Halloween party ideas 2015

Nyamannya Jalur Pejalan Kaki di Italia
 
Di kota Forli
Salah satu tolok ukur kota yang ramah adalah adanya jalur pejalan kaki. Jalur ini menjadi sebuah keharusan karena kota adalah pusat pertemuan antara manusia. Maka, bagaimana pun manusia tetap menjadi nomor satu. Itulah sebabnya sebuah kota mesti memerhatikan ruang gerak untuk manusia. Ruang gerak itu tidak melulu pada sarana transportasi masal tetapi terutama dan yang pertama adalah ruang gerak berupa jalur pejalan kaki.

Di kota-kota besar di Eropa, ruang gerak pejalan kaki terbuka lebar. Jalur pejalan kaki untuk setiap kota hampir ada di mana-mana. Jangan heran jika banyak orang berjalan kaki di tengah kota. Di kota Parma misalnya jalur pejalan kaki ada di mana-mana. Jalur ini hampir sama dengan jalur sepeda. Bahkan, dari segi lebar, jalur pejalan kaki lebih lebar dari jalur sepeda. Jalur sepeda biasanya berlebar 1-1,5 meter sementara jalur pejalan kaki 2-2,5 meter. Betapa lebarnya jalur pejalan kaki. Ini membuktikan bahwa warga kota memang membutuhkan jalur itu dan pengelola kota memerhatikannya dengan baik. Pemerintah kota tahu kebutuhan rakyatnya dan mau memenuhi kebutuhan ini.

Di beberapa bagian kota Parma terdapat jalur pejalan kaki yang nyaman. Ada yang berbarengan dengan jalur sepeda dan ada yang dikhususkan untuk pejalan kaki. Tidak perlu mencarinya karena semua sudah diberi rambu. Tinggal perhatikan gambar di rambu. Kalau ada rambu bergambar pejalan kaki, itulah jalurnya. Untuk yang nebeng dengan jalur sepeda juga diberi rambu dan tanda khusus di jalan. Jalur sepeda biasanya diberi warna hijau dan garis pinggir beserta garis tengahnya diberi warna putih. Jadi, di luar jalur berwarna tersebut, pejalan kaki berhak mengklaimnya sebagai jalur pejalan kaki. Biasanya warga kota sudah tahu dengan jelas tentang hal ini.

Adanya jalur pejalan kaki ini membuat warga kota nyaman untuk pergi ke mana-mana. Jalan kaki memang asyik dan menyehatkan. Saya biasanya selalu berjalan kaki untuk menempuh tujuan dekat dan dengan sepeda untuk tujuan jauh. Ini tentu saja juga menjadi kebiasaan warga kota Parma. Pejalan kaki biasanya saling sapa. Saling sapa karena sering bertemu atau baru bertemu tetapi sudah kenal. Ini yang sering saya alami. Meski saya hanya berjalan dari rumah ke pusat kota yang jaraknya hanya 2 kilometer. Sepanjang ruas jalan itu, ada banyak orang yang saya jumpai. Ada yang memberi saya sapaan dengan ucapan ciao, salam, atau juga dengan anggukan kepala sambal tersenyum, bahkan ada yang sampai berhenti sebentar untuk bercerita. Ini keuntungan lain yang saya dapat sebagai pejalan kaki di Parma.
 
di Parma
Masih banyak keuntungan lainnya seperti memerhatikan papan iklan, barang jualan di toko pinggir jalan, gerak orang di perempatan jalan, dan sebagainya. Hal kecil tetapi menarik. Papan iklan berisi jadwal buka museum gratis misalnya atau kursus fotografi gratis, dan sebagainya. Hal seperti ini jarang didapat jika kita naik mobil atau naik bis kota.

Kenyamanan pejalan kaki juga sungguh nyata ketika kita memasuki pusat kota. Hampir sebagian besar kota di Italia menjadikan pusat kotanya sebagai tempat yang ramah dan nyaman. Ada aturan untuk melarang kendaraan umum dan mobil pribadi masuk di pusat kota. Jadi, dari pusat kota sampai jarak 1 atau 2 kilometer, tidak diperkenankan membawa mobil. Dengan ini jalan lebar yang tersedia itu dipakai semuanya untuk pejalan kaki. Tentu mobil bisa masuk tetapi mobil yang sudah berizin misalnya mobil dari warga setempat. Mobil mereka pun sudah diberi tanda khusus sehingga tidak kena denda saat masuk wilayah pusat kota.

Inilah sebabnya pusat kota selalu ramai dengan warga kota. Apalagi pusat kota yang menyediakan halaman besar, piazza, tempat berkumpulnya banyak orang. Di sini pejalan kaki betul-betul menjadi raja jalan. Tidak perlu takut ditabrak mobil, motor, atau sepeda, karena ini jalur khusus untuk pejalan kaki. Tidak ada kendaraan yang lewat. Jadi, nyaman-nyaman saja. Bisa sambil bercerita sepuas-puasnya.
 
di kota Forli
Pejalan kaki juga menjadi raja ketika menyeberangi jalan. Cukup memerhatikan tanda jalan berupa garis putih, pejalan kaki berhak menyeberang. Tentu sebelumnya melihat kiri-kanan siapa tahu ada mobil yang lewat. Kalau pun ada bukan berarti kita membiarkan mobilnya lewat. Biasanya mobil dengan sendirinya akan berhenti jika kita berdiri di pinggir jalan. Tanpa memberi aba-aba, sang sopir akan tahu. Dia akan mengurangi kecepatan mobilnya sampai berhenti.

Meski jalur pejalan kaki seperti ini sungguh nyaman, tidak semua kota di Italia memilikinya. Saya memerhatikan di beberapa kota yang pernah saya kunjungi. Biasanya di kota-kota yang topografinya tidak datar, jalur pejalan kaki sangat sedikit. Mungkin mereka berpikir, siapa juga yang mau jalan kaki sambil ngos-ngosan di pendakian. Ada benarnya juga. Beda dengan Parma yang kotanya datar dari A sampai Z. Tetapi anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Di kota besar seperti Roma dan Milan misalnya jalur pejalan kaki tidak terlalu nyaman. Ini karena kendaraan terlalu banyak dan sopir biasanya tidak sabar. Kita anggap saja seperti Jakarta. Jangan heran jika Anda akan merasakan perbedaannya berjalan kaki di Roma (Italia Tengah) dan berjalan kaki di kota Bologna (Italia Utara). Di Milan yang juga menjadi bagian dari Italia Utara tidak terlalu nyaman karena lalu lintasnya padat. Maka, jalur pejalan kakinya sedikit. Hanya di daerah pertokoan dan pusat-pusat tertentu seperti di sekitar gereja Katedral, gedung wali kota, kantor gubernur atau juga pusat mode yang terkenal itu. Sedangkan jalur pejalan kaki yang berada di samping jalan besar dan jalur utama di kota hampir tidak ada. Teman saya dari Italia Utara dan bekerja di Roma juga memberi istlah khusus untuk ketidaknyamanan jalur pejalan kaki ini. Katanya, Roma tidak ramah dengan pejalan kaki. Para sopirnya tidak terbiasa dengan pejalan kaki yang menyeberangi jalan. Dia mengatakan ini saat mengomentari kasus tertabraknya seorang pengendara sepeda di kota Roma.

Untuk bagian ini, ada juga mitos lain yang diceritakan teman saya yang asli Italia. Kebetulan dia berasal dari Italia Utara. Katanya makin ke Utara, jalur pejalan kakinya banyak. Sebaliknya, makin ke Selatan, jalur pejalan kakinya sedikit. Saya memang melihatnya demikian. Kebetulan saja beberapa kota yang saya kunjungi di daerah Selatan tidak banyak memiliki jalur pejalan kaki. Sementara di Utara banyak sekali. Saya coba mengonfirmasikan mitos ini kepada teman-teman dari Selatan Italia. Mereka membenarkan hal ini. Tentu dengan catatan kecil. Misalnya kota di daerah Selatan yang letaknya di pinggir laut biasanya memiliki jalur pejalan kaki. Sedangkan yang letaknya di pegunungan atau di daerah yang topografinya miring biasanya tidak ada atau hanya di bagian tertentu saja.
 
di Parma
Jalur pejalan kaki kiranya penting sekali. Jalur itu mesti ada. Dan lebih dari keberadaannya, kenyamanannya juga mesti dipelihara. Apa gunanya jalur pejalan kaki jika di situ banyak pencopet. Dan, di Parma hal ini betul-betul diperhatikan. Kenyamanan menjadi nomor satu. Dunia pencopet memang jauh dari kamus kehidupan orang Italia. Tetapi bukan berarti hal itu tidak perlu diwaspadai. Syukurlah sampai saat ini, kenyamanan itu tetap terjaga.

Saking nyamannya, jalur pejalan kaki itu menjadi idola para lansia (lanjut usia). Mereka biasanya berjalan menyusuri jalur pejalan kaki ini. Sambil membungkuk, tergopoh-gopoh sambil menguatkan, mereka berjalan. Kadang-kadang mereka berhenti sejenak karena lelah. Sebenarnya bukan mereka yang lansia saja. Yang muda juga. Bahkan, anak kecil juga. Anak kecil suka melewati jalur ini bersama orang tua mereka. Sambil berlari-lari dengan bimbingan orang tua. Ada juga kelompok lain yang menyukai jalur ini yakni kelompok pecinta binatang. Ada yang lewat di jalur pejalan kaki sambil membawa anjing kesayangannya. Ada orang Italia (karena tidak semuanya) menganggap anjing seperti kucing. Mereka betul-betul melihat anjing sebagai binatang kesayangan. Jalur pejalan kaki ini juga menjadi jalur yang sering dilalui oleh kelompok pecinta binatang ini.

Dengan keterangan ini kiranya sudah jelas bahwa jalur pejalan kaki itu penting. Jalur ini menjadi pertemuan antara warga kota. Dari anak-anak sampai warga lansia. Jalur ini tidak saja mesti ada tetapi harus menjadi nyaman bagi warga kota.

Jadi, kota-kota di Indonesia sudah saatnya mengembangkan jalur ini.

Sekadar berbagi yang dilihat, dibaca, dan direfleksikan.

PRM, 5/5/2016
Gordi

Dipublikasikan pertama kali di sini



Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.