BERDOALAH UNTUK KAMI
Di hari-hari akhir liburan ini, saya justru menemukan pengalaman berdoa.
Hari ini 1 Desember 2017, saya berdoa bersama di Wisma Conforti sebelum
meninggalkan tanah air. Doa rupanya menjadi bekal berharga dalam perjalanan
saya selama beberapa tahun ke depan.
Pastor Suhud SX dan Pastor Sandro
SX meminta saya untuk memimpin Misa Kudus pagi ini. Saya pun menerimanya dengan
senang hati. Inilah kesempatan Misa terakhir dalam bahasa Indonesia di tahun
ini. Apalagi, dalam beberapa jam lagi, saya akan ke bandara. Dalam doa itu pun,
saya pamit kepada mereka dan kepada teman saya Br Kornel SX serta bapak dan ibu
di dapur dan Mas Didin, sopir yang sederhana dan setia.
Doa ini rupanya benar-benar
menjadi bekal untuk saya dan untuk mereka yang saya tinggalkan. Dalam Misa,
saya mohon doa dari para konfrater agar Tuhan Yesus menguatkan saya. Ia memang
berjanji akan menyertai para pewarta-Nya
sampai akhir zaman. Saya percaya pada janji itu sehingga saya merasa
dikuatkan. Saya juga yakin akan doa dan dukungan dari konfrater yang lain.
Dukungan dan pesan doa ini
rupanya datang dari mana-mana. Pesan masuk di hp saya hari ini berisi permintaan
doa, mohon doanya dan selamat jalan,
selamat jalan dan jangan lupa berdoa untuk kami. Demikian bunyi beberapa
pesan. Ini berarti kita memang mesti saling doa. Saya pun membalas pesan-pesan
itu dengan kalimat yang kiranya cukup berarti, Terima Kasih dan saling mendoakan ya.
Pesan doa ini memang amat
familiar baik untuk sahabat yang jauh maupun yang dekat. Juga untuk keluarga
yang kenal baik maupun yang tidak. Pagi ini, keluarga saya juga datang ke wisma
untuk mengucapkan selamat jalan dan sampai jumpa. Mama Oni dan suaminya sengaja
datang beberapa jam sebelum keberangkatan saya ke bandara.
Kedatangan ini kiranya
menjadi bentuk dukungan mereka. Saya sudah berjumpa suaminya serta keluarga
lain beberapa hari lalu. Sedangkan
Oni belum. Dan pagi ini, kami akhirnya bertemu. Sebelumnya, kami sudah
berkomunikasi di hp. Dan meski hanya suara yang bergema, gemaan itu cukup
membuat kami merasa dekat.
Kedekatan inilah yang membuat
kami akhirnya bertemu. Oni kiranya rindu untuk bertemu. Maka, begitu dia
kembali dari liburannya, dia datang. Bukan hanya dia, Mamanya juga rindu
bertemu saya. Apa daya, kami tak sempat bertemu. Akhirnya kami berbincang lewat
hp saya.
Nenek yang satu ini tidak
kenal kami cucu-cucunya. Secara fisik, kami tidak pernah bersua. Tetapi, dalam
hati kami saling mendoakan. Lewat hp, kami berbincang panjang lebar. Ada canda
dan tawa berbalut kerinduan yang berat untuk bertemu. Maka, di akhir
perbincangan, saya berpesan untuk berjumpa di liburan mendatang. Katanya, kalau saya masih ada. Saya memberinya
harapan, tunggu saya pulang ya Nek.
Semoga akan jadi nyata. Saya sendiri
yakin pada Penyelenggaraan Ilahi. Ada pengalaman berharga seperti ini sebelumnya
yang mana Tuhan mengabulkan permohonan kami. Maka, perjanjian kami ini kiranya
bukan rencana kami tetapi rencana Dia yang menginginkan kami untuk berjumpa
lagi.
Quezon City, 15/12/17
Gordi SX
Posting Komentar