FOTO, Gordi |
Dalam rencana awal, waktu keberangkatan adalah setelah
makan siang. Sekitar jam 2-an gitu. Ini berita yang saya dapat dari teman saya.
Maka, saya pun sudah siap-siap mengatur jadwal pribadi saya. Pulang misa hari
Minggu di paroki, baca-baca sebentar, siapkan kamera saku, mp4 plus untuk
dengar musik, dan sebagainya. Lalu, saya pergi makan siang.
Rupanya jadwal keberangkatan itu tepat sekali. Mbak Ina
datang 30 menit sebelum jam 2. Saya sudah menghabiskan menu pertama dan kedua
dan sedang menghabiskan buah, ketika teman saya menelepon dari pintu utama
rumah kami. Dia bilang kalau mbak Ina, sahabat kami, sudah datang. Kami memang
rencananya naik mobil mbak Ina. Setelah makan buah, saya bergegas ke kamar
untuk ambil kamera saku. Mbak Ina dan teman-teman sudah siap di depan rumah.
Saya kembali dan kami langsung jalan. Mbak Ina
mengemudikan mobil. Kami 6 orang. Kami berempat, mbak Ina, dan seorang sahabat
Italia. Namanya Giuseppe. Tiga orang duduk di depan dan tiga lainnya di
belakang. Mobil ini besar. Bisa tampung 6 orang. Plus di bagian belakang yang
tidak diisi kursi penumpang tetapi disediakan untuk barang-barang.
Saya duduk di bagian belakang, di samping kanan. Bisa
lihat-lihat pemandangan. Meskipun saya lebih suka tidur kalau jalan jauh.
Apalagi kalau mobilnya asyik. Nyaman untuk tidur. Tidak banyak oleng. Mbak Ina
mengemudikan mobil dengan baik. Dia memang seorang sopir yang setiap hari
mengemudikan mobil sendiri ke tempat kerja. Sayang, mbak Ina tidak mengemudi
sampai kota Milan. Pas di tempat pemberhentian di jalan tol, Giuseppe mengambil
alih kursi sang sopir.
Kami berhenti sebentar di sini. Minum air dingin. Saya
memilih acqua. Di luar sedang panas. Matahari bersinar terang. Langit tampak
biru sekali. Setelahnya, kami melanjutkan perjalanan.
Giuseppe rupanya juga mengemudikan mobil bagus sekali.
Dia memang orang Italia. Pasti sudah biasa dengan jalanan di Italia. Tapi,
bukan itu rupanya yang jadi penentu. Dia malah bilang, kalau ini kali ketiga dia
ke Milan. Jadi, belum tahu betul situasi jalanan di Milan. Di tol tentu saja
tidak sulit. Kondisi mobil juga lah yang menentukan. Kata Giuseppe, “Ini mobil
baru yah. Bunyi mesinnya halus. Pedal rem, gigi, dan gas juga tidak kaku.”
“Gak baru juga,” kata mbak Ina. “Lima tahunan.”
Wah lima tahun masih kelihatan baru yah. Berarti mbak Ina
bisa merawat mobil ini dengan baik. Mobil dan alat bermesin lainnya memang
bertahan lama jika tidak banyak pemakainya. Maksudnya, yang mengoperasikannya
hanya satu atau dua orang. Mereka tentu tahu betul kondisi dan siasat mesin
mobil.
Giuseppe kiranya tahu juga tentang ini. Dia langsung
merasakan di kaki kiri dan kanannya kalau mobil yang dia kendarai sekarang
adalah mobil yang bagus. Dalam kondisi bagus pula. Dengan itu, dia bisa
berkendara dengan nyaman. Dan, karena itu, kami pun tiba di Milan dengan
selamat.
Di kota Milan, mbak Ina berkomunikasi dengan temannya,
panitia pesta. Setelah dua kali putar-putar di sekitar tempat acara itu, kami
bertemu orangnya. Mobil kami langsung masuk parkiran khusus. Parkiran bagian dalam.
Kami lalu menurunkan perlengkapan yang kami bawa. Ada
makanan juga rupanya. Selain perlengkapan budaya. Rupanya ini bukan sekadar
nonton bareng juga. Ada acara lainnya juga. Nonton bareng hanya satu di antara
sekian menu acara. Apakah acara yang lainnya? Sampai jumpa di tulisan
berikutnya. (bersambung)
Salam dari Parma,
17/6/2015
Gordi
Posting Komentar