Tengok Situs
Arkeologi Paling Ramah untuk Kaum Difabel di Italia
bagian dalam berlatar gunung, FOTO: napoli.repubblica.it |
Situs arkeologi pada umumnya berkaitan dengan
peninggalan kuno. Karena kuno, situs ini menjadi objek penelitian bidang
arkeologi. Di sinilah kadang-kadang tingkat kesulitannya muncul. Ada yang masih
suram, ada yang sudah ada titik terang. Singkatnya, tidak mudah mengakses
informasi untuk sebuah calon situs arkeologi.
Kesulitan seperti
ini tidak saja dialami oleh para arkeolog dan peneliti situs arkeologi. Orang
cacat juga seringkali tidak bisa masuk di situs seperti ini. Kendala
infrastruktur biasanya menjadi paling dominan. Akses masuk yang sulit untuk
kursi roda misalnya. Bahkan, untuk orang biasa pun kadang sulit. Itulah
sebabnya butuh waktu dan biaya tinggi untuk membuat infrastruktur yang ramah
bagi semua.
Salah satu situs
arkeologi paling terkenal di dunia adalah situs arkeologi Pompei, Italia. Situs
ini terletak di Kota Pompei, sebuah kota Metropolitan di dekat kota
Napoli-Campagna. Penduduk kota ini berjumlah sekitar 23.358 orang. Kota dengan
Pelindung Madonna del Rosario ini berada di ketinggian 14 meter di atas
permukaan laut. Di dekat kota ini terdapat Gunung Berapi Vesuvio atau Vesuvius
dalam bahasa Latin. Letusan gunung ini menjadi penanda sejarah untuk Situs
Arkeologi Pompei.
FOTO: napolike.it |
Letusan terakhir dari Gunung Vesuvio terjadi pada 1944. Saat itu, gunung ini mengeluarkan lava setinggi 800 meter dan membakar sekitar 26 orang. Korban yang begitu tinggi. Belum terhitung kerugian berupa bangunan yang rusak. Tetapi, hampir 2000 tahun yang lalu—tepatnya tahun 79 M—letusan gunung ini memakan lebih banyak korban lagi. Saat itu, korban yang meninggal sekitar 1150 orang. Letusan itu juga meluluhlantakkan situs arkeologi Pompei.
Sebelum menjadi
situs arkeologi, kota Pompei memiliki 4 fase kehidupan. Kehidupan di kota
Pompei diperkirakan mulai berlangsung pada abad IX SM. Saat itu, ada penduduk
Opicia (nama sebuah kota kecil di sekitar kota Napoli). Setelah penduduk
Opicia, Pompei dihuni oleh orang Yunani (dari tahun 780 SM). Pada zaman ini, Pompei
mulai dibentuk. Beberapa bangunan tinggi mulai dibangun seperti Menara
Pithecusa (770 SM) dan Menara Cuma (740 SM). Setelah orang Yunani, muncul
penduduk Sannita (mulai sekitar 423-420 SM). Penduduk ini berasal dari wilayah
Abruzzo, Italia Tengah. Mereka juga meninggalkan jejak bangunan tua. Periode
terakhir setelah Sannita adalah Periodenya orang Romawi (sejak 89 SM). Pada
zaman ini terjadi perang antara penduduk Pompei dan Kerajaan Romawi. Roma
Menang dan penduduk Pompei pun menjadi penduduk Romawi secara politik. Pada
zaman ini juga terjadi letusan Gunung Vesuvio yang terletak di dekat Pompei.
Selalu ada cara agar orang cacat bisa masuk, FOTO: napoli.repubblica.it |
Jejak Pompei setelah
ledakan besar ini hampir hilang. Kota ini ikut hilang bersama hancurnya kawasan
Vesuvio. Setelah ‘hilang’ hampir 1000-an tahun, kota ini ditemukan lagi melalui
penggalian oleh para arkeolog. Alhasil, sejak ditemukan kembali pada tahun
1748, situs Pompei pun mulai terbentuk. Berbagai penggalian terus dilakukan
agar terlihat bentuk kota antiknya.
Pompei yang ada
sekarang ini adalah hasil pemugaran dari temuan para arkeolog. Saat ini, situs
Pompei pun berdiri di atas lahan sekitar 66 hektar. Di dalam lahan ini terdapat
12 tiang menara. Situs ini masuk Situs Warisan Dunia UNESCO (UNESCO’s World
Heritage Sites) pada tahun 1997.
Sejak saat itu,
Situs Arkeologi Pompei menjadi situs arkeologi terkenal di dunia. Jangan heran
jika situs ini menjadi incaran pengunjung dari seluruh dunia. Tahun 2016 yang lalu, jumlah pengunjung situs
ini menembus angka 3.209.089 orang. Jumlah ini
menjadi urutan ke-3 untuk tempat yang paling banyak dikunjungi di Italia pada
2016. Peringkat pertama dan kedua diraih oleh Pantheon dan Colosseo-Foro
Romano-Palatina di Roma.
Kepala Proyek Il Grande Progetto Pompei di tengah saat meninjau proyek ini, FOTO: napoli.repubblica.it |
Sejak Desember yang lalu, situs ini pun menjadi ramah untuk orang cacat. Jika sebelumnya, orang cacat hanya mendengar cerita, saat ini mereka juga bisa masuk. Kursi roda pun bisa melaju di area khusus dengan panjang 3 kilometer. Area khusus ini melewati situs-situs penting di kawasan arkeologi Pompei. Itulah sebabnya orang cacat pun tidak perlu khawatir lagi.
Area khusus ini
dibangun atas ide pemerintah Italia sejak tahun 2011 yang lalu. Ide itu pun
digarap dalam proyek “Il Grande Progetto Pompei”. Proyek ini dinahkodai oleh
Kepala Proyek Luigi Curatori. Dalam proyek berbiaya 3 juta euro ini dimasukan
beberapa pekerjaan seperti perbaikan dan perawatan dinding situs, perbaikan
sistem pengelolaan air di dalam situs, perbaikan dan perawatan area
seni-dekorasi, penambahan area yang bisa dikunjungi, peningkatan keamanan
termasuk dengan menambah jumlah video-camera, dan tentunya yang paling dinanti
yakni akses untuk orang cacat.
Sistem area khusus
untuk orang cacat ini rupanya termasuk yang terpanjang di Italia dan termasuk
satu di antara yang pertama di dunia. Area ini praktisnya melewati jalan utama
“Via dell’Abbondanza” dan mengitari sekitar 10 ‘domus’ atau rumah di kawasan
Pompei. Sistem area khusus ini dilengkapi dengan fasilitas guide bagi
orang buta. Mereka akan dipandu oleh gelang elektronik yang akan menjelaskan
dengan suara selama mengitari area khusus.
Orang cacat bisa melewati kawasan penting ini, FOTO: napoli.repubblica.it |
Untuk tempat
penginapan dan parkiran juga tersedia fasilitas yang memadai. Kebutuhan
penginapan orang cacat memang agak beda dengan orang biasa. Kebutuhan mereka yang khusus justru meminta
pelayanan yang khusus pula. Rupanya, beberapa hotel di sekitar situs Pompei
dilengkapi dengan aplikasi yang bernama “App Tour You”. Aplikasi ini adalah bagian dari proyek di Uni-Eropa untuk mengembangkan
‘turismo accessibile’.
Tempat parkir juga
dilengkapi dengan ‘tukang parkir Tommy’. Tommy bertugas untuk mengontrol mobil yang
parkir di tempat parkir khusus orang cacat. Aplikasi Tommy berupa plat logam
ini akan membunyikan sirene sebagai tanda peringatan kalau ada mobil yang masuk
di tempat parkiran khusus. Aplikasi ini menandai setiap mobil khusus untuk orang
cacat sehingga mobil lainnya tidak bisa masuk di parkiran ini.
Aplikasi Tommy ini
diciptakan oleh ACI (l’Automobile Club Italiano) bekerja sama dengan Kementrian
Transportasi Italia. Aplikasi ini sedang dikembangkan lebih banyak lagi. Kota
Napoli dan Milano sudah membuat kontrak untuk memasang aplikasi ini. Di kota
Roma, aplikasi ini sudah diinstal di 300 tempat parkir khusus.
Aplikasi ini kiranya
membantu siapa saja untuk menghormati hak orang berkebutuhan khusus. Sekaligus
juga mendidik banyak orang agar memarkir kendaraan pada tempat yang pas dan
bukan merampas hak orang lain.
Di bagian tertentu dibuat jalan seperti ini, FOTO: napoli.repubblica.it |
Maju juga yah cara
orang Italia mengelola kawasan wisatanya. Semoga Indonesia juga nanti bisa
mengikuti jejak Italia. Ayo Indonesia juga bisa.
Sekadar berbagi yang
dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.
PRM, 29/1/2017
Gordi
*Dipublikasikan juga di blog kompasiana
Posting Komentar