Seperti sudah disinggung sebelumnya bahwa gereja katedral
di Milan adalah salah satu gereja terkenal. Tak jarang jika kota Milan
memilihnya sebagai ikon. Memang gereja itu megah.
Bergaya arsitektur Barokah. Kelihatan dari luar saja
megah. Banyak runcing-runcing di bagian atap setiap sayapnya. Dari bagian utama
yang berjumlah tiga, ke bagian samping yang jumlahnya banyak. Modelnya mirip
dengan gereja katedral di Jakarta. Hanya saja tentu ukurannya berbeda. Yang di
Milan ini besar sekali. Yang di Jakarta kecil.
Kami masuk bagian dalam gereja ini. Di pintu masuk dicek
semua barang bawaan pengunjung. Ada tentara (bukan polisi) yang berjaga di
pintu masuk. Entah mungkin ini hanya kebetulan saja. Biasanya polisi yang jaga
seperti ketika masuk Basilika Santo Petrus di Vatikan, Roma. Bisa dipahami jika
dikaitkan dengan situasi keamanan Italia yang beberapa hari ini (dalam bulan
Mei dan sebelumnya) hangat diisukan oleh ancaraman ISIS. Karena kami tidak
membawa barang berbahaya, kami diperkenankan masuk.
Di dalam, kami berkeliling ke berbagai sudut. Di sudut
utama. Lalu, samping. Bahkan di bagian depan yang dekat dengan altar. Hanya saja
sudah dipisahkan, bagian dalam yang dipakai untuk misa, dan bagian luar yang
disebut koridor. Pengunjung hanya bisa berkeliling ke bagian koridor ini. Bagian
dalam yang berisi kursi umat sudah diberi tali pembatas. Sudah ada umat yang
siap-siap untuk mengikuti misa saat kami masuk.
Kami sempat mengabadikan beberapa foto di bagian dalam
dan luar gereja katedral ini. Gereja ini ramai dikunjungi. Pengunjungi memenuhi
bukan saja bagian dalam gereja tetapi juga halaman gereja yang disebut piazza
duomo itu. Kami berfoto di piazza ini. Di bagian lain dari piazza ini terdapat
sekelompok orang yang sedang berjoget ria. Joget dengan musik Amerika Latin. Di
bagian lain lagi ada pertunukkan sulap. Rupanya ini cara mendapatkan uang. Di akhir
sulap, ada penawaran untuk sumbang mereka. Siapa yang mau silakan beri uang. Yang
tidak mau, tidak dipaksa.
Setelah itu, kami balik lagi ke tempat semula. Karena kami
sudah beli tiket, kami tinggal menunggu jadwal metro. Rupanya tidak lama
menunggu. Metro lewat setiap 15 menit. Begitu datang, kami langsung naik. Tidak
perlu repot-repot lagi karena dengan mudah kami menemukan petunjuk ke mana kami
akan pergi. Saya tidak tahu persis jarak dari duomo ke porta venezia, tempat
kami nongkrong itu. Dengan metro mudah dihafal. Hanya tiga stasiun dari duomo
dan sebaliknya. Jadi tinggal diingat saja, perhentian ketiga, harus turun. (bersambung)
Salam dari Parma,
19/6/2015
Gordi
Posting Komentar