan pasport-visa untuk dicek di bagian imigrasi bandara. Ada
pengalaman yang menurut saya lucu di bagian ini.
masuk di ruang pemeriksaan, gambar dari google |
Saya meledek petugas yang memeriksa tiket
saya. Dia memang tampak serem, meledek semua penumpang. Lama dia meledek saya.
Beda dengan penumpang lainnya yang diledek sebentar saja. Saya boleh emnduga
penyebabnya. Dia mungkin merasa aneh karena antara foto saya di pasport dan di
visa ada perbedaan. Apalagi melihat muka saya yang baru bangun dari tidur dan
kusut kedinginan dalam pesawat. Tetapi akhirnya tiket saya juga dicap.
Kemudian kami duduk selama hampir 2 jam
di pos ini. Saya melihat banyak orang yang menuju Roma dengan maskapi Turkish Airlines. Maskapi ini rupanya
maskapi besar dan berlevel internasional. Saya menengok keluar dari ruang
tunggu. Mayoritas pesawat yang transist di sini berlogo Turkish Airlines. Makin lama kami duduk, makin banyak barisan
antrian ke bagian pengecekan tiket. Ini berarti makin banyak penumpang yang
datang dan akan pergi ke Roma. Di pos lain juga banyak antrian. Tiap pos punya
tempat pengecekan tiket.
monitor infromasi, gambar dari google |
Kami berangkat dari Istanbul dengan
pesawat bertipe Airbus A321. Sebelum naik pesawat, petugas membukakan pintu dan
mengecek tiket para penumpang di pintu keluar, kemudian kami naik bis. Bis
besar seperti yang dimiliki maskapi nasional di Indonesia, Garuda, Lion Air,
dan sebagainya. Bagaimana perjalanan ke Roma? (bersambung)
Parma, 8 Januari 2014
Gordi
Posting Komentar