Halloween party ideas 2015


Minggu kemarin kita sudah melihat bagaimana aksi di hari pertama camping. Kini, kita tiba di hari kedua. Hari yang penuh dengan kekaguman akan indahnya alam.

Suhu masih dingin ketika kami keluar dari selimut. Balutan yang menghangatkan badan di dalam tenda. Langit cerah memancarkan panorama indah. Awan biru dan langit kemerahan. Ada apa di baliknya? Sebentar lagi sang mentari terbit. *Foto-foto dari dokumen pribadi

Beginilah pemandangan di awal hari ini. Beberapa teman sudah berkumpul, melihat terbitnya matahari. Satu orang siap dengan kamera di tangannya. Dia mengabadikan momen-momen sebelum mentari terbit. Mentari masih di balik bukit namun langit tampak kemerahan. Kemerahan yang datang dari sinar sang mentari. Pemandangan itulah yang mau diabadikan dan dilihat dengan mata telanjang.

Sangat wajar bagi mereka yang datang dari Jakarta. Pemandangan ini ‘mahal’ sebab di Jakarta tidak ada. Bagi yang datang dari daerah pegunungan, hal ini sudah biasa. Mereka sering melihatnya meski belum sadar akan keindahannya. Dalam kebersamaan ini, suasana kagum tetap muncul. Mereka yang dari pegunungan ikut kagum setelah sadar akan keindahannya. Sementara mereka yang dari kota sangat kagum karena melihat pemandangan baru.

Kekaguman di awal hari ini berlanjut dengan kekaguman berikutnya. Dari langit turun ke bumi. Dari matahari turun ke air. Air adalah harta karun bagi manusia. Itulah sebabnya orang menjaga kebersihan air. Air yang bersih menyehatkan manusia yang mengonsumsinya.

Masih berkelompok. Menuju air terjun. Pengelola Batu Tapak—tiga tahun lalu—menyebutnya Wisata Air Terjun Batu Tapak. Sebutan ini masih berlaku. Memang air terjun ini adalah obyek wisata. Bagian dari wisata Batu Tapak. Untuk sampai ke sana, kami harus berjalan kaki. Menyusuri jalanan menurun lalu menanjak. Melewati daerah persawahan. Kemudian, masuk hutan kayu. Kayunya mirip mahoni. Tidak tahu persis, apa nama kayunya.

Ketika tiba di air terjun, hampir semuanya kagum. Betapa tidak, airnya bersih. Beda dengan air selokan di Jakarta yang kotor dan bau. Air ini bening dan tidak berbau. Beberapa orang langsung menceburkan diri ke dalam genangan semacam kolam. Dinginnnnnn…..

Genangan ini menampung air yang mengalir dari ketinggian sekitar 6 meter. Arus dari atas cukup kuat. Beriaknya pun kuat. Di bawah, air ini akan membasahi batu-batu sungai. Batu-batu inilah yang membentuk genangan besar. Sebelum dialirkan ke tempat berikutnya, air ini memenuhi genangan ini. Di sinilah, kami mandi. Mandi dalam artian menceburkan diri ke dalam air. Ada pula yang berlama-lama membiarkan punggungnya diciprat arus air dari atas. Sebagian lagi berlagak seperti perenang mutiara. Menyelam sambil mencari batu yang disembunyikan.

Air di alam ini menyegarkan dan mencerahkan. Beberapa teman mengakui hal ini. Beda dengan air PAM yang disalurkan melalui pipa, air ini langsung dari sumber mata airnya. Agak terasa kalau air ini menyegarkan. Setelah mandi, beberapa teman berkomentar kalau air ini mencerahkan juga. Pikiran dibersihkan setelah menceburkan diri ke dalam genangan tadi.

Paradoks yang berkaitan secara tidak langsung. Yang satu pada fisik (menyegarkan), yang satu pada pikiran (mencerahkan). Beginilah kalau merasa dekat dengan alam. Kadang-kadang orang merasa sulit membayangkan kaitan alam dengan hidup. Hal sederhana ini membantu kita merasa dekat dengan alam. Matahari adalah bagian dari alam. Begitu juga dengan air. Air yang menyegarkan dan mencerahkan menjadi bukti kedekatan manusia dengan alam.

Sebelum sampai ke sini, kesulitan besar muncul. Kesulitan yang dialami oleh mereka yang tidak merasakan dinginnya air sungai alami. Bagi mereka yang hidupnya dihabiskan dengan kesibukan pekerjaan.  Tidak peduli dengan rekreasi di alam bebas. Sesekalilah, tinggalkan kesibukan pekerjaan di kantor dan mendekatlah ke alam bebas. Nikmatilah pagi bersama mentari. Nikmatilah air sungai dengan keindahannya. Orang yang jauh dengan alam bebas tidak akan mengalaminya. Namun, bagi masyarakat desa atau siapa saja yang berani mendekat ke alam  akan mengalaminya. Terima kasih Tuhan atas alam, ciptaan-Mu yang sungguh indah. (bersambung).

Cempaka Putih 7 Juli 2011
Gordi Afri

Posting Komentar

  1. Balasan
    1. Terima kasih Bang Yoki sudah mampir, baca, dan berkenan tinggalkan komentar

      salam hangat

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.