mendaki jalan berasalju |
Lago Santo atau
danau yang kudus atau danau yang suci, the holy lake. Demikian kalau
diterjemahkan secara harfiah. Apa benar ada danau yang kudus? Atau mengapa
danau ini disebut kudus? Atau apakah danau lain tidak kudus? Pertanyaan ini
boleh saja diajukan sebagai bentuk pencarian.
Kudus memang bukan
kata asing bagi kita. Kata ini sering
kita gunakan, sering kita sebut. Kata ini boleh dibilang salah sata kata yang
sering diucap dalam keseharian kita. Namun, karena sering diucap bukan berarti
kita sepenuhnya memahami arti kata itu. Kata kudus memang bisa kita pahami
setelah kita mempraktikkannya dalam hidup. Mempraktikkan kata? Membingungkan!
Tidak apa-apa. Kebingungan menjadi awal untuk bertanya.
Saya juga
bertanya-tanya tentang nama danau ini ketika kami mengunjunginya pada Kamis, 24
April yang lalu. Bertanya saja tidak cukup. Mesti mencari tahu. Itulah sebabnya
saya mau melihat dari dekat, seperti apakah danau ini.
foto bersama setelah melewati pendakian |
Perjalanannya
cukup panjang. Letaknya saja di gunung dengan ketinggian 1.507 meter di atas
permukaan laut. Kami ke sana dengan 2 mobil selama 3 jam perjalanan. Mendaki
gunung lalu berjalan kaki sambil mendaki sejauh 1-2 kilo meter. Danau ini
terletak di luar kota Parma, di provinsi dari Parma atau di daerah Corniglio.
Provinsi maksudnya daerah di luar kota.
Setelah melewati
perjalanan yang berliku di balik gunung, kami tiba di perbatasan jalan aspal.
Di situ, kami memarkir mobil. Lalu, berjalan kaki ke gunung, melewati jalan
berliku dan bersalju. Capek tentu saja namun menantang untuk melihat sampai
tujuan. Kala kami melewati pendakian ini, kami tiba dengan lega di atas gunung,
namun bukan puncak tertinggi. Tak apa-apa. Kami berhenti sebentar dan berfoto.
pemandangan danau |
Dari sini, kami
menuju satu rumah, di mana ada meja dan kursi juga halaman luas di salah satu
sisi danau. Kami menyimpan semua tas dan perlengkapan makan serta makanan di
sini. Dari satu sisi ini saja, kami sudah berhasil melihat indahnya danau
dengan luas 81.550 m2 dan kedalaman 22,5
meter ini. Danau itu kelihatan biru saat kami mencoba menengok dari sisi lain.
Cuaca cerah mulai muncul setelah kami merasakan dinginnya pegunungan. Saat yang
tepat untuk mengambil foto.
pemandangan danau |
Luasnya danau
ini membuat kami ingin melihat dari berbagai sisinya. Namun perjalanannya tidak
gampang. Keinginan saja tidak cukup, mesti ada pengorbanan. Pengorbanan
melewati gumpalan salju untuk menikmati keindahan yang tiada tara. Saya dengan
sepatu kets dan bukan sepatu untuk salju berhasil melewati rintangan salju dan
mengabdikan beberapa foto di atas danau ini. Demikian juga saat saya mengitari
seluruh sisi danau ini.
saljuuuuu |
di pinggir danau |
Lalu mengapa di
sebut danau yang kudus? Sejarahnya panjang
dan muncul pada abad 16. Initinya disebut
kudus karena di danau ini ada ketenagan, cocok untuk berdoa. Dan
memang ada kelompok doa yang datang ke sini hanya untuk berdoa. Selain itu, danau ini juga menjadi tempat mencari solusi
untuk permasalahan di antara dua penguasa di Italy pada zaman itu.
Solusi ini bukan
ilham atau misteri tapi solusi yang nyata. Kedua penguasa itu datang ke sini
dan menyelesaikan persoalan mereka. Bertahun-tahun sebelumnya mereka mencoba
menyelesaikan masalah itu namun tak kunjung berhasil. Di sinilah tempat yang
tepat bagi mereka untuk membuat keputusan akhir sebagai penyelsaian masalah.
Danau ini memang
cocok untuk tempat membuang penat, tempat rekreasi. Ada rumah nyaman sebagai
tempat perlindungan, tempat teduh yang dibuat pada abad 19-20. Perencanaan awalnya muncul sejak 1882 oleh Giovanni
Mariotti, il sindaco, wali kota di Parma pada zaman itu. Pada 1935, bangunan
yang sudah jadi itu didedikasikan untuk sang wali kota.
hampir di tengah danau |
foto di dekat tanda kenangan |
petunjuk |
pemandangan dari lain sisi |
Nama ‘santo’
juga terkait dengan benda kudus lain yakni salib. Di puncak gunung ini ada
salib. Salib menjadi bagian dari benda rohani, benda kudus. Saya dan
teman-teman tidak berhasil menyusuri jalan ke puncak ini. Ada
yang mencoba naik tetapi belum berhasil menemukan salib itu. Butuh perjuangan
lagi, rupanya. Maklum, kami juga tidak memakai sepatu untuk salju.
Tetapi, kami
menemukan satu tanda, seperti satu batu kenangan untuk seseorang yang namanya
tertera di situ. Saya tidak sempat mencatat namanya. Hanya saya mengabdikan fotonya. Boleh jadi orang ini
mengalami kecelakaan di sini. Tanda ini sebagai kenangan akan arwahnya.
Lago santo
memang menjadi tempat yang bisa membuat orang memikirkan hal yang kudus. Betapa
indahnya alam ini. Dan tentunya diciptakan oleh Dia yang adalah kudus. Karena
indahnya para pengunjung juga diajak untuk melestarikan keindahan ini. Tidak
boleh membuang sampah sembarangan. Tempat sampah sudah tersedia di sana. Juga
dilarang untuk membuat keributan demi menjaga ketengan makhluk hidup lain yang
ada di situ. Ada binatang juga burung-burung yang bersiul merdu. Menjaga alam
adalah bagian dari kiat kekudusan.
Salam dari Lago
Santo.
Parma, 8/5/2014
Gordi
Posting Komentar