Hari
kedua ini kami isi dengan kegiatan menarik. Saya dan beberapa teman mengalami
persaudaraan dalam perjalanan mendaki bukit. Di atas bukit kok masih mendaki bukit.
Ya karena kawasan ini terdiri atas bukit-bukit. Jangan bangga tinggal di bukit
danau karena di atasnya masih ada bukit lagi.
Dalam
pendakian itu kami merasakan kelelahan fisik kami. Otot kaki regang, lutut siap
bergetar ketika turun. Kami mendaki hingga bukit menjelang kawasan gunung.
Tinggi sekali.
Jangan
tanya bagaimana pemandangan dari atas sana.
Kami melihat rumah yang kami pakai jauh sekali. Letaknya jauh di bawah. Mata
kami hampir saja tidak melihatnya. Maka, kami menggunakan lensa sehingga yang
kecil tampak besar, yang jauh tampak dekat.
Lebih
dari sekadar melihat pemandangan indah itu, kami bertemu para petani kacang
keledai. Mereka menyiangi rumput di kebun miring di hamparan bukit itu. Sinar
mentari tak mereka hiraukan demi kacang keledai itu. Ada juga kacang tanah dan sejnis kacang
lainnya. Tanah yang subur itu cocok untuk ditanami kacang-kacangan.
Kami
tahu betapa beratnya perjuangan mereka.
Anak-anak mereka mungkin ongkang-ongkang di sekolah, berfoya-foya, padahal
orang tua mereka hiruk pikuk membersihkan ladang demi mendapatkan hasil yang
bisa dijual.
Kebun
ini sampai di ujung bukit. Kami melewati tanah miring ini. Hampir saja ada yang
tidak bisa. Beberapa teman memang mundur duluan. Kami yang lain, jalan terus,
bahu membahu mencapai puncak bukit. Kami sampai di batas kebun. Di atasnya
hanya ada hutan sampai di puncak gunung. Sampai di sini. Kami kembali ke rumah.
Demikian perjalanan hari kedua. (Bersambung..)
PA,
7/8/2012
Posting Komentar