MELIHAT
MUSIM PANAS DARI PEGUNUNGAN DI ITALIA
Panorama pegunungan tidak selamanya identik dengan
tebing tinggi, curam, dan menakutkan. Ada juga panorama indah yang membuat mata
kita bersinar. Dari mata ke perasaan. Muncul rasa takjub.
Inilah
yang saya alami dua hari lalu saat kami mampir di daerah pegunungan di kota
Reggio Emilia dekat kota Parma. Letaknya di daerah pegunungan. Daerah yang
bernama Borzano-Canossa ini tidak terlalu tinggi. Kira-kira 600-700 meter di
atas permukaan laut.
Tempat
ini menjadi tempat tinggi bagi kami yang tinggal di daerah dataran rendah
seperti kota Parma dan Reggio sekitar 400-500 meter dpl. Maka, berada di daerah
pegunungan 600-700 meter tadi bagi kami merupakan sesuatu yang baru dan
menarik.
Menikmati
panorama indah itu bukan sebuah kebetulan. Saya memang sudah bertanya pada
sahabat saya jika saya boleh ikut mereka ke daerah pegunungan ini. Ada misa
arwah dari keluarga sahabat kami. Setelah dia menjawab YA, saya pun senang.
Saya sudah membayangkan betapa indahnya berada di daerah pegunungan ini di
musim panas seperti ini.
Jalanannya menanjak dan bertikungan tajam. Tidak ada cara
lain kecuali berhati-hati menyusurinya. Sopir kami memang hebat. Kebetulan dia
dari daerah pegunungan juga. Maka, setelah ngebut
di daerah perkotaan dari Parma ke Reggio, dia juga tetap ngebut ke daerah
pegunungan ini.
Gereja tempat misa berlangsung tepat berada di puncak
gunung ini. Dari sini pun
pemandangan indah ada di mana-mana. Ke mana saja mata melihat di situlah ada
pemandangan indah. Saya mencoba berputar ke 4 penjuru mata angin. Benar saja,
pemandangan sama saja. Indah dipandang. Panorama seperti ini tidak saya dapat
jika saya terus berada di Parma, di dataran yang luas itu.
Rupanya
masih ada warga yang tinggal di daerah ini. Rumahnya sedikit dan berjauhan.
Tetapi, tingkat solidaritasnya tinggi. Saat itu, banyak yang hadir dalam misa.
Dari anak kecil sampai kakek-nenek.
Gerejanya
kecil tetapi bangunannya kokoh. Satu dari beberapa penjaga atau pemelihara
gereja ini mengatakan bahwa, gedung gereja ini dibangun beberapa abad yang
lalu. Saat itu, seorang raja di daerah ini mempunyai kekuasaan yang besar. Dia
pun membangun gereja ini sebagai tempat berdoa sekaligus juga sebagai bukti
kekuasaannya. Selain gereja, ada juga beberapa kastil yang sampai sekarang
masih eksis bangungannya.
Tinggal
di daerah pegunungan ini memang asyik. Lebih-lebih saat musim
panas seperti ini. Saat orang-orang kota lelah kepanasan dan lari ke laut,
warga di pegunungan ini diam-diam saja bersantai di kedai kopi, pizzeria
(tempat jual pizza), bar (tempat jual berbagai minuman termasuk kopi), atau
piazza (halaman) di pusat kota. Merekalah yang asyik menikmati suasana musim
panas ini.
Suhunya yang panas dipadu dengan angin sepoi
khas pegunungan. Suhu panas ini bagi orang kota menjadi lebih panas. Bagi warga
di pegunungan suhu ini pas karena dipadu dengan suhu di daerah pegunungan.
Jadi, memang asyik untuk dinikmati.
Rasa-rasanya mau tinggal lama-lama di pegunungan
ini. Saya hampir mengatakan pada teman saya, kita kontrak satu atau dua rumah di tempat ini untuk menikmati liburan
musim panas. Saat musim dingin kita kembali ke kota.
Dari gunung ini bisa melihat panorama di
sekitar. Di beberapa
sisi, tampak daerah pegunungan di beberapa bagian lain di kawasan ini. Ada juga
pemandangan indah ke kota yang letaknya di bawah kaki gunung. Hamparan luas
juga tampak dari jauh.
Warna-warni
alam musim panas makin tampak. Ada kuning dan hijau. Hijaunya rumput dan peohonan
rindang. Kuningnya rumput yang kering dan juga cokelatnya tanah yang digembur.
Di puncak beberapa gunung pun tampak pemandangan ini. Ada bagian hijau dan ada
bagian yang kuning dan cokelat. Tampak bagian gunung yang tidak ditumbuhi pohon
atau rumput. Ini adalah panorama khas pegunungan.
Warga
di sini bermata pencaharian berladang dan beternak. Teman saya dari daerah ini
mengatakan bahwa masing-masing keluarga di sini memiliki ternak kambing atau
sapi. Ada beberapa yang jumlahnya besar sekali. Dari sinilah mereka memproduksi
daging dan susu. Jadi, tinggal di gunung ini memang berarti siap-siap menjadi
peternak dan pekerja di ladang.
Tanaman
anggur juga menjadi favorit di daerah ini. Ada anggur untuk buah dan ada
anggur untuk minuman. Anggur
untuk buah tampak di mana-mana terutama di pinggir jalan. Pohonnya berjajar
rapi. Sudah dipasangkan tongkat tegak tempat pohonnya menjalar. Pohon anggur
ini memang butuh sandaran agar cabangnya bisa berkembang dan buahnya nanti bisa
bersandar di sini. Jika tidak, pohonnya akan menjalar di tanah dan buahnya tidak
banyak.
Buah
anggur ini nantinya bisa dimakan sebagai buah atau juga diolah untuk minuman
anggur. Kebanyakan memang langsung dimakan. Jadi, buahnya dipetik langsung dari
pohon dan tidak perlu diolah lagi. Rupanya ada juga kebun anggur yang memang
dikhususkan untuk memproduksi minuman anggur. Warga di pegunungan ini lebih
suka memproduksi anggur buah ketimbang memproduksi minuan anggur. Meski
demikian, daerah ini juga terkenal dengan minuman anggurnya.
Rumput
di daerah ini masih ada yang hijau. Tak heran jika di pinggir jalan masih
tampak pemandangan gulungan rumput untuk makanan sapi. Rupanya baru saja
dipotong. Kira-kira baru 4 hari atau 1 minggu. Ini kiranya potongan yang
ketiga. Rumput di daerah pegunungan memang lebih tahan lama ketimbang rumput di
daerah kota yang suhunya agak panas.
Rumput
hijau ini juga menjadi pertanda tanahnya subur. Di beberapa bagian memang ada
traktor yang sedang membolak-balik tanah. Ini cara orang Italia mengawetkan
tanah dan juga merayu tanah agar menghasilkan buah yang berlimpah.
Pemandangan
seperti ini adalah khas daerah pegunungan. Betapa saya beruntung bisa
menikmatinya. Apalagi di waktu yang tepat yakni musim panas. Mungkin ceritanya
lain jika saya datang di musim dingin. Boleh jadi menggigilnya kuat dan
pemandangannya bukan lagi hijau tetapu putih bersalju. Udaranya bukan lagi dari angin sepoi tetapi dari
suhu rendah di musim dingin.
Terima
kasih untuk ketujuh sahabatku yang bersama-sama dalam perjalanan ini. Kalian
mungkin sudah biasa tetapi bagi saya ini tidak biasa. Maka, terima kasih juga
sudah bersabar mendengar banyak pertanyaan saya dan menjawabnya satu per satu.
Sekadar
berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan
direfleksikan.
PRM, 19/8/2016
Gordi
Dipublikasikan pertama kali di blog kompasiana
Posting Komentar