Cara Orang Italia Merawat Taman Kota
Kehidupan kota yang ramai kadang membuat manusia tidak berdaya. Manusia seolah-olah
kalah oleh kesibukan dan keraiamainnya. Padahal, manusia tidak boleh kalah.
Manusia adalah pencipta situasi maka dialah
sebenarnya yang membuat situasi itu menutup ruang geraknya. Orang yang punya
visi akan mencari jalan keluarnya. Salah satu jalan keluar itu adalah membuat
taman kota. Di taman kota, manusia menemukan kerinduan hatinya untuk berpikir
terbuka, berkhayal terbuka, melihat sejauh mungkin, berefleksi, membaca, atau
juga bermain.
Taman kota memang
selayaknya menyediakan hal-hal di atas. Taman kota adalah tempat di mana kita bisa bebas bergerak. Berjalan tanpa
hambatan. Atau bersepeda tanpa takut terlindas mobil dan motor. Duduk tanpa
terhimpit. Membaca tanpa terganggu oleh kebisingan. Atau sekadar bermain di
alam bebas.
Orang Parma, Italia mencintai hal-hal
ini. Maka, mereka tak segan-segan menyulap lahan kota menjadi taman kota. Bagi
orang Parma, lahan itu adalah tempat membuang kepenatan. Kepenatan memang mesti
keluar dari pikiran manusia sebab keberadaannya mengganggu.
Di kota Parma, ada banyak taman kota,
besar dan kecil. Salah satunya adalah Parco
Bizzozero, Taman Bizzozero. Taman ini jadi satu dari sekian tempat untuk
membuang kepenatan di kota Parma. Membuang kepenatan memang tidak mudah.
Kadang-kadang harus mencari tempat yang nyaman, jauh dari keramaian. Dan, taman
ini letaknya di pinggiran kota Parma. Pinggiran bukan berarti di luar kota.
Masih menjadi bagian dari kota tetapi tidak menjadi bagian dari pusat kota.
Taman seluas 40.000 m2 ini disulap
dari lahan pertanian. Sampai tahun 60-an, bagian taman ini masih jadi lahan
basah. Saat itu, belum ada banyak rumah. Penduduk kota Parma juga sedikit. Saat
penduduk makin bertambah, kebutuhan akan taman makin besar. Pemerintah kota
Parma pun menyulap lahan basah ini jadi taman.
Beberapa hari yang lalu, sesaat
setelah hujan, saya berjalan-jalan ke taman ini. Tujuan saya sebenarnya bukan
ke sini. Saya hanya singgah di sini saat pulang perjalanan dari tempat lain.
Tak ada salahnya. Saya sungguh menikmati saat-saat sepi di taman ini. Biasanya
banyak yang bermain di sini. Kali ini sepi karena baru saja selesai hujan.
Tidak ada yang lalu lalang di jalur sepeda. Saya hanya berjumpa dua anak muda
yang juga sedang berjalan-jalan seperti saya. Tidak ada anak kecil yang
berteriak dan bermain di sini. Tidak ada pula yang berjalan-jalan sekadar
memberi kebebasan pada anjingnya untuk bermain-main. Jalur sepeda juga kosong.
Di taman ini, rupanya manusia menjadi
boss. Boss biasanya harus dihargai. Meski, sebenarnya boss yang baik adalah boss
yang melayani anak buahnya. Dengan melayani, dia bisa menghormati dan
menghargai anak buahnya. Dan, dengan itu, dia layak menyandang predikat sebagai
boss atau pemimpin. Boss seperti inilah yang jumlahnya sedikit sekali padahal
inilah jati diri boss sebenarnya. Di taman ini, manusia mesti berperan sebagai
boss yang sebenarnya. Dengan menjadi boss yang sebenarnya, dia menghormati
keberadaan taman ini.
Boss di taman ini beda dengan boss di
kantor yang memimpin banyak anak buah. Boss di taman ini memimpin dirinya
sendiri. Maka, siapa pun yang masuk taman ini akan menjadi boss. Dia harus bisa
memimpin dirinya sendiri agar menjadi boss yang sebenarnya. Seperti memimpin
dirinya sendiri, boss di taman ini harus menghormati tata tertib taman seperti tidak membuang sampah, tidak boleh
mengendarai sepeda motor, wajib membersihkan kotoran hewan yang dibawa serta
dalam taman, menjaga jarak sekitar 50 meter dari area main anak-anak jika
membawa hewan seperti anjing.
Aturan ini dibuat agar pengunjung
merasa nyaman di taman ini. Taman ini memang dibuat untuk memenuhi kepentingan
warga kota. Warga boleh menuntut ke wali kota tetapi warga juga wajib menjaga
taman yang diberikan oleh wali kota. Wali kota sudah menyediakan fasilitas di
taman seperti tempat sampah, jalur sepeda, jalur pejalan kaki, tempat duduk,
tempat bermain, bahkan sampai tempat pertunjukkan teater. Taman ini memang
betul-betul menjadi tempat bermain. Maka, warga kota tentu senang mengunjungi
taman karena mereka bisa bermain di sana. Entah bersama anak, atau juga bersama
anjing peliharaannya, atau juga sekadar mencari keringat dengan mengayuh
sepeda.
Bermain dengan hewan peliharaan adalah
hobi sebagian orang Italia. Anjing menjadi salah satu hewan peliharaan favorit.
Anjing di sini disayangi layaknya seperti orang dekat. Tak heran jika orang
baru akan berkomentar relasi ini layaknya seperti dengan anak, pacar, dan
sebagainya. Jika pemiliknya jalan-jalan di taman, anjingnya juga ikut. Tetapi
jangan mengira anjing ini boleh berbuat semaunya. Anjing juga harus bertanggung
jawab. Tetapi karena anjing tetaplah hewan dan bukan manusia, pemiliknyalah
yang bertanggung jawab. Jika pemiliknya tidak bertanggung jawab, dia akan kena
denda. Misalnya jika dia membiarkan kotoran anjing berserakan di taman kota,
dia akan kena denda yang jumlahnya tidak sedikit. Anjing rupanya tetaplah
menjadi hewan dan tidak akan menjadi manusia, meski manusia menganggapnya
seperti orang dekat.
Bermain-main di taman bisa melepaskan
sedikit kepenatan di kepala. Kepala memang mesti selalu dibebaskan dari
kepenatan yang terlampau banyak. Kepala yang bebas akan bekerja dengan baik.
Seperti otak seorang mahasiswa yang baru selesai ujian akan merasa bebas. Dia
bisa berpikir apa saja karena tugasnya sudah selesai.
Di taman ini pengunjung juga bisa
menikmati puisi-puisi yang bisa mengusir kepenatan. Puisi pendek yang ditulis
oleh beberapa penyair di kota Parma. Puisi berupa beberapa kalimat. Biasanya berisi
sanjungan atau terima kasih atas alam yang indah dan berisi. Maka, dalam puisi
ada kata-kata indah untuk Sang Pencipta dan juga untuk alam. Puisi-puisi ini
memberi petuah untuk pengunjung agar menghargai alam dan tak lupa mengucap
syukur pada Dia yang memberi semua ini pada manusia. Pemerintah kota Parma tak
salah mendedikasikan taman ini untuk 10 penyair dari kota ini. Betapa kayanya
taman ini. Bukan saja menyentuh alam, lingkungan, sosial, kesehatan,
pendidikan, tetapi juga sisi religiositas manusia.
Menarik melihat puisi pendek ini.
Ditulis bukan saja dalam huruf yang bisa dibaca oleh orang normal tetapi juga
oleh orang cacat. Ada versi huruf Braille. Jadi, orang cacat juga bisa
menikmati puisi indah dari 10 penyair di kota Parma ini. Taman ini memang
dibuat agar semua warga kota bisa menikmatinya. Bukan saja mereka yang secara
fisik tidak cacat tetapi juga untuk mereka yang cacat.
Setelah menjepret beberapa foto di
taman yang diberi julukan giardino dei
poeti [tamannya para penyair] ini saya kembali ke rumah. Saya
belum menjangkau semua bagian taman. Bagian ini hanya sebagian kecilnya. Bagian
besarnya terletak di seberang jalan besar. Laporannya akan menyusul.
Salam cinta lingkungan, sekadar berbagi yang
dilihat.
PRM, 9/3/2016
Gordi
Dipublikasikan pertama kali di kompasiana
Posting Komentar