Halloween party ideas 2015



Bandara Komodo, Labuan Bajo, Flores, NTT, foto, Gordi, 
Perjalanan kali ini menarik sekali. Bukan karena panjangnya tetapi karena uniknya. Keunikan inilah yang saya kenangkan. Kali ini dari Jakarta, Cempaka Putih ke Floress, Labuan Bajo, dan ke rumah saya di Kotok, kecamatan Kuwus bisa ditempuh dalam satu hari.

Pagi di Jakarta, malam di rumah. Ini benar-benar terjadi pada Rabu, 10 Juli 2013. Saya dan Fonsi berangkat ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng pada pukul 5 pagi. Setengah jam sebelumnya kami bangun untuk masak mie dan sarapan ala kadarnya. Mie campur nasi dingin. Diramu jadi hangat. Ada juga kopi susu yang khusus kami siapkan malam harinya. Lumayan buat menangkal dinginnya ibu kota pagi ini.

Dua konfrater kami mengantar sampai di bandara. Jalanan masih lenggang. Laju mobil pun amat kencang. Tambah seru karena perut kami juga kencang. Saya dan Fonsi memang sengaja bikin perut kenyang. Penerbangan ke Denpasar, Bali ditempuh dalam 2 jam. Jadi, baik sekali kalau sebelumnya kami sarapan dulu.

Sarapan ini yang menguatkan kami dalam perjalanan dari Jakarta ke Pulau Dewata. Konfrater kami kembali ke Jakarta dan kami berdua masuk ke ruang check in maskapi Lion Air. Di sini antri sebentar sebelum masuk dan menunjukkan tiket. Lalu, kami membayar masing-masing Rp. 40.000.

Dari sini, kami menuju lantai dua di ruang tunggu. Di sini kami diperiksa kembali dengan metal detector, pendeteksi besi. Barang bawaan juga dimasukan dalam kotak pemeriksaan. Ini tentu saja dimaksudkan agar tidak ada yang membawa barang berbahaya. Karena kami membawa barang yang tidak berbahaya, pemeriksaan berjalan lancar dalam dua tempat, sebelum check-in dan menuju ruang tunggu.

Penerbangan ke Bali aman-aman saja. Tidak ada gangguan berarti. Hanya pesawat sedikit ojeng menjelang Bali. Ini dijelaskan juga oleh kru pesawat mengenai kejadian ini. Pesawat oleng karena melewati kabut tebal. Setelah oleng kami mendarat dengan aman. Hanya benturan keras ketika ban pesawat menyentuh landasan pendaratan.

Di Bali kami turun dari pesawat dan langsung naik mobil yang membawa kami ke ruang tunggu. Kami yang berstatus penumpang transist (masih melanjutkan perjalanan) diarahkan untuk menghubungi petugas di bandara. Kami turun dari bis dan menuju tempat yang ditunjuk. Kami menunjukkan tiket kepada petugas dan mereka mengecek.

Kemudian, kami diarahkan menuju ruang tunggu. Seperti biasa, kami melewati metal detector lagi. Pemeriksaan lancar juga. Setelahnya kami duduk di ruang tunggu. Di sini sudah banyak penumpang yang duduk. Mereka tersebar di beberapa kursi panjang. Ada juga ruang tunggu cadangan yang lebih besar di bagian luar. Di sini juga hampir penuh. Lowong sebentar lalu terisi lagi. Semua yang berada di ruang ini adalah penumpang transist.

Ada yang datang dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya menuju kota kecil di NTT dan NTB. Seperti sepasang suami-istri yang duduk berhadapan dengan kami. Mereka datang dari Semarang menuju Tumbaloka, kota kecil di Pulau Sumba. Ada juga seorang suster yang datang dari Dili-Timor Leste dan menuju Sumba juga. Pokoknya semuanya sedang menunggu keberangkatan ke kota kecil di daerah yang disebut.

Saya dan Fonsi akan terbang menuju Labuan Bajo-Flores. Penerbangan ini menggunakan pesawat Wings Air. Maskapi yang tergabung dalam Lion Air. Pesawat kecil ini berbaling-baling. Kami menunggu selama lebih kurang 2 jam. Sesuai jadwal yang tertera di tiket. Beruntung penerbangan kami tidak ditunda. Beberapa penerbangan lainnya ke beberapa kota yang menggunakan Wings Air ditunda.

Penerbangan ke Labuan Bajo juga lancar. Tidak ada hambatan. Cuaca dalam kondisi bersahabat. Kami tiba di Labuan Bajo pukul 12.30. Di sini bandaranya kecil dan sederhana. Tidak perlu mobil untuk mengantar penumpang ke ruang tunggu. Sebab, jarak pesawat dengan ruang tunggu dekat. Bagasi juga tidak perlu diantar pakai mobil pengantar. Cukup pakai gerobak yang didorong tenaga manusia. Yah…sederhana dan praktis. Mungkin karena bandaranya masih kecil sehingga perlengkapan di bandara juga sederhana.

Setelah membereskan tas dari bagasi saya melanjutkan perjalanan ke rumah. Fonsi menginap di Labuan Bajo. Kami berpisah. Tetapi nanti akan bertemu kembali. Saya naik travel ke Cancar. Kami berputar-putar sambil menunggu teman penumpang lainnya. Dan, pukul 15.00 baru berangkat. Ini menunggu paling lama dalam perjalanan hari ini.

Setelahnya travel berangkat. Di Cancar, bapak dan adik saya menunggu. Dari sini kami bernagkat pukul 6 sore. Kami naik ojek. Pakai 3 motor. Dingin, terasa sekali dalam perjalanan ini. Laju motor kencang meski jalanan berlubang, berbatu, dan berkerikil sebagiannya. Apa boleh buat inilah jalan daerah. Kami turun di Balo, kampung sebelum kampung saya.

Dari sini kami berjalan kaki selama 45 menit. Jalanan berbatu dan berlumpur sebagian. Maklum siang dan sore harinya hujan. Tanah basah. Beruntung kami membawa hp yang berlampu. Di kampung, hp tidak saja alat komunikasi tetapi juga alat penerangan. Kami menerangi perjalanan kami dengan 3 hp dan 1 lampu senter.

Kami tiba di rumah pukul 8.30 malam. Sudah malam tetapi anggota keluarga saya dengan setia menunggu. Saya senang sekaligus terharu bertemu keluarga. Saya sempat meneteskan air mata ketika mama memeluk saya. mereka menghargai saya sehingga harus menunggu saya untuk makan malam bersama. Demikian juga bapak dan adik saya yang menunggu sejak tengah hari di Cancar.

Akhirnya pagi di Jakarta, malam di rumah. Setelah sarapan saya istirahat. Capek terasa di badan. Saatnya beristirahat.

Jakarta, 21 Agustus 2013
Gordi

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.