Dalam perjalanan ke Cina |
Saya mengenal Conforti melalui anak-anaknya. Dari tahun 2003 sampai 2005, saya mengenal mereka. Satu orang Indonesia dan satu orang Italia. Mereka datang ke sekolah kami, SMAK St Ignatius Loyola Labuan Bajo, hampir setiap tahun. Saya penasaran dengan kedatangan mereka. Dari penasaran sampai ingin berdialog langsung. Dan, tahun 2005, saya mencoba ikut jejak mereka. Saya datang ke Jogya, ke rumah mereka. Dari sanalah saya mengenal Conforti.
Patung Santo Guido Maria Conforti
di rumah induk kota Parma
|
Conforti pun pindah ke
kota Parma untuk melanjutkan pendidikan. Dia tinggal dan dititipkan di keluarga
Maini dan menyelesaikan sekolah dasarnya. Dalam masa pendidikan ini, dia sering
mampir di gereja. Gereja ini terletak di pinggir jalan tempat dia lalui. Itulah
sebabnya, dia singgah setiap hari di sana. Di sana, dia berdoa di hadapan salib
Yesus. Yesus yang disalib inilah yang menjadi inspirator mimpi besarnya bagi
gereja dan dunia. Yesus ini—bagi Conforti—adalah Dia yang berbicara
banyak hal padanya. Selain bicara, Yesus ini baginya adalah Dia yang memandang
Conforti dan Dia yang dipandang oleh Conforti. Dengan kata lain, Conforti memandang Yesus, dan Yesus
memandang Conforti. Saling pandang.
Conforti pun masuk
seminari dan menjadi pastor di Keuskupan Parma. Ditahbiskan pada 22 september
1888 saat dia masih berumur 23 tahun. Sebenarnya dia sudah selesai belajar
Teologi satu tahun sebelumnya. Penahbisannya ditunda karena alasan kesehatan.
Meski demikian, pada tahun 1887, Conforti sudah menjabat sebagai wakil rektor
di seminari dan menjadi pengajar di seminari menengah. Perjalanan hidup
Conforti pun bervariasi sampai dia mendirikan kongregasi Xaverian.
Dari wakil rektor
menjadi uskup di Keuskupan Agung Ravenna, uskup di Keuskupan Parma dan pendiri
kongregasi. Keinginannya mendirikan kongregasi dimulai saat dia membeli tanah
dan mendirikan rumah pertama (pada 30 Maret 1893) untuk seminarinya di Borgo Leon d’Oro nomor 12, di jantung
kota Parma. Ini nama jalan. Borgo
atau Via atau Viale di Italia diterjemahkan sebagai jalan dalam bahasa Indonesia. Dua tahun kemudian pada 3 Desember
1895, pada peringatan Pesta Santo Fransiskus, Conforti membuka secara resmi
kelahiran kongregasinya.
Meski Conforti sudah
tampak jelas mengabdikan waktunya untuk kongregasi baru ini, Keuskupan rupanya
tidak lepas begitu saja. Keuskupan Parma masih membutuhkan tenaganya. Dan,
lebih dari Keuskupan Parma, Gereja Universal dan Gereja Italia membutuhkan
tenaganya untuk menjadi pelayan. Untuk menjalankan tugas ini, Conforti diberi
kesempatan untuk studi lanjut di Roma. Dan, pada 1896, dia menyelesaikan studi
bidang Teologi di Roma. Pada tahun yang sama, tanggal 7 Maret, dia diangkat
menjadi Vikaris Jenderal untuk Keuskupan Parma.
Dari Parma dia ke
Ravenna. Salah satu kota seni di Italia. Pada 9 Juni 1902, dia resmi diangkat
di Roma menjadi Uskup untuk Keuskupan Agung Ravenna. Dan, pada 5 Januari 1903,
dia masuk Keuskupan Ravenna. Dia bekerja di sana tidak lama. Singkat saja yakni
hampir 2 tahun. Pada 22 Oktober 1904, dia meninggalkan Ravenna. Tentu dengan
alasan yang jelas yakni kesehatan. Dan, pada 6 Otober sebelumnya, dia meminta
pada Paus Pius X (1835-1914) untuk mengundurkan diri dari tugas sebagai uskup
di Keuskupan Ravenna. Dia kembali ke Parma dan tinggal di rumah dan kongregasi
yang dia dirikan.
Conforti rupanya tidak
tinggal untuk istirahat begitu saja. Tenaganya masih dibutuhkan oleh Gereja. Dia diangkat lagi menjadi uskup coadiutore pada 24 September 1907.
Dengan jabatan uskup ini, dia bisa mengganti jabatan Uskupnya di Keuskupan
Parma yakni Mgr. Magani. Dan, itu terjadi pada 12 Desember ketika Mgr. Magani
meninggal. Conforti pun mengabdi sebagai Uskup di Keuskupan Parma sampai pada akhir
hidupnya yakni 5 November 1931. Jadi, jabatan uskup ini dia emban selama lebih
kurang 24 tahun.
Conforti dengan latar belakang gereja katedral Keuskupan Parma |
Pada
saat yang sama, dia tidak lupa memerhatikan anak-anak asuhnya dalam Serikat
Xaverian yang dia dirikan itu. Conforti memang tidak ingin meninggalkan begitu
saja anak-anak yang dia didik untuk mewujudkan mimpinya ini. Tiga tahun sebelum
kematiannya, dia mengunjungi anak-anak didiknya di Cina, yakni pada 19
September-28 Desember 1928. [Di Keuskupan
Parma, Conforti membuat 4 kali kunjungan. Bahkan, dia sudah mulai mengadakan
kunjungan kelima sesaat menjelang kepergiaanya.] Anak-anaknya berangkat
ke Cina pada 4 Maret 1899 dan tiba tepat dua bulan kemudian. Ini
adalah kelompok Xaverian pertama masuk Cina. Dan, saat ini anak-anak Conforti tersebar di 20 negara. Dari Eropa ke
Amerika. Dari Asia ke Afrika.
Conforti meninggalkan
jejak yang berarti bagi gereja dan dunia. Bagi Keuskupan Ravenna, Parma, dan
juga untuk seluruh daerah misi Xaverian di seluruh dunia. Semangat (Karisma)
Conforti pun menyebar ke seluruh dunia. Di beberapa daerah dan negara, ada
orang yang terbantu melalui doa kepada Conforti. Dari sinilah lahir peristiwa
yang dalam Gereja Katolik disebut mukjizat. Dari mukjizat ini, Conforti pun
diusulkan menjadi orang suci atau santo dalam daftar santo Gereja Katolik. Dia
secara resmi diangkat menjadi santo oleh Gereja Katolik pada 23 Oktober 2011
yang lalu melalui tangan Paus Benediktus XVI. Lima tahun sebelumnya, 17 Maret
1996, Conforti diberi gelar beato (orang yang berbahagia) melalui Paus Yohanes Paulus
II di kota Roma. Sekarang panggilannya bukan Conforti lagi tetapi Santo
Conforti. Nama lengkapnya Guido Maria Conforti.
Pengenalan saya akan
Conforti melalui buku dan film ini dilanjutkan ketika saya diberi kesempatan
untuk belajar di kota Parma ini. Semester kedua di tahun belajar bahasa, saya
dan beberapa teman dari Kongo, Kamerun, dan Brasil diberi kesempatan untuk belajar
dari Padre Ermano Ferro, SX. Dialah mengantar kami kepada pengetahuan yang luas
tentang Conforti (1865-1931). Conforti memang sudah pergi tetapi dia
meninggalkan banyak hal pada kita saat ini. Yang paling tampak adalah
anak-anaknya, Xaverian, dan juga rumah induk Xaverian, yang dia dirikan, dan
sekarang ditempati oleh anak-anaknya. Rumah ini terletak di kota Parma. Sampai
jumpa di tulisan selanjutnya.
Parma, 11 April 2015
Gordi
Posting Komentar