Halloween party ideas 2015




Acara nonton bareng rupanya baru dimulai jam 7. Kami mendapat berita itu dari teman mbak Ina, Simone, yang juga menjadi salah satu panitia acara ini. Kami berdiskusi sebentar mengenai kesempatan kosong ini. Kami harus memanfaatkannya dengan baik. Saya—dalam hati—sudah mempunyai satu agenda yang mau diusulkan untuk teman-teman. Tapi, entahlah terealisai atau tidak. Katakanlah agenda saya itu sebagai bensin cadangan yang siap dipakai jika bensin tinggal sedikit. Bensin tetap aman dijaga entah dipakai atau tidak, tidak masalah. Demikian agenda saya itu. Kalau mau direalisasikan, bagus, jika tidak juga bagus, tetap menjadi agenda yang relevan di kota Milan ini.

Untuk tidak membuang waktu saya coba menelusuri semua informasi tentang kota Milan. Tetapi, sebelumnya saya lihat-lihat gedung tempat kami berada sekarang. Mulai dari pajangan foto di dua bagian luar gedung. Ada banyak foto yang dipajang. Hanya bagian kepala dan wajah saja. Rupanya di antara tokoh ini ada yang berjasa bagi sesama. Katakanlah pejuang HAM. Yang lainnya saya tidak tahu. Yang jelas foto-foto itu dipajang untuk publik. Biarkan publik mengambil sesuatu dari situ. Saya sendiri melihat sisi seni sebagai pertama. Kemudian, ada sisi kemanusian, perjuangan, hak asasi manusia, juga lingkungan. Rupanya sebagian dari mereka hidup di daerah terpencil di Afrika.

Dari bagian luar ini, saya naik ke lantai dua gedung ini. sebenarnya saya mau ke toilet. Kebetulan toiletnya ada di atas. Sekalian saya perhatikan apa yang ada di sana. Sambil menunggu teman yang lebih dulu, saya menengok ke ruang sebelah. Ada kelompok pelukis anak-anak. Sedang belajar melukis. Di ruang satu lagi, ada kelompok penari. Wah rupanya sedang latihan semua ini. Hanya saya yang datang untuk menyaksikan sesuatu. Kedatangan saya, anggap saja sebagai partisipasi saya. Kalau mereka ini berpartisipasi dalam seni lukis, dan seni tari, saya di seni menonton film saja.

Sepulang dari toilet, saya mengambil satu pamflet yang ada di tangga. Rupanya hari-hari ini di gedung ini sedang diadakan acara budaya. Acara 25 tahun festival film Africa, Asia, dan Amerika Latin yang berlangsung dari 4 sampai 10 Mei 2015. Nah, Indonesia mengusung film TABULA RASA yang disutradarai Adriyanto Dewo. Film-film lain dari Korea, Mianmar, dan sebagainya. Dan, rupanya bukan saja acara festival film. Ada juga acara makan bersamanya.

Di tempat masuk gedung ini, ada ruang tempat duduk-duduk. Seperti duduk di warung pinggir jalan di Indonesia. Di situ, dijual juga beberapa jenis makanan dari Asia, Afrika, atau Amerika Latin. Kami sempat menikmati beberapa kue di sini sambil bercerita dengan teman-teman Indonesia lainnya dari kota Milan dan sekitarnya. Makan sambil ngobrol banyak hal. Juga, sambil menunggu teman-teman lainnya.

Setelahnya, kami makan bersama. Mbak Ina adalah salah satu yang menyiapkan menu makanan ini. Beberapa jenis makanan lainnya disipakan oleh teman-teman dari Milan. Rupanya panitia juga ikut menikmati makanan ini. Entah dari situ, mereka akan menilai juga atau tidak. Kami teman-teman Indonesia senang karena bukan saja kami yang menikmati. Ada bule Italia, Amerika Latin, dan juga beberapa dari Afrika. Makan makanan Indonesia. Uenakkk.

Setelah makan baru kami mendiskusikan lagi ke mana kami akan pergi. Kami memutuskan untuk melihat Gereja Katedral (Duomo) di kota Milan. Gereja katedral dan piazza wali kota adalah jantung setiap kota di Italia, sedangkan paru-parunya adalah taman kota, dan bulu-bulu kuduknya adalah tembok kota. Il duomo di Milan adalah salah satu gedung terkenal di seluruh dunia. Punya ciri khas artistik yang bagus. Untuk lebih jelasnya kita jumpa lagi di cerita berikutnya. (bersambung)

Salam dari Parma,
18/6/2015

Gordi

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.