Halloween party ideas 2015

TAKDIR DI BANDARA JOGJA
 
FOTO di Bandara Soe-Hat Jakarta
Masih ada orang yang percaya, hidup ini adalah sebuah takdir. Dengan takdir, segala yang di luar pikiran pun menjadi sebuah keniscayaan yang tak terhindarkan. Sakit parah, bencana, cek-cok rumah tangga, kecelakaan, dan peristiwa luar biasa lain akan dicap sebagai takdir.

Takdir—bagi saya—tidak ada. Yang ada hanya rencana dan kehendak Yang Kuasa. Inilah iman saya. Pembaca boleh setuju dan tidak. Setiap kita berhak memilih prinsip hidup.

Saya datang dan pergi dari kota Jogjakarta pada malam hari. Tampak seperti pencuri saja. Boleh jadi ini sebuah takdir. Waktunya sama. Tetapi bagi saya, ini bukan takdir. Ini adalah kehendak saya untuk datang dan pergi pada malam hari.

Seperti waktunya yang pas, maskapinya juga pas. Maskapi ini terkenal murah namun lambatnya minta ampun. Kadang-kadang kita tidak tahu, kapan jadwalnya datang. Di atas kertas tersusun rapi. Kenyataannya dibatalkan mendadak. Kadang ada pemberitahuan, kadang tidak. Kadang dibatal berkali-kali. Pengguna setia maskapi ini kiranya sudah tahu. Saya tidak perlu mengulasnya di sini.

Malam ini, saat saya tinggalkan kota Jogja, maskapi ini telat juga. Dibatalkan dua kali. Semula, tiga kali, dengan pengumuman yang jelas. Untunglah, akhirnya yang jadi adalah pengumuman kedua. Untung pula, saat pengumuman ketiga, maskapi ini membagikan makanan ringan sebagai kompensasi. Entah sebagai peredam marah atau tidak.

Bagi orang yang percaya, ini adalah sebuah takdir. Sekali lagi, bagi saya ini bukan takdir. Ini rencana kami. Itulah sebabnya, saya pamit kepada konfrater saya di Jogja setelah makan malam. Barang-barang disiapkan sebelumnya. Selesai makan malam, masih ada waktu istirahat, sebelum teman saya mengantar ke bandara.

Perjalanan ini sebenarnya aman dan tidak buru-buru. Namun, menjadi capek karena kantuk yang bukan main. Setelah bosan menunggu, tiba giliran masuk pesawat, 1 jam sebelum tengah malam. Saya langsung tidur dan terbangun menjelang pendaratan di ibu kota.

Saya sengaja tidak mau menikmati perjalanan seperti cerita orang. Saya ingin agar perjalanan ini dinikmati dengan cara saya. Dan, inilah kenikmatan yang saya peroleh: tidur dalam perjalanan.

Ini sebenarnya kebiasaan saya. Dan, saya senang. Namun, ada yang tidak setuju. Ada yang sering berkomentar, kalau pesawatnya jatuh gimana? Ya, siap mati jika kamu tidur. Dan komentar menakutkan lainnya.

Bagi saya, ini juga bagian dari perjalanan. Saat masuk pesawat, saya serahkan perjalanan ini pada pilot. Seperti saat mengendarai mobil, saya selalu percaya pada sopir. Atau, saya selalu mau bertanggung jawab atas nyawa penumpang jika saya mengemudikannya.

Kalau kita berpikir pesawat jatuh, ya pasti tidak bisa tidur. Saya tidak pernah berpikir seperti itu. Meski sesekali muncul rasa takut. Tetapi, mau bilang apa lagi. Lebih baik buang prasangka itu agar bisa tidur.

Dan, di malam larut ini, saya ingin mengucapkan Selamat Tinggal Joga. Sampai berjumpa pada kesempatan mendatang. Gunung Merapi membubung di langit Kaliurang. Pesawat yang lewat di sekitarnya akan melihat dengan jelas. Inilah salah satu daya tarik sekaligus sumber ketakutan di Jogja. Namun, dari sana juga kita belajar banyak hal.

Sampai jumpa kota budaya. Da-da-da

Quezon City, 11/12/17

Gordi SX

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.