Menuju Bukit Golgota
Ziarek,
ziarah dan rekreasi. Kata ini terkenal di kalangan umat Katolik. Bahkan mungkin
juga umat lainnya di negeri Indonesia ini. Demikianlah kami, pada Senin, 1 April
2013, mengadakan ziarek ke Gua Maria Sriningsih.
Kami
berangkat pukul 10 pagi. Menggunakan 2 mobil, kijang LGX dan Panther. Mobil
kesayangan kami. Karena, ke mana-mana, kami selalu dengan mobil ini. Keduanya
berjasa untuk kami. Saya mengemudikan mobil kijang. Mobil ini berusia 11 tahun ke atas. Tetapi, tenaganya masih awet
muda.
Sriningsih
adalah nama baru bagi saya. Ternyata artinya adalah “Perantara Rahmat Tuhan
pada umat-Nya”. Gua yang terletak di Klaten, tepatnya di Jali, Desa Gayamharjo, Prambanan, ini diresmikan tanggal. 29 Mei 1953. Gua ini masuk
wilayah Paroki Santa Maria Bunda Kristus, Wedi, Klaten. Gua ini kemudian direnovasi dan diresmikan pada 19 Agustus 1979 oleh Uskup Agung Semarang (waktu itu), Yustinus Kardinal Darmoyuwono, Pr. (data dari http://gerejafransiskus.com/news/2009/04/gua-maria-sendang-sriningsih-prambanan-klaten/).
Perjalanan
dari Yogyakarta ke Klaten cukup lancar. Saya dan ketujuh teman yang menumang
mobil Kijang mengikuti rute mobil Panther. Kami melewati gerbang masuk Candi
Prambanan. Sebelum masuk kota Klaten, kami belok kanan. Rupanya di situlah
cabang menuju Dusun Jalil.
Perjalanan
dari situ masih jauh. Sekitar 30-45 menit lagi. Kami melalui jalanan kecil. Di
kiri-kanan ada sawah yang hijau. Pemandangan yang asri. Kebetulan suasananya
cerah. Tibalah kami di sebuah gereja. Kami berhenti sebentar untuk buang air
kecil.
Gereja
itu adalah Gereja St.
Maria Marganingsih Jali, yang menjadi bagian dari wilayah Paroki Wedi, Klaten.
Rupanya gereja ini menjadi tempat transit bagi pengunjung gua. Di gereja ini
dimulai Jalan Salib. Kami tidak membuat ibadat Jalan Salib sehingga hanya
berhenti sebentar saja di sini.
Kami
melanjutkan perjalanan. Tidak terlalu jauh menuju tempat parkir. Hanya saja,
jalannya menanjak dan jelek. Ya ada lubang sedikit. Saya memacu mobil Kijang
dengan kencang. Memakai gigi 2 kemudian 1 sehingga tarikan gasnya kuat di
tanjakan. Kami memarkir mobil. Lalu, menurunkan semua peralatan yang kami bawa.
Mulailah
kami berjalan mengikuti rute anak tangga yang ada. Woao...lumayan jauh, apalagi
menanjak. Beberapa dari kami merasa capek. Saya yang membawa kamera, sesekali
menjepret biar ada kenangan. Beberapa orang secara bergantian membawa peralatan
makan. Dengan ini tidak ada beban berat. Beban itu dipikul bersama hingga
terasa ringan.
Puncak dari
tanjakan itu adalah Bukit Golgota. Di sini ada Patung Salib Yesus yang besar.
Di sini juga terdapat perhentian terakhir (14) dalam ibadat jalan salib.
Rasanya puas, melepas dahaga, jika berada di tempat ini. Pemandangan indah
terpampang di depan mata. Ini memang puncak yang indah. (bersambung)
PA,
22/4/2013
Gordi
Posting Komentar