Halloween party ideas 2015


Kami sudah bulatkan tekad untuk mengunjungi katedral Milan yang terkenal itu. Sebelum ke sana, kami tanya informasi ke teman kami Simone. Lalu, dia memberikan gambaran rute pergi-pulang naik metro. Nama stasiun yang harus dilewati dan juga pos-pos penting lainnya. Naiknya di Stasiun Venezia dan turun di Stasiun Duomo. Di antara dua stasiun ini ada Stasiun Palestro dan San Babila

Metro adalah jenis kendaraan dalam kota di kota Milan. Sejenis kereta api kecil. Gerbongnya mungkin terpanjang hanya dua. Ada yang satu. Jalannya menggunakan rel kereta api. Kalau di Jakarta, mungkin seperti proyek mono rel yang tidak jadi-jadi itu. Di Milan dan beberapa kota lainnya di Italia sudah jadi, di Jakarta yang jantungnya Indonesia itu belum jadi-jadi.

Kami naik metro yang namanya M1. Artinya Metro dengan jalur 1. Warna linea atau rutenya Merah. Ada M2, M3, M5, dan linea yang digunakan oleh metro dan kereta api. Ini yang disebut Passante Ferroviario. Pembaca bisa cek di situs ini untuk mengetahui jalur Metro di Milan. Nama situsnya Metropolitana Milano, di sini http://www.metropolitana-milano.it/

Kami segera ke stasiun yang letaknya dekat dengan tempat kami nongkrong yakni Festival Center, Casello Ovest di Porta Venezia. Ini nama tempat kami nongkrong. Kami turun dua lantai di bawah tanah lalu ketemu loket untuk beli tiket metro. Tidak mahal harganya. Hanya 1,5 euro. Kalau dirupiahkan sekitar Rp. 20.000. Pergi pulang untuk kami berempat hanya 12 euro.

Tempat penjualan tiketnya juga pakai mesin. Tinggal tanya petugasnya kalau bingung. Dia akan menjelaskan caranya. Lalu, kami masuk di tempat pemeriksaan tiket. Tidak diperiksa pakai jasa manusia. Periksa pakai alat. Jadi tinggal lewat dan menggosokkan tiket di mesin yang sudah ada. Keluar bunyi dan palang pintu akan dibuka. Untuk menggosoknya seperti gosok tiket di mesin penanda tiket di bus-bus kota di Italia. Seperti gosok tiket TransJakarta kalau di Jakarta yang entah sampai sekarang masih seperti itu atau tidak.

Di dalam metro, kami memilih untuk berdiri. Biarkan penumpang lain terutama ibu-ibu yang duduk. Tapi, jangan pikir mereka langsung duduk. Kalau masuk, sebagian besar memilih berdiri dulu, sambil memberi tempat duduk kepada mereka yang membutuhkan. Kalau ada kursi yang betul-betul kosong baru duduk. Tidak ada yang merebut kursi kosong itu. Indah juga di sini. Tertib. Tidak rebutan seperti naik kereta zaman 2010-an di Jakarta.

Sayang tidak bisa lihat pemandangan karena metro berjalan di bawah tanah. Hanya beberapa stasiun yang terletak di atas tanah. Sebagian besar di bawah tanah. Itu sebabnya saat turun, kami harus naik dua lantai lagi menuju pintu keluar ke gereja Katedral kota Milan. Di pintu keluar, tidak ada rebutan. Semuanya tertib.

Di stasiun sudah tersedia banyak peta. Tinggal dicek saja, mau ke arah mana. Petunjuk ke arah pintu keluar juga sudah ditempel di mana-mana. Ah indahnya di sini. Kami pun sampai di pintu keluar tanpa hambatan. Sekarang mulai petualangan ke katedral atau yang disebut il duomo dalam bahasa Italia. (bersambung)

Salam dari Parma,
19/6/2015

Gordi

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.