Halloween party ideas 2015

Boleh Menyapa Asal tidak Bersuara 
 
Salah satu bagian dari taman di rumah ini, tempat bersemi


Meski kami tinggal bersama selama sebulan, kami sesungguhnya tidak saling kenal dekat. Ini karena kami tidak punya kesempatan untuk berkenalan. Dari pagi sampai malam kami tidak diperkenankan saling bicara. Hanya diam saja.

Kalau pun bicara hanya saat-saat tertentu saja. Tapi bukan bicara untuk saling kenal. Misalnya saat pertemuan, kami bisa mendengar suara pembicara. Tapi hanya dia yang bicara. Kalau kami mau bertanya dipersilakan. Tapi jarang ada yang bertanya. Semuanya sudah jelas. Kecuali pertanyaan praktis seperti menanyakan kalimat yang kurang jelas.

Atau juga saat doa, kami mendengar suara pemimpin doa. Demikian saat misa, kami mendengar suara sang pastor yang memimpin misa. Kami juga menyanyi atau membaca. Tapi ini bukan bicara. Bicara tentu lain dengan ini. Makanya, kami sebenarnya tidak saling kenal.

Kalau duduk berhadapan di meja makan, paling-paling hanya tersenyum sebagai sapaan. Ini pun sebenarnya dilarang keras. Tidak boleh misalnya membuat bahasa tubuh dengan mata atau kepala. Tapi ya ada saja orang yang memberi isyarat demikian. Saya misalnya tidak tahan untuk tidak tersenyum. Mata juga biasanya bisa menandakan banyak hal.

Tentu kami boleh bertanya misalnya saat bekerja di kamar makan. Di mana bisa diambi alat pembersih meja, di mana bisa simpan botol air dan botol anggur, di mana bisa diambil sendok untuk disiapkan pada makan berikutnya, dan sebagainya. Ini saja. Demikian juga di ruang cuci piring.


Ini tentu tidak bicara tapi hanya bertanya beberapa informasi saja. Itulah sebabnya saya bilang, kami boleh menyapa asal tidak berusara. Kok bisa seperti ini? Ya, beginilah aturannya. Lalu, siapa penyelenggara retret agung ini? Sampai ketemu di tulisan berikutnya. 

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.