Halloween party ideas 2015

Cara Orang Italia Merawat Taman Kota

Kehidupan kota yang ramai kadang membuat manusia tidak berdaya. Manusia seolah-olah kalah oleh kesibukan dan keraiamainnya. Padahal, manusia tidak boleh kalah.



Manusia adalah pencipta situasi maka dialah sebenarnya yang membuat situasi itu menutup ruang geraknya. Orang yang punya visi akan mencari jalan keluarnya. Salah satu jalan keluar itu adalah membuat taman kota. Di taman kota, manusia menemukan kerinduan hatinya untuk berpikir terbuka, berkhayal terbuka, melihat sejauh mungkin, berefleksi, membaca, atau juga bermain.

Taman kota memang selayaknya menyediakan hal-hal di atas. Taman kota adalah tempat di mana kita bisa bebas bergerak. Berjalan tanpa hambatan. Atau bersepeda tanpa takut terlindas mobil dan motor. Duduk tanpa terhimpit. Membaca tanpa terganggu oleh kebisingan. Atau sekadar bermain di alam bebas.

Orang Parma, Italia mencintai hal-hal ini. Maka, mereka tak segan-segan menyulap lahan kota menjadi taman kota. Bagi orang Parma, lahan itu adalah tempat membuang kepenatan. Kepenatan memang mesti keluar dari pikiran manusia sebab keberadaannya mengganggu.



Di kota Parma, ada banyak taman kota, besar dan kecil. Salah satunya adalah Parco Bizzozero, Taman Bizzozero. Taman ini jadi satu dari sekian tempat untuk membuang kepenatan di kota Parma. Membuang kepenatan memang tidak mudah. Kadang-kadang harus mencari tempat yang nyaman, jauh dari keramaian. Dan, taman ini letaknya di pinggiran kota Parma. Pinggiran bukan berarti di luar kota. Masih menjadi bagian dari kota tetapi tidak menjadi bagian dari pusat kota.

Taman seluas 40.000 m2 ini disulap dari lahan pertanian. Sampai tahun 60-an, bagian taman ini masih jadi lahan basah. Saat itu, belum ada banyak rumah. Penduduk kota Parma juga sedikit. Saat penduduk makin bertambah, kebutuhan akan taman makin besar. Pemerintah kota Parma pun menyulap lahan basah ini jadi taman.



Beberapa hari yang lalu, sesaat setelah hujan, saya berjalan-jalan ke taman ini. Tujuan saya sebenarnya bukan ke sini. Saya hanya singgah di sini saat pulang perjalanan dari tempat lain. Tak ada salahnya. Saya sungguh menikmati saat-saat sepi di taman ini. Biasanya banyak yang bermain di sini. Kali ini sepi karena baru saja selesai hujan. Tidak ada yang lalu lalang di jalur sepeda. Saya hanya berjumpa dua anak muda yang juga sedang berjalan-jalan seperti saya. Tidak ada anak kecil yang berteriak dan bermain di sini. Tidak ada pula yang berjalan-jalan sekadar memberi kebebasan pada anjingnya untuk bermain-main. Jalur sepeda juga kosong.

Di taman ini, rupanya manusia menjadi boss. Boss biasanya harus dihargai. Meski, sebenarnya boss yang baik adalah boss yang melayani anak buahnya. Dengan melayani, dia bisa menghormati dan menghargai anak buahnya. Dan, dengan itu, dia layak menyandang predikat sebagai boss atau pemimpin. Boss seperti inilah yang jumlahnya sedikit sekali padahal inilah jati diri boss sebenarnya. Di taman ini, manusia mesti berperan sebagai boss yang sebenarnya. Dengan menjadi boss yang sebenarnya, dia menghormati keberadaan taman ini.


Boss di taman ini beda dengan boss di kantor yang memimpin banyak anak buah. Boss di taman ini memimpin dirinya sendiri. Maka, siapa pun yang masuk taman ini akan menjadi boss. Dia harus bisa memimpin dirinya sendiri agar menjadi boss yang sebenarnya. Seperti memimpin dirinya sendiri, boss di taman ini harus menghormati tata tertib taman seperti tidak membuang sampah, tidak boleh mengendarai sepeda motor, wajib membersihkan kotoran hewan yang dibawa serta dalam taman, menjaga jarak sekitar 50 meter dari area main anak-anak jika membawa hewan seperti anjing.

Aturan ini dibuat agar pengunjung merasa nyaman di taman ini. Taman ini memang dibuat untuk memenuhi kepentingan warga kota. Warga boleh menuntut ke wali kota tetapi warga juga wajib menjaga taman yang diberikan oleh wali kota. Wali kota sudah menyediakan fasilitas di taman seperti tempat sampah, jalur sepeda, jalur pejalan kaki, tempat duduk, tempat bermain, bahkan sampai tempat pertunjukkan teater. Taman ini memang betul-betul menjadi tempat bermain. Maka, warga kota tentu senang mengunjungi taman karena mereka bisa bermain di sana. Entah bersama anak, atau juga bersama anjing peliharaannya, atau juga sekadar mencari keringat dengan mengayuh sepeda.


Bermain dengan hewan peliharaan adalah hobi sebagian orang Italia. Anjing menjadi salah satu hewan peliharaan favorit. Anjing di sini disayangi layaknya seperti orang dekat. Tak heran jika orang baru akan berkomentar relasi ini layaknya seperti dengan anak, pacar, dan sebagainya. Jika pemiliknya jalan-jalan di taman, anjingnya juga ikut. Tetapi jangan mengira anjing ini boleh berbuat semaunya. Anjing juga harus bertanggung jawab. Tetapi karena anjing tetaplah hewan dan bukan manusia, pemiliknyalah yang bertanggung jawab. Jika pemiliknya tidak bertanggung jawab, dia akan kena denda. Misalnya jika dia membiarkan kotoran anjing berserakan di taman kota, dia akan kena denda yang jumlahnya tidak sedikit. Anjing rupanya tetaplah menjadi hewan dan tidak akan menjadi manusia, meski manusia menganggapnya seperti orang dekat.

Bermain-main di taman bisa melepaskan sedikit kepenatan di kepala. Kepala memang mesti selalu dibebaskan dari kepenatan yang terlampau banyak. Kepala yang bebas akan bekerja dengan baik. Seperti otak seorang mahasiswa yang baru selesai ujian akan merasa bebas. Dia bisa berpikir apa saja karena tugasnya sudah selesai.



Di taman ini pengunjung juga bisa menikmati puisi-puisi yang bisa mengusir kepenatan. Puisi pendek yang ditulis oleh beberapa penyair di kota Parma. Puisi berupa beberapa kalimat. Biasanya berisi sanjungan atau terima kasih atas alam yang indah dan berisi. Maka, dalam puisi ada kata-kata indah untuk Sang Pencipta dan juga untuk alam. Puisi-puisi ini memberi petuah untuk pengunjung agar menghargai alam dan tak lupa mengucap syukur pada Dia yang memberi semua ini pada manusia. Pemerintah kota Parma tak salah mendedikasikan taman ini untuk 10 penyair dari kota ini. Betapa kayanya taman ini. Bukan saja menyentuh alam, lingkungan, sosial, kesehatan, pendidikan, tetapi juga sisi religiositas manusia.



Menarik melihat puisi pendek ini. Ditulis bukan saja dalam huruf yang bisa dibaca oleh orang normal tetapi juga oleh orang cacat. Ada versi huruf Braille. Jadi, orang cacat juga bisa menikmati puisi indah dari 10 penyair di kota Parma ini. Taman ini memang dibuat agar semua warga kota bisa menikmatinya. Bukan saja mereka yang secara fisik tidak cacat tetapi juga untuk mereka yang cacat.



Setelah menjepret beberapa foto di taman yang diberi julukan giardino dei poeti [tamannya para penyair] ini saya kembali ke rumah. Saya belum menjangkau semua bagian taman. Bagian ini hanya sebagian kecilnya. Bagian besarnya terletak di seberang jalan besar. Laporannya akan menyusul.

Salam cinta lingkungan, sekadar berbagi yang dilihat.

PRM, 9/3/2016


Gordi

Dipublikasikan pertama kali di kompasiana

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.