Harapan Baru di Awal Musim
Semi
harapan baru di awal musim semu |
Pergantian musim kadang menjengkelkan. Dari musim gugur ke musim dingin.
Dari suhu sedang ke dingin sekali. Tetapi, kadang juga mengasyikkan. Dari musim
dingin ke musim semi. Atau dari musim semi ke musim panas.
Sore hari ini, mata saya
berbunga-bunga melihat dedaunan mulai bertumbuh. Melekat di antara dahan pohon
besar yang tampak dari jendela kamar saya. Jaraknya memang dekat sekali. Hanya
5-6 meter saja. Batang pohonnya berada di luar pagar rumah tetapi dahannya
merambat hingga mendekati dinding rumah kami.
Saya menatapnya tajam. Indah sekali.
Hari-hari kemarin, pemandangan ini tidak ada. Yang ada hanya dahan kering.
Seperti tak ada kehidupan. Entah hidup atau mati. Tidak jelas. Hanya saja,
dahan itu seperti hidup kala angin menggoyangkannya. Kini, dahan itu bergerak juga tetapi bukan dahan kering
lagi. Dahan itu kini berdaun. Daun yang mulai tumbuh seperti biji kacang tanah
yang melepaskan tunasnya dan muncullah daunnya. Batang itu juga tidak seperti
batang kemarin yang tidak berwarna. Batang itu kini mampu memikat mata untuk
memandang warna hijaunya.
dari balik jendela |
Saya segera mengambil kamera saku, tak
ingin perubahan ini berlalu. Maunya melihat setiap pagi dan sore. Biar mata
tetap segar karena melihat hal yang baru. Memang, saya selalu melihat perubahan
ini dari hari ke hari selama musim dingin ini. Penglihatan yang penuh
kerinduan. Rindu musim semi di mana dedaunan masih segar. Saking segarnya,
burung-burung pun mulai bertengger. Burung-burung juga ingin menampilkan
dirinya. Dia menunjukkan pada manusia bahwa dia juga mau menikmati indahnya
daun-daun itu. Sambil melompat dari satu dahan ke dahan lainnya, dia bernyanyi
seolah-olah sedang berpesta pora dan bergoyang di atas dedaunan.
Tiga empat foto didapat. Empat lima
dahan dijangkaui. Semuanya menggambarkan pergantian musim. Ada yang sudah
tampak kehijauannya. Ada yang masih membawa warna asli batang pohon. Ada yang
mulai bertunas, ingin menunjukkan daunnya juga. Tak ada manusia yang mampu membuatnya
sedemikian cepat hingga dalam sekejab daunnya keluar. Alamlah yang berproses
memberi perubahan pada batang pohon itu.
Alam berubah, manusia juga
berubah. Hari ini Eropa menandai
pergantian musimnya. Dari musim dingin ke musim semi. Alam sudah mendahului
perubahan ini sejak beberapa waktu lalu. Kala dingin hilang begitu saja dan matahari bersinar terang. Kadang-kadang
alam dan manusia tidak bekerja sama. Yang satunya berjalan lebih cepat dari
yang lain. Semuanya punya siklus hidup yang berbeda.
Kalender yang dibuat
manusia menandakan perubahan itu hari ini. Sejak semalam, jarum jam dimajukan
satu jam. Jam tangan harus diubah secara manual agar bisa menyesuaikan dengan
perubahan ini. Maka, saya pun menyetel ulang jam tangan saya setelah selesai
Misa Malam Paskah semalam. Saat waktu menunjukkan pukul 23.00, saya segera
mengaturnya menjadi 24.00. Sedangkan penanda waktu lainnya tidak perlu diubah
karena mampu menyesuaikan sendiri. Misalnya, penanda waktu yang disambungkan
dengan radio, penanda waktu di komputer, dan jam satelit. Kata teman saya yang
orang Italia, jam satelit biasanya menyesuaikan sendiri waktunya. Biasanya dia
berubah pada pukul 02.00 atau 03.00 dini hari. Saat itu, waktunya berputar
sendiri, maju satu jam. Jadi, kalau selama
ini beda waktu antara Italia dengan WIB di Indonesia adalah 6 jam, mulai hari
ini menjadi 5 jam. Perubahan ini
berlaku di seluruh Eropa dan berlangsung sampai kira-kira minggu ke-3 di bulan
Oktober nanti. Kira-kira berlangsung sampai 6-7 bulan.
Ada baiknya pergantian ini. Selama
beberapa hari belakangan, terang datang lebih cepat di pagi hari. Di musim
dingin, bahkan jam 7.30 masih gelap. Pelan-pelan terang datang lebih awal, jam
6 sudah terang. Demikian juga pada sore hari. Hari-hari ini, jam 18.30 masih
terang. Padahal, biasanya pukul 17.30 sudah mulai gelap. Perubahan ini
mengharuskan warga Eropa untuk menggunakannya sebaik mungkin. Maka, jam kerja
pun dinilai tambah 1 jam dan jam istirahat berkurang 1 jam. Menurut
mereka, tidak apa-apa. Toh, terang juga makin panjang. Matahari bersinar makin
lama ketimbang di musim dingin. Jadi, baik kalau waktu itu digunakan untuk
bekerja.
Esok lusa, daun-daun itu
akan bertambah. Dahan-dahan masih akan menampakkan warna barunya yakni hijau.
Yang kini masih berdahan akan berdaun. Dan, daunnya akan bertumbuh cepat
sehingga menjadi rimbun di musim panas. Batang pohon berdahan saat ini sedang
berharap akan datangnya dedaunan yang menghias tubuh mereka. Dahan itu seperti
manusia yang merindukan keadaan damai. Dahan tak berdaun memang bukan saja
tidak indah tetapi seperti menderita. Bayangkan dingin pun menembus kulit
dahan. Matahari juga mengenai kulitnya. Untung saja matahari tidak bersianar
lama dan tidak mengeluarkan panas. Dengan daun,
dahan itu akan terselimuti. Hujan pun tak masuk. Matahari juga tak masuk. Jadi,
selama musim semi dan musim panas, dahan dan batang pohon sedang menikmati
zaman emasnya. Zaman di mana, dia
bersenang-senang. Boleh tidur atau mati sementara sebab dedaunanan
menyelimutinya dari luar. Itulah sebabnya dia berharap agar dedaunan itu segera
memenuhi dahannya.
Ah betapa indahnya pergantian musim
ini. Semoga
manusia juga seperti dahan dan batang pohon mampu berharap untuk yang lebih
baik. Bukan kembali ke belakang, mengulang kisah buruk.
Salam cinta lingkungan, sekadar
berbagi yang dilihat.
PRM, 27/3/2016
Gordi
*Dipublikasikan pertama kali di blog kompasiana
Posting Komentar