Halloween party ideas 2015

Babak Baru dalam Kehidupanku

mainanan balon di dekat dermaga
Labuan Bajo, foto tahun 2013, Gordi
Kehidupan ini berjalan terus menerus. Tiada perhentian. Kalau pun ada hanya untuk sebentar saja. Kalau berhenti berarti tidak ada lagi kehidupan di dunia ini.

Saya juga bertumbuh mengikuti arah perjalanan hidup ini. Tanggal 8 Agustus 2005, tepatnya hari Senin, saya berjalan menyusur babak baru dalam perjalanan hidup saya. Hari ini saya berangkat dari kamung halaman dan akan menuju tanah rantau yang jauh. Bukan berarti saya tidak pernah jalan jauh.

Sudah sejak SMP, saya merantau. Merantau dalam artian tinggal jauh dari rumah sendiri. Saya tinggal di asrama dan melanjutkan pendidikan di sekolah menengah. Tempatnya cukup jauh. Kalau jalan kaki kira-kira 5-6 jam. Itu pun melewati beberapa kampung, beberapa sungai besar, lalu keluar masuk hutan. Tetapi kalau dengan mobil hanya 1-2 jam saja.

Daerah itu masuk kecamatan lain. Di Flores pada umumnya wilayah kecamatan cukup luas. Terdiri dari beberapa desa yang berjauhan. Bayangkan saja letak antara daerah yang beda kecamatan.

Dari sinilah saya mulai hidup merantau. Kehidupan semacam ini berlanjut ketika saya SMA. Tinggal berjauhan dengan orang tua. Yang ini harus melewati beberapa kecamatan. Perjalanan dengan mobil saja membutuhkan waktu 8-9 jam.

Kehidupan merantau berikutnya saya alami ketika tinggal lebih jauh lagi. Kalau tadi hanya melewati satu kecamatan dan beberapa kecamatan saja. Yang ini melewati beberapa kabupaten, beberaa provinsi, dan beberapa pulau. Bayangkan saja jauhnya.

Dari Flores sampai Jawa. Dan hari ini, 8 Agustus 2005, saya mulai berpetualang. Saya berangkat dari rumah menuju kota Labuan Bajo. Dari sini nantinya saya akan melanjutkan perjalanan ke Pulau Bali.

Saya mengutip goresan yang ada di catatan harian saya,
Hari ini merupakan hari yang sangat menyedihkan baik bagi saya sebagai anak yang akan meninggalkan ayah, ibu, sanak saudara, dan kampung halaman maupun mereka semua yang ditinggalkan. Dengan berat hati saya ingin meninggalkan mereka. Juga mereka dengan berat hati melepaskan saya. Tetapi karena demi panggilan kami semua sama-sama merelakan.”

Inilah kalimat yang saya gores pada buku catatan harian saya. Kalimat yang singkat namun padat makna. Meninggalkan dan ditinggalkan memang tidak gampang. Tetapi lebih dari situ mesti ada kerelaan sehingga cita-cita terwujud.

Saya berangkat bersama bapak saya. Mama dan adik-adik saya yang kebetulan masih ada di rumah melihat kepergian saya. Dengan haru dan isak tangis mereka meratapi kepergian saya. Saya naik di mobil dan melambaikan tangan. Hati ini rasanya belum rela pergi. Mata ini hampir menitikkan air mata. Tetapi bagaimana pun saya harus berangkat. Saya harus pergi dan memulai babak baru dalam hidup saya. Tak mungkin saya terus berada di rumah.

Perjalanan hari ini cukup melelahkan. Hati saya sudah berbinar mengarahkan bayangan ke kota Bali tuk selanjutnya ke kota Yogyakarta. Tentu saja ini perjalanan awal. Saya mencoba menikmati pemandangan yang ada di pinggir jalan dari rumah ke Cancar, lalu dari Cancar ke Labuan Bajo. Semuanya masih di wilayah Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT. Bagaimana perjalanan selanjutnya? Nanti kita lihat bersama. (bersambung...)

PA, 17/10/2012
Gordi Afri

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.