Halloween party ideas 2015

Jalan masuk ke autostrada (jalan tol)
FOTO, milanotime.net
Saatnya tiba dan saya harus pergi. Saat itu, bulan Juni tahun 2014, saya menginjakkan kaki di kota impian ini. Saya menemani teman saya ke bandara internasional Malpensa, Milan. Teman saya yang orang Desio, Milan itu jadi sopir. Kami mengantar tiga teman kami yang berlibur. Satunya ke Meksiko, duanya ke Afrika (Kongo dan Burundi).

Saya ingat persis waktunya. Kami berangkat jam 2 sore. Butuh waktu dua jam untuk sampai di Malpensa. Kami lewat jalan tol (autostrada). Saya duduk sendiri di kursi belakang mobil. Dua teman duduk di bangku tengah. Satu lagi di depan bersama sopir. Saya sengaja memilih di ujung belakang supaya bisa tidur. Di belakang saya ada ruang kosong yang diisi dengan beberapa koper.

Mula-mula saya menikmati pemandangan dalam perjalanan ini. Melihat lalu lalangnya mobil di tol. Ada yang kecepatannya melebihi kecepatan mobil kami. Ada pula yang kurang. Menariknya, semua sudah di atur menurut jalurnya. Jalur A hanya untuk mendahului. Jalur B yang setengah cepat. Jalur C yang lambat sekali. Jadi, kalau rasa-rasanya capek, masuk saja di jalur C yang paling pinggir. Tidak buru-buru. Kalau mau lebih santai lagi masuk di jalur B. Kalau mau cepat sampai, masuk jalur A, kemudian ke jalur B. Sebab, jalur A hanya untuk mendahului. Dengan demikian jika ingin cepat sampai, lewati semua mobil yang ada di jalur B.

Lebih menarik lagi. Rupanya untuk setiap jalur ada batas kecepatannya. Jalur B misalnya dari 90-130. Jalur C dari 60-80. Kalau saya tidak salah ingat. Anggap saja ini hanya contoh. Saya sendiri tidak hafal persis peraturan kecepatannya. Kalau jadi sopir nanti, baru belajar.

Setelah bosan melihat pemandangan seperti ini, saya tertidur. Mata tertutup dan mulai terlelap. Kaca jendela ditutup semua. Kami menyalakan AC sehingga udara masih sejuk. Cocok untuk tidur. Saya pun tidur sampai dekat bandara. Saya sadar kala mobil kami masuk jalur yang salah. Sopir memberhentikan mobil sebentar sambil menanyakan petugas bandara. Dari situ, saya sadar. Saya pun bangun dan siap-siap untuk turun. Kami menurunkan barang-barang teman kami. Saya membantu menurunkan koper dari mobil. Lalu, mereka sendiri menunggu di situ, sambil satu atau dua orang masuk ruang tunggu untuk melihat loket check-in.

Mereka menunggu dan saya bersama sopir mencari tempat parkir. Tempat parkirnya luas tetapi mobil yang masuk juga banyak. Setelah berkeliling beberapa kali, kami menemukan tempat parkir di dekat pintu masuk tadi. Teman saya membayar sewa parkir. Kami antri barang 3 menit di loket parkir. Tiba giliran kami. Teman saya menekan beberapa tombol untuk memberitahukan pada mesin itu bahwa kami akan pakai lahan parkir sekitar sampai 2 jam. Lalu, dia masukkan uang dan keluarlah tiket parkir. Kami kembali ke mobil untuk menaruh tiket itu di dekat kaca depan mobil.


Tiket itu sebagai bukti bahwa kami membayar sewa parkir. Petugas parkir atau polisi biasanya datang ke setiap mobil dan mengecek tiket itu. Itulah sebabnya tiket itu mesti ditaruh di dekat kaca di dalam mobil dan bisa dilihat dari luar. Semua tempat parkir di Italia menggunakan cara seperti ini. Saya kurang tahu persis dengan parkir motor. Apakah kalau disimpan di dekat stir motor, kertas tiket itu tidak terbawa angin, atau dicuri orang? Tidak tahu. Soal mencuri tiket itu memang jarang terdengar. Maklum, semua orang wajib memiliki tiket parkir ini sebelum meninggalkan mobilnya di tempat parkir. Okelah kita tunggu aksi berikutnya. Tinggalkan masalah parkir.  (bersambung)

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.