Halloween party ideas 2015

FOTO, 7tara.com
Teman saya sudah memberitahukan pada bapak dan ibunya bahwa kami akan makan malam di rumah. Ibunya menelepon kami sewaktu kami masih di jalan. Teman saya meresponnya. Kami tidak langsung ke rumahnya. Kami singgah sebentar di rumah kakek dan neneknya. 

Kakeknya masih sehat. Begitu juga nenek. Setelah memarkir mobil di dekat rumah, kami pun menemui mereka. Rumah itu termasuk rumah tua di kompleks itu. Untuk mengubahnya pun perlu izin dari pemerintah. Katakan saja seperti bangunan bercagar budaya kalau di Indonesia.

Kakek dan neneknya senang sekali ketika kami tiba. Kami bersalaman. Kakeknya adalah pelukis. Dia pun membawa saya ke beberapa ruang koleksi lukisannya. Ada yang dia lukis sendiri. Ada pula lukisan hadiah temannya. Lukisan itu dia abdikan untuk teman-temannya. Dia tidak keliling dunia tetapi lukisannya tentang berbagai relalitas dunia. Teman-temannyalah yang menceritakan relalitas itu padanya.

Teman saya bercerita dengan sang nenek. Neneknya tentu kangen sekali bertemu cucu ini. Nenek ini seolah-olah tidak mau jauh dari cucunya. Padahal, sebentar lagi cucunya ini akan berangkat ke London untuk tugas belajar selama lebih kurang 5-6 bulan. Tetapi, tugas itu dilupakan sejenak. Mereka asyik bercerita.

Saya dan sang kakek berkeliling ke ruangan lukisan tadi. Dia menjelaskan semua lukisan yang ada. Saya hanya punya beberapa kesempatan untuk bertanya. Rupanya melukis adalah pekerjaan sampingannya. Atau lebih tepatnya, pekerjaan pensiunan. Dia menekuni bidang ini saat remaja dan saat tua. Pekerjaaan tetapnya adalah tukang kayu. Jangan sangka seperti tukang kayu seperti di Indonesia. Dia adalah bos mebel. Selain itu, kakek ini juga hobi memelihara bunga. Setelah bosan di dalam ruangan, kami berdua pun keluar. Kami bercerita di beranda rumah. Beranda yang penuh dengan kaleng bunga. Berwarna warni. Rupanya kakek ini banyak hobinya.

Ada yang menarik dari cerita sang kakek ini. Bukan isi ceritanya tetapi caranya bercerita. Saya baru saja selesai belajar bahasa Italia. Tentu, saya belum bisa dikatakan sudah selesai. Saya pun akan tetap melanjutkan. Istilahnya kelas formalnya selesai, tetapi kelas informalnya tetap berlanjut. Kakek ini rupanya bercerita dalam dialek Briansolo. Dialek yang saya pun tidak paham. Dia berbahasa Italia tetapi dengan dialek sana. Jadinya, saya hanya menerka-nerka saja beberapa kata yang sulit saya pahami.

Teman saya bertanya pada saya ketika kami berkumpul kembali di ruang cerita bersama nenek. “Apakah kamu mengerti saat dia (kakek) bercerita?” kata teman saya.
Saya menjawab, “Beberapa kata saya tidak paham.”
Teman saya tertawa. Lalu, dia melanjutkan, “Dia (kakek) bercerita dalam dialek Briansolo. Wajar kalau kamu tidak paham.”

Hemmm pantasan, gumamku dalam hati. Tetapi tak apa-apalah. Saya tidak paham tetapi saya senang bisa berbagi cerita, berbagi senyum, berbagi ekspresi dengannya.

Kami pun pamit dan melanjutkan perjalanan ke rumah teman saya. Masih ada satu rumah lagi yang kami singgahi. Rumah kerabat teman saya. Di situ, kami bertemu keluarganya. Kami hanya sebentar saja. Minum jus dan makan kue tar. Lalu cerita sebentar, kemudian lanjutkan perjalanan lagi. Kerabat ini rupanya sahabat dekat teman saya. Semoga tetap dekat meski kami tinggal jauh darinya. Dalam doa saja kita saling dekat. Salam saling mendoakan. Kami akhirnya menuju rumah teman saya. (bersambung)

Parma, 14/5/15
Gordi

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.