Halloween party ideas 2015

Kertas Putih dan Bersih di Awal Retret (8)
 
FOTO, shutterstock


Perayaan ekaristi hari pertama sungguh berkesan. Bukan karena pertama kalinya tetapi karena momenya. Momen yang tak terlupakan.

Saat misa, setelah homili, saat doa umat, setiap orang maju dan membawakan simbolnya. Simbol ini mewakili perasaan, niat, harapan, atau suasana hatinya saat ini, saat memulai retret agung ini.

Macam-macam simbol pun dipresentasikan. Saya membawakan kertas kecil yang kosong. Tak bertuliskan apa-apa. Kertas ini melambangkan diri saya. Saya maju dekat altar dan menunjukkan ke teman-teman sambil menjelaskan maksudnya. Saya bicara dalam bahasa Italia tentunya dalam menjelaskan simbol itu.

Kertas itu seperti tabularasa. Tidak atau belum diapa-apakan. Maka, di awal retret ini, saya punya satu niat yakni mendengarkan suara Tuhan. Untuk bisa mendengarkan, saya harus mengosongkan suara-suara yang ribut dalam hati dan pikiran saya. Saya melambangkan pengosongan ini seperti kertas putih dan bersih. Siap ditulis dan dicoret-coret seperti saya siap mendengarkan suara-Nya.

Selain mendengarkan suaranya, saya juga punya niat lain yakni mencari kehendak-Nya. Untuk menemukan kehendak-Nya, saya juga harus menonaktifkan kehendak-kehendak saya yang berkeliaran dalam hati dan pikiran saya. Maka, pengosongan atau penonaktifan ini saya lambangkan dalam kertas putih dan bersih ini. Dalam keadaan hati seperti kertas putih itulah, saya akan menemukan kehendak-Nya dan suara-Nya. Maka, bukan suara saya lagi yang saya dengar tetapi suara-Nya dan bukan kehendak saya lagi yang terjadi tetapi kehendak-Nya.

Demikian pembaca sekalian, mengikuti sesuatu mesti ada niat dan tujuan yang jelas. Jika tidak, kita akan diombang-ambingkan oleh keambiguan kita. Ini baru tentang niat. Kita kembali ke cerita tentang sarapan pagi. Yang tentunya unik. Untuk itu, siapkan pikiran dan mata yang jernih untuk menyimaknya pada tulisan berikut.

Bologna, 26/7/2015
Gordi

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.