Seorang keluarga mengundang kami untuk makan malam di kota kecil, Umphang. Makan malamnya bukan di rumah tinggal. Tapi di rumah yang berada di tengah kebun Durian.
Undangan itu syarat dengan persahabatan. Memang keluarga itu adalah sahabat dari teman saya Romo Rey SX. Romo pernah bercerita kalau mereka bersahabat sejak sama-sama menjadi guru di sebuah sekolah negeri. Keluarga ini sejak pertama sudah akrab dan suka dengan gaya Romo Rey yang mudah diajak ngobrol.
Malam itu, sambil barbeque, kami bercerita banyak hal. Mulai dengan pengalaman harian mereka di sana. Misalnya tentang bagaimana dahsyatnya banjir setahun lalu di kota kecil itu. Saat itu, beberapa jembatan di jalan utama terputus oleh aliran sungai. Bala bantuan pun harus menunggu beberapa hari. Banjir itu selalu membuat mereka berjaga. Apalagi saat musim hujan begini.
Banjir ini memang menjadi pengalaman baru. Selama 30 tahun terakhir, baru kali ini terjadi banjir besar. Keluarga pensiunan guru ini memang sudah malang melintang di kota ini. Mereka berasal dari kota lain tapi sudah lama mengajar di sini. Dalam rentang waktu ini, mereka berusaha membangun ekonomi keluarga. Mereka pun sampai punya banyak tanah dan bangunan. Sayangnya semua ini hanya dinikmati berdua. Anak-anak mereka memilih tinggal dan buka usaha di kota lain.
Meski jauh dari anak-anak, kedua pasangan ini tetap merasa bahagia. Penghibur mereka kini hanyalah seorang cucu. Sang cucu tambah bahagia karena dia jadi satu-satunya anak kesayangan di rumah.
Selain momong cucu, memasuki masa tua ini, pasangan guru ini hanya menikmati hidup. Mereka bahagia menjadi pengajar. Memang selain ini, mereka juga bekerja sambilan untuk menghidupi keluarga. Kini, mereka menikmati kebersamaan di kebun Durian ini. Selain merawat tanaman tiap hari, mereka juga memelihara Ikan dan Babi. Tambak ikan dan kandang Babi adalah sumber kebahagiaan mereka. Saat lelah datang, mereka bisa beristirahat di rumah kebun ini.
Sebagai guru, sang istri tentu suka bercerita. Malam in, cerita-ceritanya seru. Sambil mendengar kami becerita, dia juga memerhatikan makanan yang sedang dipanggang. Sang suami sesekali menanggapi. Kalau sang istri bidang makanan, sang suami bidang minuman. Dia memerhatikan gelas kami. Menambah untuk yang sudah kosong.
Sungguh masa tua seperti ini penuh makna. Kebahagiaan rupanya bisa ditemukan di tengah kebun. Memang di sini masih berbau alam. Beda misalnya saat kebahagiaan itu ditemukan di mol super mewah. Yang menawarkan pakaian dan perhiasan mahal. Pameran iklan yang menggoda pun terpampang di tiap sudut mol, dan di pinggir jalan besar. Di sini, iklan itu hanya satu: menikmati indahnya alam, menghirup udara kebun yang segar, dan menikmati teriknya matahari pegunungan. Sungguh dedaunan pohon itu meneduhkan jiwa, menentramkan rasa.
Terima kasih ya Khru Phani dan Kru Wiracay.
UPHG 25/9/22
GA-BK
Posting Komentar