Mimpi Jadi Nyata
Halaman depan basilika St Maria Rosario, Lourdes, foto, Gordi |
Lourdes bukanlah
nama baru bagi saya. Saya sudah mendengarnya sejak lama. Sejak kecil. Sejak SD.
Saya juga sudah melihat foto-fotonya berulang kali. Pertama
kali di kalender yang ada di rumah kami dari paroki. Di kalender itu
ditampilkan beberapa foto, 12 foto plus beberapa tambahan, tentang Lourdes.
Dari gua marianya, St Bernadette, gereja atau basilikanya, serta tempat indah
lainnya. Saya juga melihat beberapa gua Maria di Indonesia yang patungnya
meniru patung Bunda Maria dari Lourdes. Mungkin pembaca ingat atau pernah
mengunjungi gua Maria di Sendangsono, dekat Borobudur, Jawa Tengah. Itulah
salah satunya. Selain itu, saya juga melihat banyak foto dan mendengar
informasi tentang Lourdes. Di majalah HIDUP sering ditampilkan iklan peziarahan
atau travelling ke beberapa tempat ziarah internasional. Di situ,
diinformasikan dan ditampilkan gambar-gambar seputar Lourdes.
Saya pun ingin mengunjungi tempat ini
jika mungkin. Namun, hanya mimpi saja. Sebab, biayanya bukan main. Dari
Indonesia ke Lourdes, Prancis, butuh puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Saya
tidak sanggup membayar sekian itu. Mimpi memang kadang tinggal mimpi alias
tidak nyata namun kadang-kadang jadi nayata. Dan, itulah yang saya alami dengan
mimpi mengunjungi Lourdes ini.
Saya diberi kesempatan untuk berkunjung
ke tempat ini pada Agustus 2014. Ada kelompok sahabat kami di sekitar kota
Parma, Italy yang rela membantu saya dan beberapa teman saya. Mulailah proses
ini pada Februari dan Maret 2014. Kami mengisi formulir berupa data pribadi.
Meski saya belum mendapat kartu identitas warga negara asing yang tinggal di
kota Parma, sahabat kami ini tetap mau melengkapi formulir pendaftaran itu. Dia
menjamin tidak akan ada masalah. Dan, memang demikian meski kartu identitas itu
keluar pada hari keberangkatan kami ke Lourdes. Pagi hari, kami ke kantor
kepolisian dan imigrasi untuk mengambil kartu yang lama sekali keluarnya ini.
patung Bunda Maria menghadap gereja
basilika, foto, Gordi
|
Perjalanan peziarahan ini pun berlangsung
hampir satu minggu. Dari tanggal 7 hingga 13 Agustus 2014. Biayanya tentu saja
tidak murah. Saya mencoba iseng-iseng bertanya pada sahabat kami ini karena
sebetulnya saya juga enggan untuk bertanya biayanya. Dia pun memberi tahu.
Kira-kira € 630. Kalau dirupiahkan kira-kira jadi Rp 9.836.164,80. Satu euro
senilai Rp 15.612,96. Biaya ini untuk orang dewasa. Sedangkan untuk anak muda
atau pelajar dan mahasiswa, setengah dari itu. Kami masuk dalam kelompok
mahasiswa. Jadi, biaya saya hanya € 330 saja. Kelihatan murah. Ya, tentu saja
kalau dibanding dengan biaya dari Jakarta-Indonesia ke Lourdes. –Prancis. Tidak
sebanding dengan ini karena dari Italia ke Prancis dekat saja kalau dibanding
Indonesia-Prancis. Tapi, biaya ini tetap besar dan mahal mengingat Italia
sedang dalam keadaan krisis.
Ini adalah anugerah Tuhan untuk saya di
tahun ini. Hanya salah satu anugerah karena masih banyak anugerah lainnya.
Mimpi saya pun jadi nyata. Mimpi ini diwujudkan dalam beberapa kegiatan yang
kami buat selama peziarahan ini. Saya akan ceritakan dalam tulisan berikutnya.
(bersambung)
Parma, 14/8/2014
Gordi
Posting Komentar