MASUK PELAN-PELAN
Masuk di rumah sendiri seperti pencuri. Pelan-pelan karena tak mau
mengganggu yang lain. Mereka sedang tidur terlelap. Malam makin larut.
Langit Jakarta dingin
mencekam. Untunglah di dalam pesawat ada pengatur suhu. Meski di luar dingin,
di dalam masih normal untuk suhu manusia. Suhu normal itu membuat tidur saya
terlelap. Ia tidak mengganggu saya yang sedang terlelap.
Dan lelap itu meski berakhir.
Kami tiba di Jakarta tepatnya di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng sekarang. Berangkat
pukul 23.00 lebih sedikit dari Jogja. Tentunya tiba di Jakarta lewat tengah
malam. Dari kru pesawat diumumkan akan mendarat sebentar lagi. Saya segera
menyadarkan diri. Memastikan penjemput nanti yang juga adalah teman Grab saya.
Begitu turun dari pesawat,
saya langsung menuju ruang tunggu bagasi. Entah karena malam, bagasi saya cepat
keluar. Setelahnya, saya mengirim pesan kepada sahabat saya agar menunggu di
luar. Sebelum keluar, saya ingin agar perjalanan menuju rumah ini nanti nyaman.
Maka, saya ke toilet sebentar untuk mengamankan semua pasukan.
Saya ingin agar rasa nyaman
ini benar-benar terjadi. Dan, dengan nyaman sahabat saya datang menemui saya. Tidak
menunggu lama, kami langsung keluar. Perjalanan malam ini tentunya lancar
sehingga cepat sampai di rumah. Kami ingin agar lebih cepat lagi. Maka, kami
keluar di gerbang tol Kemayoran. Dari sini ke cempaka putih lebih dekat.
Begitu tiba di cempaka putih,
saya membayar ongkos Grab ini plus dengan uang tol dan biaya parkir keluar dari
bandara. Ini sudah jadi ketentuan mutlak dari Grab seperti juga dalam taksi. Saya
sebenarnya protes karena tidak nyaman. Penumpang sebenarnya tidak mesti
membayar biaya parkir untuk mobil yang tunggu di bandara.
Tetapi ya, mungkin lain kali
saya akan protes. Malam terlaru larut untuk berdiskusi. Lagi pula toh, biayanya
tidak besar. Anggap saja ini sebagai ongkos lebih bagi sopir Grab.
Dengan nyaman, saya turun
dari mobil. Kemudian membuka gerbang rumah kami dan masuk pelan-pelan. Anjing peliharaan
kami kiranya mendukung jalan saya ini. Mereka tidak menggonggong. Hanya melihat
dari dalam gelap kemudian tetap diam.
Saya masuk lewat pintu
samping. Kebetulan intu garasi belum dikunci. Hanya ditutup saja. Terus ke
pintu kedua dan ketiga. Dan, saya memilih kamar di ujung di mana ada kebun
belakang rumah kami. Saya tengok sebentar ke kamar tengah di mana biasanya saya
nginap. Di sana, belum disiapkan. Jadilah saya masuk di kamar ujung.
Tanpa basa-basi, saya
langsung terlelap. Hanya dengan tanda silang Bapa Putra dan Roh Kudus di dahi. Lalu,
tidur. Dan entah mimpi apa malam ini. Yang jelas, besok saya tidak ikut misa
pagi pukul 06.00. Saya akan cari misa lain saja.
Perjalanan ini tadi terasa panjang.
Semoga bisa istirahat lebih panjang malam ini. Selamat tidur.
Quezon City, 12/12/17
Gordi SX
Posting Komentar